Pernikahan adalah hal yang tidak pernah sekalipun terbesit di dalam dalam benak karina.
Namun lelaki itu datang membujuk nya agar mau menjalankan 'pernikahan kontrak'
" Dalam pernikahan kontrak ini lo boleh pilih 5 tahun atau selamanya, artinya ga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
beberapa waktu sebelumnya -----------------------------------------------
Jevano bergegas turun dari mobilnya begitu tiba di rumah sang ibu. Tak ia hiraukan apa yang ada di sekitarnya, bahkan sapaan dari kerabatnya pun tak ia gubris. Yang ada di benaknya saat ini hanyalah bertemu ibu dan ayahnya.
Brak! Jevano mendobrak pintu, membuat mami dan papa begitu terkejut.
"Astaga! Jevano, kamu kenapa sih tiba tiba gebrak pintu? ada apa? kamu datang sendirian? " tanya sang ibunda yang terkejut hingga tak jadi meminum tehnya.
"Kalian berdua hebat!" ucap Jevano dengan nada sinis.
"Jevano gak pernah merasa begitu jijik sebelumnya. Tapi setelah Jevano sadar bahwa Jevano memiliki orang tua yang bengis, serakah, dan munafik, rasanya sangat jijik," lanjut Jevano.
Mami tersenyum miring dan meletakkan cangkir tehnya.
"Kamu udah tau rupanya," ucap mami santai.
"Dan mami masih bisa sesantai itu? Kalian sadar gak sih apa yang telah kalian perbuat? kalian nggak ngerasa berdosa sama sekali kah? " tanya Jevano dengan nada tinggi.
"Jev, sudahlah, Jev. Tenang dulu, Nak. Bicarakan baik-baik, jangan pakai emosi," kata papanya mencoba menenangkan.
"Bagaimana Jevano bisa menahan emosi, Pah? Kalian sudah membunuh orang tua istri saya! Bahkan Karina tahu lebih dulu. Dan kalian tahu? Kalian sudah membuat saya tenggelam dalam rasa bersalah. Saya gagal menjadi suami yang baik," kata Jevano dengan suara bergetar.
Mami terkekeh sinis. "Jev, jangan terlalu dramatis soal cinta. Kalau Karina sudah tahu, yaudah, ceraikan saja dia. Lagipula hartanya sudah habis di tangan kita," kata mami dengan entengnya.
Plak! Jevano mendaratkan tangannya di pipi ibunya.
"Jevano!" teriak sang ayah setelah Jevano menampar ibunya sendiri.
"Saya dari awal menikahi Karina benar-benar atas wasiat nenek, dan murninya saya memang cinta sama Karina. Tapi kalian berdua memanfaatkan itu untuk mengambil harta Karina. Kalian dibutakan oleh keserakahan kalian terhadap harta. Jevano kecewa sama mami dan papa. Jevano menyesal jadi anak kalian, Jevano menyesal lahir dari keluarga ini," ucap Jevano dengan mata berkaca-kaca, lalu pergi meninggalkan rumah itu.
Francesca tersungkur di lantai. Ucapan terakhir yang diucapkan Jevano menusuk hatinya.
"Jevano menyesal jadi anak kalian..." terngiang-ngiang di telinganya. Francesca berteriak frustrasi meluapkan segala emosi yang bercampur aduk di hatinya.
" pa, panggil orang untuk kejar Jevano " ujar Francesca
" apalagi sih ma? udahlah. Jevano udah tau kita gabisa kontrol dia! "