Verdonk bersaudara memiliki setengah darah orang Indonesia, membuat mereka menjadi cukup terkenal semenjak Calvin Verdonk di Naturalisasi untuk memperkuat TimNas sepak bola Senior Indonesia. Akan tetapi kepopulerannya tidak membuat dia menjadi star...
Para pemain Timnas sedang berkumpul di lobby hotel, mereka bersiap-siap untuk berangkat ke Stadion Riffa Bahrain. Setelah semuanya berkumpul, mereka satu per satu naik ke bus. Para pemain saling melemparkan candaan untuk mencairkan suasana supaya mereka tidak tegang. Saat ini chemistry antar pemain sudah semakin bagus mengingat mereka semua sudah cukup sering berlatih dan melakoni laga bersama.
Tak menempuh waktu yang lama akhirnya mereka sampai di Stadion Riffa, semua pemain segera turun dan menuju ke locker room untuk mempersiapkan diri mereka. Seluruh pemain dan tim official berkumpul dan saling memberi semangat satu sama lain karna pertandingan akan segera dimulai. Jay Idzes sebagai kapten memberikan kata-kata motivasi untuk para rekannya, kata-kata yang bisa menjadi penyemangat setiap pemain.
"Remember who you are playing for. Everyone support you, we have to give everything on the pitch and the last one is fighting as a team. Let's fight together, what we do outside is all for our pride INDONESIA." Ucap Jay.
"JAYA JAYA JAYA." Teriak seluruh pemain.
Kini para pemain yang menjadi starting eleven sudah berbaris di tunnel sambil menggandeng anak-anak kecil pendamping mereka. Tampak raut wajah tegang pada mereka semua, mereka ingin melakukan yang terbaik pada pertandingan malam hari ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Calvin's house
Ana benar-benar bangun pada dini hari dan mulai menyalakan televisi untuk mencari channel yang menyiarkan pertandingan Timnas Bahrain Vs Indonesia. Dia sangat tidak sabar untuk melihat Calvin berlaga di sana karna sebelumnya Ana mengecek sosial media bahwa Calvin menjadi starting eleven malam ini.
Para pemain Timnas Bahrain dan Indonesia telah memasuki lapangan, masing-masing tim akan menyanyikan lagu kebangsaan negara mereka. Harus di akui saat ini penonton yang berada di stadion Riffa di dominasi oleh suporter dari Indonesia yang tinggal ataupun bekerja di Bahrain. Antusiasme suporter untuk mendukung Timnas Indonesia sangat luar biasa walaupun saat ini mereka bertandang di Bahrain akan tetapi mereka serasa bermain di kandang karna begitu banyaknya suporter yang datang untuk mendukung mereka.
Kick off telah di mulai, pertandingan masih berjalan dengan normal. Pemain Indonesia mencoba bertahan dari serangan Bahrain yang bertubi-tubi. Ana yang sebelumnya hampir tidak pernah menonton sepakbola merasa agak sedikit bingung, yang dia tau bahwa Calvin sangat berusaha keras dalam pertandingan malam ini.
Menit demi menit berjalan, pertandingan semakin tidak masuk akal dengan banyaknya drama yang dilakukan oleh pemain Bahrain. Mereka banyak mengulur waktu dengan jatuh berguling-guling ditambah lagi wasit yang sepertinya tidak netral dan berat sebelah membuat Indonesia berkali-kali di rugikan dengan tendangan bebas yang diberikan wasit kepada Bahrain.
Para pemain Indonesia sudah berusaha mati-matian untuk bertahan dan menyerang hingga akhirnya mereka hanya bisa memperoleh hasil imbang melawan Bahrain malam ini. Kekecewaan tampak pada wajah-wajah para pemain pasalnya mereka belum memenangkan satu pertandingan pun di round ke 3 ini. Sejauh ini mereka hanya mampu bermain imbang melawan negara-negara dalam grup C ini.
Meskipun Ana tidak terlalu paham dengan permainan yang dia tonton, tapi dia ikut merasa sedih dan kecewa dengan hasil yang diperoleh Indonesia pada laga malam ini. Siaran pertandingan telah selesai, Ana kembali ke kamar Calvin untuk tidur sejenak sebelum nanti dia berangkat bekerja namun sebelum itu dia mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan semangat pada Calvin. Ana tau bahwa mereka semua pasti cukup kecewa dengan hasil malam ini namun mereka tidak bisa berlama-lama dalam kesedihan karna setelah dari sana mereka akan segera terbang lagi menuju ke China untuk match kedua.
At School
Siang hari ini anak-anak melakukan pelajaran di luar ruangan. Kelas biru memang lebih sering melakukan pelajaran di luar kelas supaya mereka bisa mengeksplorasi sekitarnya sampai makan siang pun mereka lakukan di luar seperti piknik bersama. Setelah makan siang semua murid kembali masuk ke dalam kelas untuk menyudahi kegiatan hari ini, para orang tua murid juga sudah mulai berdatangan untuk menjemput anak-anak mereka. Hugo dan beberapa bodyguard juga tampak sudah standby di area sekolah untuk mengantar Ana dan Elliot kembali ke rumah. Ana dan Elliot berjalan keluar bersama sambil bergandengan tangan. Ana juga sudah melihat Hugo dan teman-temannya.
"Miss Ana, i left my colored pensils in class. I'll take it, wait for me." Ucap Elliot.
"Hahaha okay, i'll wait." Ucap Ana.
Ketika Elliot kembali masuk ke dalam kelas, tiba-tiba seorang wanita mendekati Ana yang sedang menunggu Elliot.
"Hello excuse me." Sapa wanita itu.
"Owh hello ma'am, can i help you?" Tanya Ana.
"Are you teacher in here?"
"Yes ma'am, who are you looking for?" Tanya Ana lagi.
"My name is Esmee Bacas, i'm looking for my Son." Jawab Esmee.
"Can you tell me the name of your Son ma'am?"
"His name is Elliot Hubert Verdonk."
Seketika itu juga Ana langsung terdiam membeku. Dia sangat kaget dengan pernyataan wanita di depannya ini yang mengaku bahwa dirinya adalah ibu dari Elliot.
"Sorry, what you say ma'am?" Tanya Ana lagi.
"My Son, his name is Elliot Hubert Verdonk. Can you help me to find him?"
"Hmm, are you sure about that? I-i thought Elliot's mother was dead." Ucap Ana.
"Maybe that's what Elliot's father said to him. Elliot didn't know anything." Jelas Esmee.
"O-okay i'll call him. Please wait a minute." Ucap Ana.
Ana berbalik untuk menjemput Elliot di kelasnya, dia berjalan sambil tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar bahwa wanita itu adalah ibu dari Elliot. Elliot sempat membahas tentang ibunya yang sudah berada di surga jadi Ana mengira bahwa ibu Elliot sudah meninggal tapi nyatanya saat ini ada seorang wanita yang muncul dan mengaku bahwa dirinya adalah ibu dari Elliot.
Elliot sedang berjalan keluar dari kelas ketika Ana akan menjemputnya. Mereka berdua bertemu di lorong tak jauh dari kelas biru. Ana yang tenggelam dalam pemikirannya tidak sadar bahwa Elliot ada di depannya saat ini.
"Miss Ana, what are you doing here?" Tanya Elliot.
"Owh, Owh Elliot you here. I'm coming to pick you up." Ucap Ana yang sedikit kaget.
"Okay let's go home miss Ana, i've taken my colored pensils." Ucap Elliot.
"Hmm, Elliot there is someone who wants to meet you." Ucap Ana.
"Who?" Tanya Elliot.
"Let's meet her." Aja Ana.
Elliot sangat menurut ketika Ana menggandeng tangannya dan mereka berdua berjalan beriringan untuk menuju keluar.