4. kurang.

302 35 6
                                    

Hari ini hoseok ada acara keluarga besar besaran, keluarga dari papa dan keluarga dari mama nya akan berkumpul dirumahnya dalam waktu bersamaan.

Hoseok sudah mandi, sudah berpakaian rapi, menggunakan kemeja panjang dan celana jeans hitam ketat, rambut hitam yang tertata rapi, dan jam tangan yang hoseok gunakan, memang hanya dirumah, tapi ia ingin terlihat tidak begitu buruk di hadapan keluarga besar nya.

Hoseok mengambil ponsel nya, jari nya langsung menekan kontak yoongi, dan menekan tombol call.

Tak perlu menunggu lama, telepon sudah tersambung "halo" sapaan pertama yang muncul dari yoongi.

"Kenapa, Seok?" tanya yoongi dari balik telepon.

"Kak, aku izin buat ga masuk kerja dulu, ya, aku ada acara keluarga, kata papa aku harus ada." izin hoseok.

"Oh iya, Seok, aman kok, have fun with you family ya, take ur time!" jawab yoongi dengan ramah dibalik telepon, setelah itu telepon langsung terputus.

Hoseok bergegas keluar dari kamarnya setelah meletakkan ponselnya di kasur karena ia sudah di panggil.

"Hoseok, duduk." ucap nenek dari keluarga papa nya, hoseok tersenyum kemudian mengangguk dan duduk di kursi kosong.

"Hoseok, gimana kerjaan mu?" tanya sang mama membuat hoseok terdiam, bahkan ketika sedang berkumpul saja masih kerjaan yang dibahas, memangnya tak bisa lepas dari kerjaan sekali saja?

Setelah mama nya yang bertanya, sang nenek pun ikut bertanya "Katanya kau masuk bagian seni ya, hoseok? Memangnya selain itu tidak ada yang menarik apa? Kau bisa jadi apa dari sana? Sesekali coba memilih jalan hidupmu sendiri yang berguna, seok." ucapnya.

"Benar kata nenek mu, seok, gaji dibagian seni itu sedikit, kamu tau kan spp sekolah adikmu saja jutaan? Bahkan sampe belasan juta." ucap sang papa yang tiba-tiba datang ntah darimana.

Hoseok hanya bisa diam, menundukkan kepalanya, mendengar semua keluhan dari keluarga nya tentang dirinya yang selalu saja kurang.

"Dia memang anak ga berguna, buk, milih kerjaan kok dibagian seni, padahal badan dia bagus, dia juga masih muda, mungkin jika dia jual diri ada saja yang akan membelinya, dan tentunya uang yang dia dapatkan lebih banyak." ucap sang mama pada neneknya, neneknya hanya mengangguk setuju.

"Coba lihat adik adik mu, seok, mereka memilih jalan yang benar, seharusnya kau yang menjadi contoh, bukan adik mu." ucap sang papa, makian demi makian terdengar terus di telinga hoseok, hoseok rasanya ingin mengamuk sekarang juga, tapi apa boleh buat.

"Kau ini sekolah saja cuma sampai SMP, pantesan saja tidak bisa apa apa, kau tau tolol? Itu kau." ucap sang mama.

"Ya, ma, pa, nek, hoseok permisi sebentar." ucap hoseok, hoseok bukan mendengar jawaban, tapi malah decihan yang keluar.

Hoseok berdiri dan bergegas meninggalkan tempat itu, hatinya terasa sakit karena dihajar habis habisan dengan ucapan keluarga nya tadi.

Hoseok memasuki kamarnya, lalu ia menutup pintunya dengan rapat, terduduk dibelakang pintu itu bukan hal baru bagi hoseok, jika hoseok sudah benar benar tak sanggup, tempat teenyaman hoseok adalah duduk dibelakang pintu, rasanya seperti ia bersandar, bercerita, dan pintu mendengar tanpa menghakimi, pintu hanya diam, mendengar.

Hoseok mulai terisak, dia tak tahan dengan sesaknya dada dia sekarang, dada nya sakit, seperti ditusuk banyaknya pisau tajam yang berhasil menghancurkan hati hoseok begitu saja.

"Ma, pa, aku tau jika aku adalah beban, tapi kumohon biarkan aku memperbaiki semuanya, lalu beritahu aku jika salah, tolong bimbing aku dengan benar, ma, pa, bukan dengan cara membentak dengan makian dan menyudutkanku seperti orang yang benar benar tak pantas. Aku juga ingin disayangi dan dicintai sepenuh hati, merasakan hangatnya keluarga saat berkumpul bersama." ucap hoseok, hoseok kini memegangi dada nya, sesekali ia remas dada nya agar rasa sesak di dada nya hilang.

kau rumah ku (sope) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang