"Calvin, i feel that there is nothing more to talk about. So, can you go home now? I'm very tired." Ucap Ana.
"Okay, i'm sorry but could you think about my offer earlier?" Tanya Calvin.
"Okay, i'll call you if i change my mind." Jawab Ana.
"I hope you accept it."
Calvin beranjak dari tempat duduknya, dia berjalan menuju ke pintu keluar di ikuti oleh Ana yang berada di belakangnya.
"I'll go now." Pamit Calvin.
"Safe drive."
Keduanya saling tersenyum dengan canggung namun Ana merasa sedikit lega karna untuk yang terakhir kalinya dia bisa memastikan perasaan Calvin padanya. Sejak awal hingga pembicaraan berakhir, Calvin menganggap hubungan mereka berdua hanya sebuah kesalahpahaman jadi dengan begitu Ana dapat merelakan semuanya.
Setelah kepergian Calvin, Ana mengunci pintu apartemennya dan masuk ke kamarnya. Meskipun hari sudah larut, Ana masih harus mengemasi barang-barangnya karna besok siang dia akan pindah ke Amersfoort. Ana mengambil dua koper besarnya kemudian mengisi koper-koper tersebut dengan barang-barang yang Ana anggap penting.
A few hours later
Ana melihat koper-kopernya yang terbuka, dia cukup puas dengan pekerjaannya. Semuanya begitu tertata rapi di dalam koper dan kemudian Ana kembali mengecek satu per satu laci meja di kamarnya untuk memastikan bahwa tidak ada lagi barang yang tertinggal.
"Huft... akhirnya selesai juga. Besok pagi aku harus bertemu pemilik apartemen untuk berpamitan." Ucap Ana.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Ana memutuskan untuk langsung tidur karna dia sudah sangat merasa lelah dan mengantuk.
Calvin's house
Calvin tiba di rumah cukup larut. Dia memarkirkan mobilnya tepat di halaman depan, dia keluar dari sana dengan raut wajah yang dingin. Hugo menyambut kedatangan Calvin dan mulai mengikuti kemana Calvin pergi, namun tiba-tiba saja Calvin berbalik dan mulai bertanya kepada Hugo.
"Hugo, did you know that Ana was fired?"
"Yes sir, i know." Jawab Hugo.
"And why didn't you report it to me?"
"I was going to report it to you earlier but you were in a rush to meet Miss Esmee."
Arrrggghhhh.....
Calvin mengeram karna merasa kesal. Entah mengapa penolakan Ana membuatnya begitu frustrasi. Calvin beranjak dari situ dan dia juga memerintahkan Hugo untuk pergi beristirahat karna hari sudah semakin larut.
Next day at Ana's Apartment
Ana sedang bercermin untuk memeriksa penampilannya, dia sudah membuat janji dengan pemilik apartemennya untuk berpamitan.
Knock.... Knock.... Knock....
Ceklek...."Selamat pagi Nyonya Laurens." Sapa Ana.
"Halo Ana bagaimana kabarmu?"
"Silahkan masuk Nyonya Laurens, kabar ku sangat baik." Jawab Ana.
"Baiklah, apakah kamu yakin akan pindah dari sini?"
"Ya Nyonya, aku sudah menemukan pekerjaan baru tapi karna tempatnya cukup jauh dari sini jadi aku harus pindah ke apartemen yang lebih dekat." Jelas Ana.
"Hmm, aku turut bahagia namun juga sedih karna setelah sekian lama akhirnya aku bertemu dengan gadis Indonesia lain di sini tapi kamu akan pindah sekarang."
"Terimakasih Nyonya Laurens, aku merasa senang selama tinggal di apartemen ini. Begitu banyak kenangan yang terjadi namun hidup harus terus berjalan bukan." Ucap Ana sambil tersenyum.
"Ya kamu benar Ana, semoga kamu bahagia di tempat baru mu dan jangan lupa untuk sering berkunjung kesini."
"Tentu saja Nyonya, aku akan sering mengunjungi anda dan ini aku kembalikan kunci apartemennya." Ucap Ana.
