Malam itu, Hoseok duduk di balkon kamarnya, memandangi langit malam yang dihiasi bintang-bintang. Udara dingin menemaninya, tapi bukan itu yang membuat tubuhnya bergetar. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, sesuatu yang membuatnya terus berpikir sejak pagi tadi-sejak Yoongi memberikan pengakuannya.
Hoseok menghela napas panjang. "Cinta itu menakutkan, tapi juga bisa membuat kita kuat," kata Yoongi tadi siang terngiang-ngiang di kepalanya. Apa maksud dari semua itu? Kenapa Yoongi begitu yakin pada perasaannya, sementara dia sendiri masih ragu?
Hoseok menatap tangannya yang terbuka di pangkuannya. Dia ingat bagaimana Yoongi menggenggam tangannya tadi siang, bagaimana sentuhan itu terasa hangat dan penuh keyakinan. Dia tidak menarik tangannya saat itu, malah membiarkannya. Dan anehnya, dia merasa nyaman.
Namun, kenyamanan itu juga menakutkan. Hoseok tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Bagaimana jika dia membiarkan perasaan itu tumbuh, lalu akhirnya terluka lagi? Bagaimana jika semuanya hanya sementara, seperti orang-orang lain di hidupnya?
---
Keesokan harinya, Yoongi kembali menjemput Hoseok, seperti biasa. Tapi kali ini, Hoseok terlihat sedikit berbeda. Tidak ada keraguan dalam langkahnya saat dia keluar rumah, helm di tangannya. Saat dia naik ke motor Yoongi, ada senyuman tipis di wajahnya.
"Pagi, Yoongi," sapanya pelan.
Yoongi menoleh, sedikit terkejut. "Pagi, Seok! Tumben ramah. Apa aku mimpi?"
Hoseok terkekeh kecil. "Jangan berlebihan."
Perjalanan menuju kantor terasa lebih ringan dari biasanya. Yoongi sesekali melontarkan candaan, dan Hoseok menjawab dengan santai. Tidak ada lagi keheningan canggung seperti sebelumnya. Hoseok mulai merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, dia bisa membiarkan dirinya menikmati momen ini.
Sesampainya di kantor, Yoongi mengajak Hoseok ke kantin untuk sarapan. "Aku udah pesen roti lapis favorit kamu. Aku tahu kamu nggak sempat sarapan tadi," kata Yoongi sambil menyerahkan sepiring roti dan segelas susu.
Hoseok menatap makanan itu, lalu menatap Yoongi. Ada rasa hangat yang menjalar di dadanya. "Kamu selalu perhatian, ya?"
Yoongi tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya. "Aku cuma pengen kamu bahagia, Seok."
Hoseok tidak menjawab. Dia hanya menunduk dan mulai memakan roti itu. Tapi di dalam hatinya, dia mulai merasakan sesuatu yang baru. Perasaan yang perlahan muncul, seperti tunas kecil yang baru saja tumbuh di tanah yang sebelumnya kering.
---
Hari-hari berlalu, dan hubungan mereka semakin dekat. Hoseok mulai membuka dirinya sedikit demi sedikit. Dia mulai menerima kehadiran Yoongi dengan lebih santai. Mereka sering makan siang bersama, mengobrol tentang hal-hal kecil, bahkan berbagi tawa seperti dulu.
Namun, di balik senyumannya, Hoseok masih bertanya-tanya. Apakah ini cinta? Apakah perasaan nyaman ini bisa diartikan sebagai cinta, atau hanya rasa terima kasih karena Yoongi selalu ada untuknya?
Suatu malam, Hoseok memutuskan untuk mencari tahu. Dia menghabiskan waktu membaca artikel tentang cinta, menonton film romantis, bahkan mencoba berbicara dengan temannya yang lebih berpengalaman dalam hal ini. Tapi semua jawaban yang dia dapatkan terasa tidak memuaskan.
Akhirnya, dia memutuskan untuk bertanya langsung kepada orang yang paling dekat dengannya saat ini.
---
"Yoongi, menurutmu cinta itu apa?" tanya Hoseok tiba-tiba saat mereka sedang duduk di taman belakang kantor.
Yoongi yang sedang menyeruput kopinya terdiam sejenak. Dia menatap Hoseok dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. "Kenapa kamu nanya itu?"
Hoseok mengangkat bahu. "Cuma penasaran aja. Aku nggak pernah benar-benar ngerti apa itu cinta."
Yoongi tersenyum tipis. Dia meletakkan cangkirnya dan menatap Hoseok dengan serius. "Buat aku, cinta itu adalah ketika kamu merasa ingin melindungi seseorang, ingin melihat dia bahagia, bahkan kalau itu berarti kamu harus mengorbankan sesuatu. Cinta itu nggak selalu sempurna, tapi itu nyata."
Hoseok terdiam. Kata-kata Yoongi menyentuh hatinya, tapi juga membuatnya semakin bingung. "Tapi bagaimana kalau cinta itu justru membuat kita takut? Takut kehilangan, takut terluka?"
"Itu wajar," jawab Yoongi. "Cinta memang nggak mudah, Seok. Tapi kalau kamu benar-benar sayang sama seseorang, kamu akan tetap memilih untuk mencintainya, meskipun ada risiko."
Hoseok menatap Yoongi dalam-dalam. "Jadi, kamu nggak takut mencintai aku? Padahal aku belum tahu apa yang aku rasakan."
Yoongi tersenyum lembut. "Aku nggak takut. Karena aku percaya sama kamu, Seok. Aku percaya suatu hari nanti, kamu akan tahu apa yang kamu rasakan."
Hoseok merasa dadanya semakin sesak. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Tapi di dalam hatinya, dia mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang perlahan mengisi kekosongan yang selama ini dia rasakan.
---
Malam itu, Hoseok duduk di tempat tidurnya, memegang ponselnya dengan tangan yang sedikit gemetar. Dia membuka aplikasi pesan dan mengetik pesan untuk Yoongi.
"Yoongi, terima kasih untuk hari ini. Aku nggak tahu apa yang aku rasakan, tapi aku tahu aku nggak mau kehilangan kamu."
Dia membaca pesan itu berkali-kali sebelum akhirnya menekan tombol kirim. Tidak butuh waktu lama, balasan dari Yoongi datang.
"Aku juga nggak mau kehilangan kamu, Seok. Aku akan selalu ada buat kamu."
Hoseok tersenyum kecil, merasa sedikit lebih lega. Mungkin dia belum sepenuhnya mengerti apa itu cinta, tapi dia tahu bahwa bersama Yoongi, dia merasa lebih kuat. Dan itu sudah cukup untuk sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/356168141-288-k914565.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
kau rumah ku (sope)
RandomMenceritakan tentang kisah anak pertama, yang keluarga nya terlihat cemara dan penuh dengan kebahagiaan diluar, nyatanya di dalamnya seorang anak tidak mendapatkan rumah pertamanya, dan mentalnya di hajar hingga hancur berkeping-keping. Jung hoseok...