Aku mendarat dengan selamat setelah melakukan perjalanan berjam-jam lamanya. Selama perjalanan aku tidak banyak berbicara dan memilih menjernihkan kepalaku dengan diam atau tidur.
Selama perjalanan Nyx sesekali bertanya mengenai perasaan dan kondisiku, akan tetapi aku hanya menjawab singkat dan seperlunya.
Aku merasa lesu, tak memiliki semangat. Seolah ada bagian dari diriku yang tertinggal, tak bisa ikut pulang—seperti ada sesuatu yang tetap terperangkap di Mansion Julius, dan entah bagaimana, aku merasa tak bisa melepaskannya.
Setelah kaki kami menginjakkan tanah, aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menyambut kenyataan bahwa perjalanan ini telah berakhir. Nyx berjalan di depanku, langkahnya cepat dan pasti, seolah dia sudah terbiasa dengan semua ini. Aku mengikutinya dengan langkah yang lebih lambat, merasa tubuhku berat, seperti tak ingin bergerak.
Kami berjalan menuju area imigrasi untuk pemeriksaan paspor. Semua berjalan lancar, dan tak lama setelahnya, aku menunggu Nyx mengambil koper di conveyor belt.
"Bianca menunggu di kedatangan," ujar Nyx, suaranya datar, namun aku bisa merasakan sedikit kehangatan di dalamnya, seolah memberi petunjuk bahwa ada seseorang yang menunggu.
Dan benar saja, saat ujung pintu keluar, berdiri seorang wanita dengan rambut pirang bergelombang dan senyum yang tak asing bagiku. Bianca.
Aku bisa merasakan senyum itu bahkan sebelum aku benar-benar melihatnya. Tanpa sadar, bibirku sedikit melengkung.
Bianca berlari ke arahku dan tanpa aba-aba menyerbuku, memelukku erat. "Finally! Aku sangat merindukanmu, Rhea."
Kami berpelukan beberapa saat sebelum akhirnya kembali membuat kontak mata. Mata Bianca terlihat berkaca-kaca, membuatku yang melihat emosinya merasakan hal yang sama. Tapi aku tidak bisa berkata apa-apa.
"Aku tidak percaya kau akhirnya kembali ke Boston."
Aku melirik Nyx sesaat, yang masih berdiri di dekat kami, memperhatikan interaksi kami dengan saksama, terutama gelagatku, seolah dia khawatir aku akan mengatakan sesuatu yang bersifat rahasia pada Bianca.
"Ya, aku di sini. Aku pulang."
"Bagus! Si brengsek Julius tidak pantas mendapatkanmu. Seharusnya dia memulangkanmu lebih awal," gerutu Bianca dengan menggebu-gebu.
Aku melirik Nyx dengan ekor mataku dan mendapati pria itu mendesah pelan. "Dia atasanku, Bianca."
Bianca memutar matanya mendengar kata-kata Nyx, ketidaksukaannya terhadap Julius terlihat jelas dari pengungkapan kata-katanya.
"Aku tidak peduli!"
Bianca kemudian meraih tanganku dan menyeretku untuk segera pergi. "Ayo kita pergi dari sini. Aku punya taksi yang menunggu."
Aku mengikuti langkah Bianca tanpa protes. Diikuti oleh Nyx di belakang kami dengan langkah enggannya seraya menyeret koper.
Bianca menuntunku menuju taksi yang menunggu di luar bandara, lengannya terus memegangiku hingga kami melangkah masuk ke dalam kendaraan.
Kami berdua duduk di kursi belakang, sementara Nyx duduk di kursi penumpang di sebelah pengemudi. Setelah sang sopir memasukkan koper Nyx ke bagasi, mobil pun mulai meluncur.
Kami mengobrol banyak hal selama perjalanan meski sebagian besar aku tidak fokus. Beberapa saat aku akan menanggapi Bianca, tapi saat pikiranku kosong, aku hanya akan mengangguk dan tersenyum.
Aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya, apa yang saat ini Julius lakukan. Di mana Julius berada, apakah di Mansion miliknya yang sepi atau di gedung Sky Eagle kebanggaannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/379469875-288-k211030.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Julius
عاطفية[TAMAT DAN MASIH LENGKAP] Tubuhku gemetar kecil saat dia mengangkat dan menekanku ke dinding terdekat. Dan aku tidak punya pilihan lain selain melingkarkan kakiku di pinggangnya, menopang diriku sendiri padanya sehingga dia bisa memegangku hanya den...