[HISTORICAL FICTION-ANGST-MELODRAMA]
Sejak Dinasti Goryeo secara resmi menjadi negara bawahan Kekaisaran Mongol pada tahun 1259, calon penguasa Goryeo biasanya akan dikirim ke Dinasti Yuan untuk menerima pendidikan dan pelatihan dari pemerintah Mong...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Akhir Musim Gugur, 1361.
Suara musik tradisional Goryeo dengan tarian khasnya terdengar di sekitar lapangan dekat aula utama. Lapangan tersebut dihiasi dengan lampion-lampion sutra dan bunga segar. Meja-meja panjang diatur dengan makanan mewah untuk para pejabat tinggi, sementara Raja, Ratu dan Ibu Suri duduk di tempat kehormatan di depan panggung utama.
Para pelayan istana berjalan dengan penuh kehati-hatian, menyajikan hidangan istimewa satu per satu di atas meja panjang. Aroma harum bulgogi yang dipanggang perlahan bercampur dengan wangi kaldu hangat dari sinseollo, menggugah selera para tamu yang hadir. Cahaya lampion-lampion sutra berayun lembut diterpa angin musim gugur, menambah nuansa hangat dalam perjamuan malam itu.
Ini adalah salah satu acara rutinan yang biasa diselenggarakan oleh pihak kerajaan setiap akhir musim gugur. Mereka menyebutnya sebagai Acara Jamuan Kerajaan untuk merayakan panen setelah musim gugur dan mengadakan ritual doa bagi kesejahteraan kerajaan. Meski saat ini pemerintahan tampak goyah, tapi acara rutinan seperti ini tetap dilakukan sebagai bentuk rasa syukur mereka. Tak lupa, Raja juga membagikan banyak makanan pada rakyat miskin di luar istana.
Raja, Ratu ataupun Ibu Suri tampak menikmati pertunjukan yang ada. Di tengah panggung utama, sekelompok penari istana mulai mempersembahkan cheoyongmu, tarian tradisional yang diyakini mampu mengusir roh jahat dan membawa keberkahan. Langkah mereka yang anggun berpadu dengan alunan gayageum dan daegeum, menciptakan melodi yang lembut tapi penuh wibawa. Sesekali, suara gong besar dari perunggu ikut bergema, mengiringi irama musik yang semakin dalam.
Sekilas, Ratu sempat melihat sisi kanannya—dimana ada beberapa pejabat tinggi dari dua fraksi besar yang tengah menikmati pertunjukan musik yang serupa. Ia bisa melihat Pangeran Xijing bersama istrinya ada disana, begitu juga dengan Menteri Hwang. Sedangkan di tempat duduk lain ada Penasihat Park bersama rekan fraksinya.
Satu hal yang membuat Ratu merasa aneh dan sedikit curiga adalah, Penasihat Park tampak tidak menikmati pertunjukan layaknya pejabat lain yang ada disana. Justru pria itu banyak menoleh ke belakang dan bergerak beberapa kali seperti sedang menunggu sesuatu. Bahkan Ratu sempat melihat Penasihat Park pergi seorang diri dari lapangan utama, lalu kembali lagi beberapa menit kemudian. Gerak-gerik mencurigakan dan aneh itu tidak bisa diabaikannya begitu saja.
“Wangbi,” Raja memanggil wanita itu, membuat Ratu langsung menoleh pada sang suami yang duduk di sebelah kirinya. Sementara Ibu Suri berada di samping kiri Raja. “Ada sesuatu yang kau pikirkan?” bisiknya pelan yang hanya bisa didengar keduanya.
Ratu menggeleng pelan sambil tersenyum. “Tidak ada, Jeonha.”
“Jika kau tidak nyaman, katakan padaku ya.” Raja menyentuh punggung tangan istrinya untuk menenangkan.
Ratu hanya tersenyum dan membalas sentuhan itu dengan tangannya yang lain. Kemudian tatapannya kembali tertuju pada tengah panggung utama yang masih menampilkan pertunjukan yang sama.