"Apakah kamu akan langsung berangkat?"
"Ya Nyonya, kereta yang aku pesan akan berangkat pukul 10 jadi setelah ini aku akan segera pergi ke stasiun."
"Omong-omong, kamu akan pergi kemana?"
"Aku akan pindah ke kota Amersfoort Nyonya Laurens, aku sudah mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal di sana."
"Hmm, baiklah! Jaga dirimu baik-baik Ana dan semoga kamu selalu bahagia."
"Sekali lagi terimakasi Nyonya. Dan aku ingin meminta tolong jika ada seseorang yang mencari ku, aku mohon kepadamu untuk merahasiakan ke mana aku akan pindah. Bisakah aku mempercayai anda Nyonya?"
"Hmm, baiklah aku akan merahasiakannya." Jawab Nyonya Laurens.
"Terimakasih Nyonya, aku tidak akan melupakan kebaikan anda dan Tuan Laurens."
"Hahaha kamu adalah gadis yang baik! Oh iya, ambilah ini." Ucap Nyonya Laurens sambil memberikan sebuah amplop kepada Ana.
"Nyonya apa ini?"
"Anggap saja itu uang saku dariku, terimalah."
"Nyonya, aku tidak bisa menerima ini." Tolak Ana.
"Ku mohon terima saja, bukankah kita tidak akan bertemu lagi dalam waktu dekat dan aku sudah menganggap kamu seperti putriku jadi tolong terimalah." Paksa Nyonya Laurens.
"Terimakasih Nyonya, sekali lagi terimakasih."
"Baiklah, dan sepertinya taxi yang kamu pesan sudah tiba."
"Aku pergi dulu Nyonya, tolong jaga kesehatan anda." Ucap Ana sambil memeluk Nyonya Laurens.
"Sampai jumpa lagi."
Ana memasuki taxi yang sudah dia pesan, dua koper besar yang dia bawa juga sudah di masukkan ke dalam bagasi oleh sang supir.
"Are you ready to go Miss?" Tanya sang supir.
"Yes Sir." Jawab Ana.
Ana membuka sedikit jendela mobil kemudian melambaikan tangannya kepada Nyonya Laurens. Setelah kepergian Ana, Nyonya Laurens yang hendak mengunci pintu apartemen tersebut dikagetkan dengan seorang pria bertubuh besar yang berada di belakangnya, pria itu memegang pundak Nyonya Laurens dan membuatnya terkejut.
"Oh my God! What the hell are you doing?" Teriak Nyonya Laurens.
"I'm so sorry Madam, but who are you?"
"I'm the owner of this apartement. Who are you?" Tanya Nyonya Laurens.
"My name is Hugo Madam and this is my friend's apartemen."
"Your friend?" Tanya Nyonya Laurens curiga.
"Yes, Ana is my friend. Can i meet her?" Tanya Hugo.
"Sorry, Ana has gone."
"Where is she going?"
"I don't know, i came to collect the rent but she wasn't there when i arrived." Bohong Nyonya Laurens.
"So hasn't she paid you yet?"
"She left her rent money on the table, so she doesn't owe me anything." Jawab Nyonya Laurens."
"Okay Madam, thank you so much for your information."
Hugo berjalan menuju ke mobilnya yang terparkir di pinggiran jalan dekat apartemen Ana dan Nyonya Laurens sendiri masih terus mengamati setiap gerak-gerik Hugo.
"Apakah itu orang yang dimaksud oleh Ana? Dia cukup tampan, mengapa Ana ingin merahasiakan kepindahannya ya? Hmm, sudahlah aku tak perlu ikut campur urusan mereka." Gumam Nyonya Laurens.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Verdonk's Secret Life
Fiksi PenggemarVerdonk bersaudara memiliki setengah darah orang Indonesia, membuat mereka menjadi cukup terkenal semenjak Calvin Verdonk di Naturalisasi untuk memperkuat TimNas sepak bola Senior Indonesia. Akan tetapi kepopulerannya tidak membuat dia menjadi star...