XVII. TERPERANGKAP HASRAT

2 0 0
                                    

‼️‼️‼️‼️🔞🔞🔞🔞🔞🔞‼️‼️‼️‼️
Tolong bijak yaaaa ..yang di bawah umur jangan baca chapter ini 😭🙏

.......

Karin merasa tubuhnya disandarkan ke dada Leon, dan saat dia melangkah cepat menuju mobil, Karin tidak bisa menahan rasa frustrasi yang mulai membubung.

Tidak ada yang menjelaskan apa yang sedang terjadi. Semua hal ini seakan mengalir begitu saja, dan dia merasa dirinya menjadi bagian dari permainan yang tak bisa dia pahami sepenuhnya.

"Leon, apa yang terjadi?" Karin akhirnya bertanya dengan suara yang rendah, namun penuh rasa penasaran. Ia melihat wajah Leon yang tampak terfokus, namun tanpa emosi.

"Apa yang begitu penting sampai-sampai kita harus meninggalkan acara pernikahan?"

Leon tetap diam, matanya tetap lurus ke depan. Sebelum menjawab, ia membuka pintu mobil dan dengan mudah memasukkan tubuh Karin ke dalam kursi penumpang belakang.

Karin merasa dirinya seperti barang yang dipindahkan begitu saja, tanpa ada ruang untuk bertanya lebih jauh. Leon duduk di sampingnya, dan suasana di dalam mobil seketika menjadi penuh ketegangan.

Karin mengatur napasnya, berusaha menenangkan diri. Ia menatap Leon dengan tatapan yang penuh pertanyaan.

"Kenapa kamu menyeretku seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Kamu tidak memberitahuku apa-apa."

Leon menoleh ke arahnya dengan cepat, matanya menyipit, seolah mencoba mengendalikan dirinya sendiri. "Ini hanya masalah kecil perusahaan, Karin. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan."

Karin mendengus kesal, merasa sangat tidak puas dengan jawaban itu. "Masalah kecil?" Ia tertawa sinis, namun ada kegelisahan yang tak bisa dia sembunyikan.

"Kamu pikir aku bodoh? Kamu menyuruhku untuk berjalan di sini, keluar dari acara pernikahan kita, dan menggendongku hanya untuk mengatakan bahwa ini 'masalah kecil'?"

Leon mengabaikan kata-kata Karin, berusaha tetap tenang. Dia menghela napas, seolah berusaha menahan segala sesuatu yang ingin dia katakan.

"Jangan membuat ini lebih rumit dari yang seharusnya."

Namun, Karin semakin merasa cemas. Dia memang belum cukup lama mengenal Leon, tapi dia cukup bisa mengetahui bahwa sikapnya yang selalu tenang dan terkendali ini tidak pernah muncul tanpa alasan yang kuat.

Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi, dan Leon, yang biasanya tak tergoyahkan, kini tampak lebih gelisah dari sebelumnya. Tapi, ia tidak berniat memberitahunya.

"Jadi, ini semua cuma tentang perusahaan? Masalah kecil yang kamu bicarakan? Kamu pikir aku bisa begitu saja menerima semua ini tanpa bertanya?" Karin tak bisa menahan diri lagi.

Rasa frustasinya meluap begitu saja. "Kamu menganggap aku cukup bodoh untuk tidak peduli? Apa kamu yakin ini hanya masalah perusahaan, Leon?"

Leon terdiam untuk sesaat, dan dalam hening itu, Karin bisa merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Wajahnya yang biasa tenang kini seolah terbalut oleh kerumitan yang tak dapat ia uraikan.

Hanya ada keheningan di antara mereka berdua, dan Karin merasa semakin kesal dengan sikap Leon yang begitu tertutup.

"Jangan berpikir terlalu banyak," kata Leon akhirnya, suaranya datar, tanpa emosi. "Saya hanya tidak tega membiarkan istri saya di altar sendirian. Itu saja."

Karin mengernyit, kebingungannya bercampur amarah yang mulai menguasai. "Tidak tega?" Ia tertawa sinis. "Sendirian? Sejak kapan kamu peduli? Jangan konyol, Leon."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Je T'aimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang