Aku mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum aku tidur. Namun, tidak ada yang aneh—aku hanya ingat tertidur di kamar bersama Patji dan yang lain. Tapi sekarang aku berada di tempat ini, di sisi seseorang yang membuat hatiku berdebar tak menentu.
Phi Thomas perlahan bergerak, mungkin terganggu oleh suara kecil ku. Mata tajamnya terbuka perlahan, langsung menangkap sosok ku yang menatapnya dengan kahwatir marah dan panik.
"Pha, kau sudah bangun?" Phi Thomas bertanya, suaranya serak namun hangat.
"Ap... apa maksudnya ini? Kenapa aku di sini?!" Aku hampir berteriak, namun aku menahan suara ku agar tidak terlalu keras.
Phi Thomas duduk perlahan, memandang ku dengan tenang. "Aku membawamu ke sini karena aku ingin memastikan kau aman," kata phi Thomas. "Aku tidak bisa tidur tenang mengetahui kau jauh dariku pha."
"Phi Thomas, ini gila! Kamu tidak bisa begitu saja membawaku tanpa izin!" Mata ku membesar, antara marah dan malu. "Bagaimana jika teman-temanku bangun dan menyadari aku hilang?!"
Thomas mendekat, membuat aku semakin mundur hingga punggungnya menempel pada kepala tempat tidur
"Aku tahu ini salah," Phi Thomas mengakui. "Tapi aku tidak peduli. Yang penting, kmau di sini bersamaku. Aku hanya ingin melindungimu pha."
Aku menatap phi menatap dengan tatapan tajam, tetapi ada bagian kecil di hati ku yang goyah. Phi Thomas selalu memiliki cara untuk membuat aku merasa spesial, tetapi kali ini aku tidak yakin apakah tindakan phi Thomas adalah perlindungan atau obsesi.
"Kembalikan aku ke kamar," pinta ku tegas, meskipun suaranya bergetar sedikit.
Phi Thomas tersenyum tipis, mengangkat tangannya seperti menyerah. "Baiklah, jika itu yang kamu mau. Tapi, aku ingin kau tahu satu hal, Pha..."
Ak menunggu, mata ku masih waspada.
"Aku tidak akan membiarkan siapa pun melukaimu lagi. Aku juga tidak akan membiarkanmu pergi lagi. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sini untukmu," kata phi Thomas dengan nada rendah namun penuh penekanan.
Aku terdiam. Kata-kata phi Thomas terasa tulus, tetapi situasinya tetap terasa salah. Aku harus memutuskan—apakah akan tetap menjaga jarak atau mulai mempercayai pria yang begitu bertekad untuk melindungi ku ini.
"Baiklah," jawab ku akhirnya, suara ku melemah. "Tapi, jangan pernah lakukan ini lagi tanpa izin dariku."
Phi Thomas mengangguk, tetapi ada kilatan tekad di matanya. "Aku janji... untuk tidak membuatmu merasa tidak nyaman. Tapi aku tidak bisa menjamin akan berhenti peduli padamu."
Aku hanya menghela napas panjang. Aku tahu malam ini hanyalah awal dari sesuatu yang lebih besar di antara kami
"Dan ada satu hal lagi, yang ingin aku beritahukan kepadamu pha."
"Apa?" Aku menatap bingung ke arah phi Thomas
"Wanita saat itu. Bukan pacar ku, itu adik ku mai."
Aku yang mendengar itu merasa malu, wajahku memerah bak kepiting rebus. Apalagi saat sadar, aku menulis di dalam surat. Jika aku menyukai phi Thomas
Aku terpaku, kata-kata Phi Thomas tadi menggema di pikiranku. Adik? Wanita itu adiknya? Aku merasa seperti orang bodoh karena membiarkan asumsi liar membayangi pikiranku selama ini.
"Kamu serius?" tanyaku, mencoba menyembunyikan rasa maluku.
Phi Thomas menatapku dengan lembut, senyumnya tipis namun penuh keyakinan. "Aku tidak pernah bercanda tentang hal penting seperti inj, Pha."
Aku menggigit bibirku, tidak tahu harus berkata apa. Dalam hati, aku merasa lega, tapi di saat yang sama aku kesal pada diriku sendiri karena merasa seperti ini.
"Tapi... itu tidak mengubah fakta bahwa apa yang kamu lakukan malam ini salah," kataku, berusaha mengalihkan perhatian dari rasa maluku.
Phi Thomas mengangguk pelan. "Aku tahu. Dan aku minta maaf, Pha. Aku hanya..." Dia menggantungkan kalimatnya, seolah mencari kata yang tepat. "Aku hanya takut kehilanganmu."
Kata-katanya membuat dadaku terasa hangat dan sesak sekaligus. Perasaan ini, campuran antara marah, bingung, dan—entah bagaimana—senang, membuatku semakin tak yakin dengan apa yang seharusnya kulakukan.
"Phi Thomas, kau tidak perlu melakukan semua ini. Aku bisa menjaga diriku sendiri."
Dia tersenyum kecil, meskipun ada kesedihan di matanya. "Aku tahu. Tapi ada hal-hal yang bahkan kau tidak bisa kendalikan. Dan di situlah aku ingin berada. Untuk memastikan kau baik-baik saja, meski dunia ini kejam."
Aku tidak tahu harus membalas apa. Sebelum aku bisa berkata-kata, Phi Thomas segera mendekat ke arahku
"Kamu tidak harus menyukaiku. Tapi tolong, buka hatimu untukku."
"Awalnya memang aku yang menyukaimu. Walapun aku tidak tahu, apa kah phi juga menyukaiku. Tapi sekarang, aku tahu harus apa."
"Apa?" Tanya phi Thomas dengan bingung
"Maka kamu harus mengejarku." Kata ku dengan seriuss
Phi Thomas menatapku dengan tatapan yang sulit terbaca. Mungkin dia tidak mengira aku akan mengatakan itu—bahwa aku ingin dia mengejarku.
"Apa kamu serius, Pha?" tanya Phi Thomas, suaranya bergetar sedikit, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja aku katakan.
Aku mengangguk perlahan, meskipun hatiku berdebar keras. "Ya, aku serius. Tapi bukan berarti kamu bisa begitu saja mengaturku atau memaksaku," jawabku dengan tegas.
Phi Thomas mendekat lebih dekat, hanya beberapa inci lagi antara kami. Matanya yang tajam tak pernah lepas dari mataku, seolah mencari tahu apakah aku benar-benar siap dengan semua ini.
"Aku mengerti," kata Phi Thomas pelan. "Aku akan berusaha, Pha. Tapi kamu harus tahu satu hal—aku akan terus melindungimu, apapun yang terjadi. Dan jika itu berarti aku harus mengejarmu sampai akhir dunia, aku akan melakukannya."
Perasaan campur aduk kembali merayap ke dalam diriku. Aku ingin menolaknya, tapi di saat yang sama, aku tahu dia tulus. Aku hanya takut jika terlalu banyak perasaan yang terlibat, semuanya akan berubah menjadi lebih rumit.
Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diriku. "Jangan terlalu cepat percaya diri, Phi. Dunia ini lebih rumit dari apa yang kamu bayangkan."
Phi Thomas hanya tersenyum. "Itulah yang membuatnya menarik, bukan?"
Aku hanya bisa menghela napas. Mungkin aku harus lebih berhati-hati, tapi perasaan yang tumbuh di dalam hatiku sepertinya semakin sulit untuk dibendung.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHA: HOW MUCH YOU LOVE
Roman pour AdolescentsThomas:"Aku sudah lama mengejarmu." Phassakorn :"Sejak kapan Phi?." Thomas:"Jadi pacar ku. maka akan aku beritahu.Jika di termina akan aku ceritakan, jika kamu tidak bisa menjawab, maka akan kucium." Phassakorn:"Jika aku menolak?." Thomas:"Aku tidak...