Terhitung sudah satu minggu ini alvano. Mengantar nara pulang. Selama itu pula nara merasa bingung dengan sikap dosen galak itu padanya. Nara merasa janggal dengan perhatian pria itu. Karna tiba tiba baik. Biasanya alvano terkesan tidak perduli pada sekitarnya. Bahkan melihat mahawiswa atau mahasiswinya tengah kesusahan karna kendaraan nya yang mogok di tengah jalan. Pria itu tidak ingin susah susah hanya sekedar menoleh. Tapi kali ini perlakuannya sangat tidak wajar pada salah satu mahasiswi nya
"maaf pak. Saya sangat berterimakasih dan menghargai sikap baik bpak. Selama satu minggu ini. Tapi saya minta dengan berat hati. Tolong jangan antar saya pulang lagi. Saya sudah biasa pulang sendiri minaiki angkutan umum." ucap nara memberanikan diri. Kini gadis itu masih berada di dalam mobil alvano. Setelah pria itu yang kekeuh tetap ingin mengantar nya pulang dengan alasan.
'Saya hanya ingin memastikan kamu selamat. Sampai di rumah'
Tanpa menoleh pada gadis di sampingnya. Susah payah vano menyembunyikan amarahnya. Terbukti. Kedua tanganya mencengkram setir mobil begitu kuat sampai buku buku tangan nya memutih. Rahang pria itu yang mengeras.
"keluar nara" ucapnya. Nara diam tercengang. Tidak cepat mencerna ucapan vano yang tengah mengusirnya
"keluar nara..cepat, besok ada kelas jam 9 pagi. saya akan jemput kamu jam 8 pagi"
"pak____"
"tidak ada penolakan. Sepertinya kamu harus pindah kosan. Di gang ini sangat bahaya. Maka dari itu saya mengantar kamu pulang di jam segini" dengan cepat vano memotong ucapan nara yang ingin membantahnya
Nara yang masih diam tak tau harus berucap apa. Ia keluar dari dalam mobil. Tanpa membuka kaca mobilnya lagi seperti biasanya. Vano segera menginjak gas. Pergi meninggal kan nara yang masih terdiam sembari menatap mobil biru navi itu semakin menjauh dari pandangan nya
"kenapa sikap pak vano. Buat aku bingung ya. Apa selama ini dia khawatir. Kalo aku pulang sendiri? Tapi tau dari mana kalo di gang ini memang bahaya. sering banyak orang mabuk" gumam nara dalam hati nya
Nara menggelengkan kepalanya berulang kali. mengusir pikiran nya. Ia tidak boleh ge'er. Vano memang termasuk dosen muda di tempat nara kuliah. Namun, tetap saja usia pria itu cukup matang. Pasti sudah memiliki istri dan mungkin juga anak. Nara harus bisa menjaga dirinya sendiri. Menjauhi hal yang sekiranya akan menyulitkan diri sendiri.
Dengan kaki kecilnya. Nara mengambil langkah cepat menuju kamar kos. Ia akan segera bersiap. pergi bekerja paruh waktu di toko perhiasan. Kebetulan gadis itu kebagian sip sore
"hai nana, baru pulang ya?" sapa seorang gadis tetangga kos nara
Sang empunya nama pun menoleh lalu tersenyum. Mendapati teman barunya yang menyapa."iya inggit. Aku baru pulang ni. Kalo kamu?" tanya nya balik
Gadis bernama inggit itu mengangguk."sama dong na, oh iya. Tadi aku beli makan. Dua porsi. Kamu mau kan makan bareng aku" tawar inggit berharap nara tidak menolaknya. Namun. Nara itu tipekal orang yang sungkan jadi...
"tapi ing____"
"nggak boleh nolak rezeki loh..mau ya"bujuk inggit sembari menunjukan satu kantung pelastik berukuran sedang di tangan nya. Yang berisikan makanan.
Dalam hati nara. Kenapa hari ini rasanya ia sudah bertemu dua orang yang tidak menerima penolakan darinya dan inggit teman barunya ini. Hampir sama dengan vano. Eh.. Kenapa ia jadi teringat pada pria itu.
Nara tersenyum lalu mengangguk."iya deh. Aku ganti baju dulu ya. Nanti aku nyusul ke kamar kamu" ucap nara di angguki oleh inggit.
Gadis itu pun segera membuka pintu kosnya. Lalu meletakan beberapa buku tebal di tangan nya ke atas meja. Tak lupa tas selendangnya juga. Hanya ada kesepian disana karna memang nara hanya tinggal sendiri. Di kos yang kecil namun. Cukup nyaman untuk ia tinggali sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Collapse (Pak Dosen)
Romantiekkerja part time setiap hari naraya lakukan. Agar bisa mencukupi kehidupan sehari harinya. Dan juga untuk biaya kuliahnya. Mendiang kedua orang tuanya pernah berpesan jangan pernah putus sekolah. Pendidikan itu harus di utamakan. Jadi karna itulah na...