28. Love and lies

9 4 0
                                    

"Kamu dapat dari mana?" tanya Bianca heran. Gadis itu mendaratkan bokongnya di kursi, lalu menatap tenang wajah Ardiaz. Seolah semuanya baik-baik saja.

Diaz tertawa kering, cowok itu mengedarkan pandangannya. "Jadi ini semua benar?" tanya balik Diaz. Cowok itu mengeluarkan ponselnya, memainkannya beberapa saat, seolah tidak memperdulikan keberadaan Bianca dihadapannya.

Sepertinya tidak mungkin jika Diaz membuntutinya, lagipula cowok itu tidak hadir ke acaranya Naura. Lalu, darimana Diaz bisa menuduh hal yang tidak-tidak terhadanya? Bianca tersenyum geli, meraih tangan kekasihnya. "Kamu salah paham. Itu semua nggak be—"

"Gue nggak nyangka ketemu lagi sama lo Le,"

"Gue juga. Eemm, lo makin cantik ternyata Ca..."

"Bisa aja lo!"

"Gue serius Ca, dari dulu lo nggak pernah berubah. Selalu cantik, dan... gue rasa gue masih menaruh perasaan terhadap lo."

"Le?"

"Mau kan, lo jadi pacar gue mulai saat ini Ca?"

"Leo?"

"Gue sayang sama lo Ca."

"Leo! Gue udah punya pacar."

"Kenapa lo nggak berniat pacaran sama gue secara sembunyi-sembunyi?"

Hening sejenak. Ardiaz menghela napasnya keras, bisa-bisanya ia kembali memutar audio tersebut hanya untuk memperkuat bukti. Sudah tahu menyakitkan. Inimah the real, dikasih cobaan malah dicobain.

"Gu-gue... Gue mau!"

Diaz memejamkan matanya sejenak, 'Persetan!'

"Serius?"

Suara Leo terdengar begitu menyebalkan ditelinganya.

"Kenapa nggak? Gue... Nggak cinta sama Diaz, gue cuma takut kehilangan dia aja Le. Jadi, gue berhak bukan untuk mendapatkan cinta gue yang sesungguhnya?"

"Thanks, kita resmi pacaran sekarang—"

Belum kalimat itu terselesaikan, Diaz sudah lebih dulu mematikan ponselnya. Rasa sesak mulai kembali menyerang, sebelumnya ia tidak pernah menyangka jika Bianca akan menerima tawaran Leo barusan.

"Bohong? Itu, yang namanya bohong, Liza?" tanya Diaz dingin.

Bianca menggeleng, ia segera merampas ponsel Diaz. "Itu nggak benar Diaz. Aku nggak mungkin nerima tawaran itu? Lagian aku sayang kamu Diaz, nggak mungkin aku ngelakuin itu." sanggah Bianca cepat.

Diaz menarik satu alisnya. "Lo budek? Di rekaman ini lo bilang nggak pernah cinta sama gue sedikitpun, lo nerima rasa cinta gue karena lo nggak mau kehilangan gue Ca! Bukan cinta ataupun sayang." jawab Diaz dengan pelan.

"Maaf. Aku minta maaf Diaz.."

Diaz berdiri dari kursinya, ia segera berjalan meninggalkan Kafe yang cukup padat dengan pelanggan yang lain. Bianca hendak menyusulnya, namun ternyata Leo berada di sini. Cowok itu melarang Bianca untuk menyusul Diaz.

"Ngapain? Ngapain lo kejar dia Ca? Lo bilang lo nggak cinta sama dia?" Leo tersenyum sekilas, ia menyuruh Bianca untuk kembali duduk.

"Lo itu sekarang udah jadi milik gua Ca," ujar Leo menyuruput coffe yang ia bawa dari mejanya.

"Tapi gue harus jelasin semuanya kan? Gue nggak mau dipermalukan Diaz nantinya Le." tegas Bianca, jari-jarinya terkepal kuat.

Leo terkekeh, kemudian meminum coffe nya sedikit lagi. "Ada gue. Bilang kalo Diaz ngejahatin lo, gue siap maju paling depan melawan Diaz, Ca."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

7 Rajawali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang