Chapter 18

4.2K 259 122
                                    

Hallo teman-teman jangan lupa di bantu vote dan komennya yaaa!
Terimakasih









...Selamat membaca...













Keesokan paginya, Shani sudah harus berangkat ke kantor untuk menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Meskipun hatinya masih jauh dari kata baik, setelah putus dengan kekasihnya, di tambah lagi hari ini ia harus betemu dengan Feni di kantor nanti. Tetapi Shani berusaha untuk tetap professional dan menjalankan pekerjaannya sebagaimana mestinya. Karna ia juga harus sudah mulai mempelajari berkas-berkas penting untuk meetingnya yg akan dilakukan di Jepang beberapa hari lagi.

Shani menitipkan Gracia di rumah orang tuanya, yg kebetulan sudah kembali pulang ke rumah setelah beberapa hari pergi ke luar kota. Hal itu membuat Shani merasa sedikit tenang untuk menjalankan aktivitasnya hari ini di kantor, karna meninggalkan Gracia bersama mamanya.

Sesudah mengantar Gracia kerumah, Shani pun langsung segera berangkat ke kantornya. Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, Shani pun tiba di parkiran kantor dan memarkirkan mobilnya ditempat biasa ia parkir, namun moodnya yg semula masih terjaga dengan baik sehabis sarapan bersama keluarganya dirumah tiba-tiba berubah menjadi buruk saat melihat Feni yg baru saja memarkirkan mobilnya tepat di depan mobil Shani. Shani hanya menghela nafas, kemudian keluar dari dalam mobilnya sambil menatap Feni acuh. Sementara Feni langsung berlari kecil untuk menghampirinya.

"M-morning Shan" ucap Feni takut-takut saat menghampiri dan berjalan di samping Shani yg terus melangkah tanpa menoleh ke arahnya.

"Um.. berkas lu buat bahan meeting di Jepang nanti gua anterin ke ruangan lu ya. Biar lu bisa mulai pelajarin dari sekarang" lanjutnya, masih berusaha untuk mengajak Shani bicara.

"Bukannya emang udah seharusnya kayagitu, lu kan assisten gua. Udah jadi tanggung jawab lu buat ngurusin semua kebutuhan pekerjaan gua, gua tinggal terima beres" ucap Shani dingin, dan langsung masuk ke dalam lift yg kebetulan sedang terbuka. Meninggalkan Feni yg masih terdiam karna ucapan Shani yg kali ini sedikit membuatnya merasa sakit hati sekaligus sedih, tapi biar bagaimana pun Feni hanya berusaha untuk menerimanya. Karna ini semua adalah kesalahannya sendiri yg telah membohongi sahabatnya, meskipun ia sudah tau sejak dulu bahwa Shani adalah orang yg paling tidak suka dengan kebohongan yg sengaja di tutupi.

Feni menarik nafas dalam untuk menahan tangis kesedihannya, dan ia akan selalu berusaha untuk mendapatkan maaf yg tulus dari sahabatnya itu. Kalau saja hanya persoalan pekerjaan mungkin Feni bisa saja memilih untuk keluar dari kantor Shani tanpa berpikir panjang, tapi untuk kehilangan sahabat seperti Shani yg sejak dulu selalu menjaganya Feni tidak akan pernah rela. Maka ia akan berjuang keras untuk mendapatkan maaf dari sahabatnya itu.
.

.

.
Seharian sibuk menjalankan pekerjaannya sambil mempelajari berkas-berkas untuk bahan meetingnya selama di Jepang, membuat Shani tidak sadar kalau sekarang sudah waktunya jam pulang kantor saking sibuknya ia dengan semua berkas-berkas yg ada diatas mejanya. Berusaha menyibukkan diri untuk menghapus rasa sakit hatinya yg baru saja putus dengan Sisca, Shani menghela nafas dalam saat melihat ke arah handphone nya yg biasa di penuhi dengan notifikasi dari mantannya itu yg selalu menanyakan kapan ia pulang dari kantor atau sekedar mengabarkan kalau mantannya itu akan melakukan take shooting.

Shani tersenyum getir saat kembali mengingat momen-momen bersama Sisca yg mungkin takkan bisa terulang kembali dan hanya tinggal kenangan.

From Sister, To Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang