*vote and comment please
Play Mulmed
-
Blank Space, Taylor SwiftHAPPY READING!!!
🏁🏁🏁
"Yang ini bagus."
"Tapi yang ini juga lebih bagus."
"Apa yang ini aja, ya?"
Evan memutar bola mata jengah, manik ungu gelapnya memperhatikan Aurel yang sibuk memilih dress. "Kalau suka ambil, nggak usah kayak orang miskin."
Mendengar ucapan songong Evan, Aurel melirik malas pada Kakaknya yang menatapnya dengan wajah enteng. Namun tak ayal dirinya berlalu pergi menuju kasir.
Dihari minggu ini, Aurel dan Evan tengah berkeliling disebuah pusat perbelanjaan terbesar dikota, tentunya ini semua atas kemauan Aurel.
Sebagai seorang kakak, Evan menyanggupi permintaan sederhana sang adik, kebetulan sekali mereka jarang menghabiskan waktu bersama, karenanya untuk kali ini Evan biarkan Aurel kemanapun dengan ia yang setia membuntuti, lelaki itu bahkan tak melayangkan protes sedikitpun meski sudah berkeliling berjam jam lamanya. Evan hanya sekedar menanggapi jika ia dimintai pendapat seperti tadi.
Selesai membayar belanjaan Aurel, keduanya lantas lanjut berkeliling. "Masih belum puas belanja?"
Aurel menyengir, gadis itu tanpa ragu menggeleng, "Gue mau beli Make up."
Evan terkekeh, ia rangkul hangat bahu Aurel. "Anything for my lil sist."
Keduanya kompak tertawa, interaksi manis kakak beradik yang tentu menarik atensi beberapa manusia yang tak sengaja melihat, suara tawa dan binar ungu mereka menjadi objek menganggumkan.
Dan semua itu tertangkap oleh sepasang mata yang tak sengaja melihat dari kejauhan, mengamati dengan mimik datar pun sorotnya begitu tajam, menghunus tepat pada Kakak beradik yang kini eksitensinya sudah pergi menjauh dari pengelihatan.
"Apa ada lagi yang diperlukan, Nona Katherine?"
Pertanyaan dari bodyguard yang bertugas menemaninya tak ditanggapi oleh Katherine. Gadis dengan marga de Carrol itu justru melenggang pergi, keluar dari pusat perbelanjaan dengan amarah yang sudah menguasai.
Katherine mengendarai mobil sport nya melaju kencang meninggalkan pusat perbelanjaan. Mood belanjanya sudah menguar entah kemana, hatinya amat panas melihat bagaimana tenang dan bahagianya Aurel dan Evan.
Katherine tidak bisa, Katherine masih belum menerima semuanya, dendam tertanam kuat dalam lubuk hati gadis berusia 20 tahun itu. Baginya, semuanya tak begitu adil. Disini ia harus menghadapi kehidupan yang terasa menyakitkan dan berantakan karena kehilangan kembarannya, dan penyebab dari semua ini justru hidup dengan damai, terlihat bebas tanpa beban.
Katherine benci semua itu.
Sesampainya dimansion, Katherine bergegas masuk kedalam kamarnya. Gadis itu berteriak frustasi guna melampiaskan perasaan kesal yang terkumpul dalam pikiran, ingatan ingatan menyakitkan terputar bak kaset rusak.
"AARGHHHH, FUCK!!" Dengan amarah yang masih meliputi, Katherine menggusur habis barang barang yang berada diatas meja riasnya hingga menimbulkan suara pecahan pecahan, menggaung begitu keras didalam kamar pribadinya. Kamar yang tadi tersusun begitu rapih kini seketika acak acakan akibat menanggung amarah sang pemilik ruangan.
Cklek!
Katherine refleks membalikkan tubuhnya saat pintu kamarnya terbuka, menampilakan wanita paruh baya yang merupakan ibu kandungnya, bersandar dengan tangan bersedekap didepan dada.

KAMU SEDANG MEMBACA
AXELLION
Fiksi RemajaAntara cinta dan masa lalu. Kembalinya Aurel ketanah kelahirannya hanyalah berniat menyembuhkan luka, memperbaiki kesalah pahaman yang pernah terjadi juga kembali hidup seperti apa yang pernah ia impikan. Namun, segalanya rumit kala kakak laki-laki...