24. Penasaran

49 8 1
                                    

Sesuai janji Chanyeol, hari ini Kyungsoo akan di ajak ke taman RS. Dia ingin menghirup udara di luar kamarnya.

Sayangnya mereka tidak bisa keluar di pagi hari. Paginya Kyungsoo sudah mendapat pemeriksaan dari dokter. Kondisinya sudah jauh lebih baik. Dia sudah diizinkan untuk ke luar kamar serta latihan berjalan memakai tongkat.

Kyungsoo memutuskan untuk latihan berjalan memakai tongkat. Chanyeol sebenarnya masih sedikit khawatir namun dia tetap membantunya. Dia tidak mau mematahkan semangatnya.

Kyungsoo agak kesulitan memakai tongkat. Karena bukan hanya kakinya yang di-gips tapi tangannya juga. Pada akhirnya Kyungsoo malah kelelahan lalu mereka baru bisa keluar di sore hari.

 Pada akhirnya Kyungsoo malah kelelahan lalu mereka baru bisa keluar di sore hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chanyeol mendorong kursi roda Kyungsoo ke taman RS. Menikmati hangatnya sinar mentari sore tidaklah buruk. Ada beberapa pasien dan pengunjung lain juga di sana. Chanyeol juga membawakan makanan dan minuman untuk mereka nikmati di sana.

"Kau senang?" Tanya Chanyeol pada Kyungsoo. Kyungsoo mengangguk menjawabnya. Chanyeol membuka bungkusan yang dia bawa, isinya puding karamel. Dia menyuapi Kyungsoo.

"Wah, ini enak sekali. Kau membelinya?"

"Bukan, tadi ibu yang membawanya. Dia membelikannya untukmu. Kau suka?"

"Hm. Ibu repot sekali tiap hari mampir ke sini. Dia kan pasti juga sibuk."

"Itu karena dia mengkhawatirkanmu. Asal melihatmu sebentar saja dia sudah bisa tenang."

"Chanyeol, kapan aku bisa pulang?"

"Besok dokter akan memeriksamu sekali lagi. Mungkin besok malam atau lusa pagi kau sudah boleh pulang."

"Benarkah?" Chanyeol mengangguk. "Aku sudah tidak sabar." Kyungsoo tersenyum lebar, matanya berbinar, dia begitu senang mendengarnya.

"Kyungsoo, nanti kalau sudah pulang kau tinggal dulu di rumah nenek ya!"

"Kenapa? Kenapa tidak ke apartemen saja?" Raut wajahnya langsung berubah datar.

"Aku tidak mau kau sendirian di apartemen saat aku bekerja. Aku lebih tenang jika kau di sana. Di sana ada nenek dan para asisten yang bisa menjaga dan merawatmu."

"Tapi..."

"Tidak perlu merasa sungkan. Nenek juga pasti lebih senang kalau kau di sana. Hanya sampai gipsmu di lepas. Di sana kau bisa benar-benar istirahat jadi pemulihanmu bisa lebih cepat. Kalau di apartemen kau pasti tidak bisa diam lalu melakukan pekerjaan ini dan itu."

Kyungsoo masih belum setuju. Sebenarnya bukan masalah sungkan atau tidak. Dia sudah menganggap nenek Kim seperti neneknya sendiri, jadi dia tidak akan merasa sungkan di sana.

Yang dia pikirkan adalah dia tidak rela harus berpisah lagi dengan Chanyeol. Tapi dia terlalu malu untuk mengatakannya.

"Apa yang kau pikirkan? Kau masih tidak mau sekamar denganku?"

"Huh?!" Kyungsoo bingung dengan ucapan terakhir Chanyeol.

"Kalau tinggal di sana kan kita harus sekamar. Tidak mungkin kan kita tidur terpisah. Nanti nenek pasti mengomeli kita."

"Jadi kau juga tinggal di sana?" Kyungsoo bertanya sambil berusaha menahan senyumnya.

"Tentu saja. Mana mungkin aku tidak ikut. Nenek pasti akan mengomeliku, mengatakan aku menelantarkanmu. Jadi?"

"Tapi nanti kau jauh bolak-balik tempat kerjamu."

"Itu bukan masalah besar buatku."

"Ya sudah."

"Oke, berarti kau setuju ya. Nanti aku akan mengabari nenek agar menyiapkan kamar untuk kita."

Kyungsoo mengangguk. Dia menahan senyumnya namun dalam hatinya dia bersorak karena dia tidak berpisah lagi dengan Chanyeol seperti yang ia pikirkan sebelumnya.

"Eum, Chanyeol."

"Hm?"

"Aku ingin bertanya sesuatu yang mungkin besifat pribadi."

"Eum, okay?" Chanyeol sedikit penasaran dengan apa yang ingin Kyungsoo tanyakan. "Tanya saja!"

"Kalau kau keberatan kau tidak perlu menjawab."

"Okay."

"Kau, kau dan, eum..." Kyungsoo agak terbata-bata mengatakannya. Chanyeol menatapnya dengan intens, dia ingin mendengarkan pertanyaaan Kyungsoo, membuat kyungsoo sedikit gugup. "Kau dan wanita yang kau cintai, kalian, eum... apakah kalian, eum...itu,"

"Kami sudah tidak punya hubungan apapun." Chanyeol menjawab sebelum Kyungsoo selesai dengan pertanyaannya. "Aku sudah tidak mencintainya. Aku mencintai wanita lain. Apa ini yang ingin kau tahu?"

Kyungsoo mengangguk.

"Ada lagi yang ingin kau ketahui?"

Kyungsoo menggeleng walaupun sebenarnya dia ingin tahu siapa wanita itu. Mengingat perlakuan Chanyeol padanya tentu saja Kyungsoo berharap wanita itu adalah dia. Tapi dia tidak ingin terlalu pede.

Chanyeol memutar kursi roda Kyungsoo sehingga sekarang mereka berhadap-hadapan. Kyungsoo tampak begitu cantik dengan semburat cahaya jingga yang nenyinari wajahnya.

"Kau tidak ingin tahu siapa wanita itu?" Tanya Chanyeol sambil menatap mata Kyungsoo. Membuat Kyungsoo menjadi berdebar-debar.
Kyungsoo menggeleng.

"Kau yakin?" Kyungsoo tak menjawabnya. "Tapi aku ingin memberitahumu." Chanyeol meraih tengkuk kyungsoo lalu mengecup bibirnya tiba-tiba. Kyungsoo begitu terkejut hingga rasanya jantungnya ingin meledak.

"Aku mencintaimu, Kyungsoo." Kyungsoo terdiam. Dia terlalu tercengang untuk berbicara.

Tiba-tiba Kyungsoo menangis. Dia menangis tersedu-sedu membuat Chanyeol kebingungan. Akhirnya Chanyeol memeluk Kyungsoo untuk menenangkannya.

"Aku, aku juga mencintaimu Chanyeol." Akhirnya Kyungsoo membalasnya. Chanyeol tersenyum lega mendengarnya, lalu melepas pelukannya. Dia mengusap air mata Kyungsoo. Kyungsoo belum berani menatap mata Chanyeol.

"Terima kasih, Kyungsoo." Chanyeol kembali mengecup bibir Kyungsoo lalu mengecup keningnya juga. Chanyeol bahagia Kyungsoo juga memiliki perasaan yang sama. Begitupun dengan Kyungsoo.

💘




Cinta Karna Biasa [ChanSoo] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang