Bagian 36. Titik Nadir

725 189 77
                                    

Pukul delapan malam, Azizi menyelesaikan mandinya yang diwarnai oleh unsur keterpaksaan, dan kembali masuk ke dalam kamar yang sudah mulai temaram;hanya ada sedikit warna kuning lembut yang dikeluarkan oleh lampu tidur di dinding-dinding kamar mereka yang mulai terasa sedikit lebih sempit dari sebelum-sebelumnya karena mulai penuh dengan pernak-pernik bayi mereka.

Azizi, yang sebelumnya bermaksud untuk langsung mengambil baju di lemari pakaiannya jadi terpaku sejenak di ambang pintu kamar. Alisnya bertaut, sedangkan keningnya mengkerut. Christy sedang duduk di tepi tempat tidur—Azizi hanya bisa melihat bagian belakang kepalanya—dan kelihatannya sedang merapikan beberapa pakaian milik Azizi Asa, memindahkan entah satu atau dua potong kemeja dari dalam lemari ke koper kecil yang terbuka di atas ranjang.

Sambil mengencangkan lilitan handuk di pinggangnya, Azizi kemudian berjalan mendekati sang puan. "Sayang?" panggil Azizi. "Kamu ngapain?"

Christy menolehkan kepala ke arah belakang, mengulaskan sedikit senyum di kedua sudut bibir kemudian kembali fokus melipat kemeja berwarna merah marun milik Azizi Asa. "Lagi nyiapin baju kamu," ujarnya, "besok pergi ke Bandung 'kan?"

Alih-alih merasa terenyuh dan tersentuh, Azizi Banyubiru justru semakin tajam mengerutkan dahi. Sambil menarik kaus tipis berwarna putih dari dalam lemari dan buru-buru memakainya, ia kemudian menimpali jawaban sang istri. "Tumben banget?"

Tangan Christy yang tadi sedang gesit melipat baju suaminya langsung turun begitu saja ke pangkuan. Ada desah kemalasan yang keluar dari mulut dan hidung perempuan itu, seolah-olah jengah dengan apa yang baru saja Azizi lontarkan.

"Kenapa sih, Nyu? Aku cuma mau nyiapin baju kamu dong, lho, karena besok katanya harus pergi pagi-pagi banget. Masa gini aja ditumben-tumbenin?" katanya. Nada protes mulai terdengar kental di setiap tutur yang ia keluarkan. "Kamu enggak suka kalau aku siapin bajunya? Ya udah, fine. Besok-besok aku enggak akan nyiapin baju kamu, deh. Biar kamu urus sendiri aja."

Christy baru saja hendak menggulung asal kemeja merah marun milik sang suami untuk dimasukkan secara sembarang ke dalam koper, tetapi Azizi lekas menahan tangan perempuan itu sambil mengeluarkan cengiran bodoh khas lelaki tersebut.

"E-eh, enggak gitu, Sayangku," ujarnya dengan tetap masih memasang senyum bodoh kepada sang istri. "Bukan enggak suka. Suka kok, kalau kamu mau nyiapin bajuku gini. Berasa jadi suami istri beneran. Cuma ngerasa aneh aja karena enggak biasanya gini. Biasanya 'kan aku sendiri yang beresin baju tiap mau pergi-pergi. Bahkan, dari waktu masih di The Netz dulu."

Christy berdecak kecil. Dia tidak tahan untuk tidak merotasikan bola mata. "Tsk. Kalau kamu ngerasa aneh, aku setop aja nih, nyiapin baju kamunya. Besok pagi kamu lanjut sendiri."

Azizi menggeleng cepat. Sambil melipat lutut di depan sang istri, pria itu kemudian merengkuh pinggang sang puan untuk dipeluk dengan lembut. "Eiy, ya jangan, dong. Bilang aneh bukan berarti enggak suka dan enggak mau dibantu nyiapin baju 'kan?" Azizi menaikkan alisnya tinggi-tinggi dengan tetap masih merekahkan senyumnya yang lebar itu. "Aku suka kok, kalau kamu bantu aku nyiapin baju. Cuma agak heran dikit aja tadi, Sayang. Makasih, ya."

Setelah mengucapkan terima kasih, Azizi mengecup pelan puncak kepala sang puan. Hanya sebentar, tetapi terasa begitu dalam bagi Christy yang sejak beberapa minggu lalu sedang diliputi kegelisahan luar biasa yang tidak dapat diketahui nama dan penyebabnya.

"Banyu, ih, kamu belum pakai celana?!" Christy lansung mendorong pelan dada bidang sang suami saat melihat lelaki itu hanya dililit oleh handuk berwarna putih sebagai penutup bagian bawah tubuh. Matanya melotot kesal, sebelum menambahkan, "jorok banget, ih! Pakai celana sekarang, enggak?!"

Yang dimarahi hanya tertawa kecil, meskipun kemudian tetap bangkit sambil mengencangkan kembali lilitan handuknya yang sempat melorot sedikit. "Iya, iya, Ibun. Marah-marah mulu dari kemarin."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KONSTELASI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang