17. pendatang baru

16 0 0
                                    

"kak raga."Nara mengatur nafas nya saat sudah berhasil sampai ke tempat pria yang ia panggil


"Abis lari maraton Lo?"tanya raga


Ia tertawa kecil setelah mengatur nafas nya yang ngos ngosan gara gara ingin segera menemui raga.

"Aduh kak. Maaf soal semalam. Aku nggak tau kenapa bisa ketiduran. Aku jadi nggak enak sama kak Rega juga Rio."ucap Nara dengan tatapan menyesal


Raga malah tertawa dengan gemas ia mengacak pucuk kepala Nara.."santai aja kali na, gue lihat Rio mau belajar aja gue udah seneng."


"Tapi kak. Gimana kalau Rio nggak mau belajar sama aku lagi. Karna guru les nya aja nggak bisa profesional gini."ucap Nara

Raga berdecak seolah ia tengah kesal. "Di bilangin nggak usah di pikirin. Masih ada waktu lain lagi kan buat Lo ngajarin adek gue. Di lihat-lihat si Rio malah seneng Lo yang jadi guru les dia. Kelihatan ceria banget tu bocah."cerita Rega


Keduanya pun kembali melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Dari tempat mereka jalan. Memang masih jauh menuju ke kelas dan fakultas masing masing hanya saja itu salah satu jalan yang paling dekat dari pada melalui jalan yang lain nya. Entah seberapa luas kawasan kampus itu. Nampak nya memang sangat luas sekali mengingat puluhan fakultas yang terdiri di kampus swasta itu. Kampus elit milik ayah dari sahabat Nara.

"Semoga Rio nggak marah ya kak. Kemungkinan nanti malam seperti kemarin lagi. Mulai jam tujuh belajar-nya."beritahu Nara

Raga mengangguk tak masalah toh jika belajar nya di mulai jam tujuh malam. Tanda nya Rio tidak akan keluar rumah lalu kelayapan mengikuti teman teman geng nya yang cukup nakal. Sok sok menjadi geng motor. Yang ada Rio di jadikan kacung oleh teman teman tongkrongan nya. Mengingat kelakuan nakal sang adik. Raga berdecak sebal. Andai saja ia dan sang adik bukan korban broken home. Mana mau raga menjaga adik bak bodyguard. Mungkin sudah raga serahkan saja Rio pada mama juga suami baru-nya


"Kalau bisa sih Lo ngajarin dia malam aja na, kalau siang dia masih dalam pantauan gue kan. Karna dia sekolah..sedangkan kalau malam kadang gue sibuk sama kerjaan nggak bisa pantau dia. Kadang ada kesempatan dia bisa kelayapan ngikutin teman-nya."ucap raga keduanya masih berjalan beriringan di koridor


"Kelayapan? Maksud-nya Rio keluar malam sama teman-teman nya?"

Raga mengangguk sendu.."ya begitulah na, dulu awal Rio mulai nakal cuma mau cari perhatian aja dari nyokap. Mungkin nggak dapat apa yang dia mau jadi kebablasan nyaman sama dunia dia sendiri. Gue sebagai Abang merasa gagal mendidik dia. Gue nggak bisa ngelindungi atau sekedar jadi penghibur di kala dia sedih."cerita raga dengan sendu membuat Nara menjadi iba. Ia pun mengelus pundak pria itu


"Maaf kak. Nggak bermaksud. Tapi kalau boleh kasih saran. Sekarang kak raga sudah tau apa yang harus di lakukan. Semoga aja kak raga mau luangkan waktu buat Rio. bisa di mulai dari ikuti apa hobi dia. Jadi Rio nggak akan cari hal lain yang bisa mengisi kekosongan diri-nya."ucap Nara

Raga langsung diam mencerna ucapan Nara. Benar!

Kenapa ia tak mencoba melakukan hal serupa sejak lama. Karna bagaimana pun raga tau apa yang Rio suka lakukan. Rio selalu butuh perhatian kenapa ia selalu nekat menyakiti diri sendiri. Dengan mengikuti balapan motor. Latihan perang dengan dalih ingin masuk sekolah menjadi pengabdi negara. Selama ini raga sadar kenapa adik nya melakukan itu. Tetapi ia tidak tau harus melakukan apa. Kenapa ia tak berusaha mengisi kekosongan itu. Rio hanya kurang perhatian dan kasih sayang. Harus nya raga bisa memperlihatkan perhatian nya pada Rio.

I'm Collapse (Pak Dosen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang