BANTU KLIK BINTANG YA READERS TERCINTA.
Apakah kalian percaya kalau dunia lain itu ada? Atau kehidupan yang dihuni manusia sejenis kita tapi bukan di bumi?
Ya, itu dialami langsung oleh seorang gadis manis bernama Annalise, gadis yang tinggal di Lon...
Seorang gadis terlihat sedang menukik alisnya tajam, dibuat geram dengan pintu kamarnya yang tidak bisa dibuka. Sudah beberapa kali ia berteriak sampai tenggorokannya sakit dan beberapa kali juga pintu ber-cat putih gading itu ia gedor-gedor sampai puncaknya karena kesal, Annalise menendang pintu yang tidak bersalah itu dengan seluruh tenaganya.
Padahal mood Annalise beberapa menit yang lalu bagus, karena suasana di pagi hari yang tenang.
"Gue seharusnya udah paham tabiat tuh orang," oceh gadis itu sambil berjalan mondar-mandir.
Mengepalkan kedua tangannya, "Gak mungkin dia biarin gue pulang ke apartemen Vivian!"
Entah ide darimana, Annalise terpikirkan satu cara. Ia berjalan cepat kearah balkon kamar lalu membuka pintu kaca dengan perasaan penuh harap akan ketinggian yang tidak terlalu.
Tapi dipatahkan langsung setelah melihat kebawah ada kolam berukuran sedang yang airnya berwarna keruh kehijauan, apalagi disekitarnya terdapat tumbuhan berduri. Pupus sudah.
"Bagaimana ini, apakah pohonku sudah disiram oleh Vivian." Annalise harap harap cemas, kenapa juga di keadaan begini yang ia ingat hanya si pohon.
Ceklek.
Suara engsel pintu dibuka terdengar jelas, memperlihatkan sosok pria memakai setelan kemeja hitam tanpa dimasukkan kedalam celana dengan lengan kemeja sudah digelung sampai siku, sebagai pemanis selalu ada mahkota berada di atas kepalanya.
"Ganteng ih," batin Annalise bersuara, dan langsung menggeleng cepat mengenyahkan pemikiran itu.
"Sarapan," titah si pria.
Annalise berjalan menghampiri Exavier, "Aku mau pulang," pintanya.
"Menu hari ini daging," kata Exavier tanpa membalas permintaan Annalise.
"Mau pulang ih!" sentak Annalise lagi.
"Ada segelas susu," sambung Exavier lalu memasukkan kedua tangannya pada saku celana.
Karena baginya melihat ekspresi geram gadisnya adalah hiburan tersendiri untuk Exavier, apalagi di pagi hari seperti ini.
"Aku tidak peduli-" ucapan gadis itu langsung dipotong.
"Temanmu ada dibawah."
"Soal makanan, eh- apa?" tanya Annalise tidak mau sampai salah dengar.
"Cepat turun," dua kalimat terakhir diucapkan Exavier sebelum pergi dan menutup pintu kembali.
Annalise kembali ditinggalkan sendiri, setelah beberapa detik otaknya langsung memproses perkataan pria itu yang artinya Vivian berada di istana ini sekarang.