Dua minggu telah berlalu sejak Julius melamarku di Lago di Venere—tempat yang sama di mana dia pertama kali menyatakan perasaannya padaku. Momen itu begitu sempurna, seperti dunia berhenti sejenak untuk kami berdua. Dengan hati yang penuh kebahagiaan, aku menerimanya.
Aku tahu Julius kini telah mengetahui segalanya—bahwa Morwen adalah dalang di balik kematian orang tuaku. Namun, aku tidak pernah menanyakan apa yang akan dia lakukan terhadap pria itu. Aku percaya sepenuhnya pada Julius, pada keputusan-keputusannya. Jika dia memilih untuk tidak membunuh Morwen sekali pun, aku yakin dia memiliki alasannya sendiri, caranya tersendiri dan metodenya tersendiri.
Meski luka akibat kehilangan kedua orang tuaku belum sepenuhnya sembuh, aku mencoba melanjutkan hidup, sebagaimana semestinya. Aku berdiri di depan cermin besar hari ini, mengenakan gaun pengantin putih yang jatuh indah hingga menyentuh lantai.
Gaun ini memiliki siluet mermaid yang menonjolkan lekuk tubuhku dengan sempurna. Bahannya terbuat dari satin lembut, dengan detail renda halus yang menghiasi bagian korset dan membentuk pola bunga-bunga kecil.
Bagian belakang gaunku dihiasi dengan kancing mutiara yang memanjang hingga ke ekor gaun. Di bahuku, renda tipis berfungsi sebagai lengan, memberikan kesan elegan sekaligus lembut. Rambutku ditata menjadi sanggul rendah yang dihiasi dengan tiara kecil berhiaskan kristal, memberikan kesan ratu yang anggun tapi tidak berlebihan. Beberapa helai rambut sengaja dibiarkan terurai di sekitar wajahku, memberikan sentuhan natural.
Bayangan diriku di cermin terasa seperti orang asing—seorang wanita yang telah melalui begitu banyak hal, tapi tetap berdiri di sini, siap untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Aku menyentuh gaun itu, jemariku merasakan tekstur halus kain satin yang dingin di kulitku. Senyum kecil muncul di wajahku, meski samar.
Hari ini, aku tidak hanya menikahi pria yang telah membuatku jatuh cinta. Aku juga menikahi seseorang yang telah menjadi pelindungku, pendukungku, dan satu-satunya tempat aku merasa aman.
"Aku siap," bisikku pelan pada diriku sendiri.
Langkah-langkah kecil menggema di lorong di belakangku, dan aku tahu Julius sudah menunggu. Seperti biasa, kehadirannya adalah gravitasi yang menarikku keluar dari kekacauan pikiranku.
Aku menarik napas dalam-dalam, mengangkat kepalaku sedikit lebih tinggi. Meski masa lalu takkan pernah benar-benar pergi, aku tahu bahwa hidupku bersama Julius akan menjadi petualangan baru, penuh tantangan, tapi juga penuh cinta.
Hari ini adalah awal dari segalanya.
Sebuah ketukan pintu terdengar, membuatku berbalik dan mendapati Nyx berdiri di ambang pintu, mengenakan setelan hitam elegan dengan dasi abu-abu perak yang tampak serasi dengan suasana hari ini. Rambutnya yang gelap tersisir rapi, memberikan kesan tegas namun tetap santai. Mata tajamnya menatapku dengan lembut, memberikan sedikit rasa tenang.
"Sudah waktunya," katanya singkat, namun penuh arti.
Aku mengangguk pelan, mengumpulkan keberanianku sebelum melangkah menghampirinya.
Nyx adalah orang yang mengantarkanku menuju altar hari ini, menggantikan ayahku. Meski kami tidak begitu dekat, aku mengenalnya sebagai kakak dari temanku, Bianca. Dan, untuk alasan tertentu, aku bersyukur dia ada di sini.
Kami mulai berjalan melewati lorong Mansion, langkahku terasa berat sekaligus penuh harap. Pandanganku menyapu para tamu yang hadir ketika kami memasuki ruangan luas yang telah dihias dengan begitu indah. Sebagian besar dari mereka adalah wajah asing, orang-orang dari dunia Julius yang belum pernah kutemui sebelumnya. Namun di antara mereka, aku melihat sosok Bianca dan Gwen duduk di barisan tengah, memberikan senyuman penuh dukungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Julius
Romance[TAMAT DAN MASIH LENGKAP] Tubuhku gemetar kecil saat dia mengangkat dan menekanku ke dinding terdekat. Dan aku tidak punya pilihan lain selain melingkarkan kakiku di pinggangnya, menopang diriku sendiri padanya sehingga dia bisa memegangku hanya den...