Chapter 3

79.4K 4.4K 31
                                    

Selama satu minggu setelah keluar dari MG Interp dan berjanji tidak akan menjejakan kaki kesana lagi, atau mengemis meminta pertanggung jawaban Michael. Aku mengatur daftar untuk sembilan bulan kedepan.

Memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan, berhenti kuliah karena gaji mingguanku sebagai karyawan magang tidak cukup untuk membiayai dua orang.

Tanpa sadar aku mengelus perutku yang datar. Duduk di meja makan memandang mug yg berisi kopi hampir habis dan coretan kertas tentang hal hal yang harus kupertimbangkan untuk kelangsungan hidup. Berpikir.

Kemudian ponselku menyala.

Mr.Adam memanggil. Bosku.

"Mr. Adam." Aku menyapa.

"Jangan sok formal Carina. Ini Jillian."

Aku menarik nafas. "Jillian."

"Terdengar lebih nyaman." Aku bisa merasakan kekehananya dari kejauhan, kemudian Jillian berkata lagi. "Jadi Carina, Aku harap kau tidak sibuk hari ini tapi aku tahu kau tidak sibuk. Berhubung personal asistenku sedang tidak ada ditempat, jadi aku perlu seseorang untuk menemaniku di acara amal tahunan malam ini." Ucapnya tanpa mengatakan tolong atau apapun.

"Tapi aku hanya editor magang." Aku menjawab dengan heran, dan gajiku kecil. Aku bukan apa apa di Work Dream Publisher, sebatas pegawai kecil. Jadi Jillian kenapa aku berhak mendapat keistimewaan ini? Kemudian aku mendengar suaranya lagi diantara suara dikepalaku.

"Aku tahu, Carina. Aku perlu kau. Kujemput jam 7. Tidak ada kata tidak." Kemudian sambungan ponsel tertutup begitu saja. Aku menatap layar ponsel denga mata tidak percaya. Seperti itu? Hanya seperti itu. Aku menggelengkan kepala kembali pada catatan untuk masa depan yang ada diatas meja makan.

Bulat sudah keputusanku untuk menjalani semua yang telah kutuliskan diatas kertas ini. Aku hanya perlu mencari pekerjaan lain diluar jam magangku di Work Dream.

Selamat datang hidup baru.

Tepat sebelum jam tujuh aku sudah siap dengan dress coklat selutut favoritku. Aku duduk di sofa sambil memegang ponsel menunggu Jillian untuk menelpon atau mengirimi pesan teks bahwa ia sudah berada di loby gedung apartemen.

Hingga pukul 7 lewat sepuluh menit, masih belum ada Jillian muncul. Dalam hati aku bertanya tanya mungkin ia mengurungkan niatnya untuk membawaku ke acara amal tahunan yang belum pernah sama sekali kuhadiri. Tidak masalah, aku tidak berharap terlalu banyak tentang pesta seperti itu.

Tunggulah 20 menit lagi. Suara dalam kepalaku tiba tiba muncul. Aku menyentuhkan tangan keatas perut yang masih datar.

"Little bump, tolong jangan buat aku pusing untuk malam ini saja, oke?" Aku terdengar seperti orang bodoh dan masuk akal disaat yang sama.

Kemudian, seseorang mengetuk pintu apartemen mengeluarkanku dari dunia kecil yang sedikit demi sedikit mulai terbangun. Ketika aku membukakan pintu, Jillian berdiri disana dengan pakaian stelan jas rapi dan rambut yang tak kalah rapi. Dia tersenyum sumringah didepan pintuku.

"Apa kau siap?" Katanya. Mata coklat Jillian berbinar semangat.

"Ya," Aku mengangguk.

"Luar biasa. Ayo." Dia mengulurkan lengannya untuk kuraih. Setelah memastikan apartemenku terkunci, aku merangkul tangan Jillian.

Rasanya sangat canggung. Tapi Jillian tidak terlihat canggung sama sekali.

Setelah lift membawa kami dari lantai 4 menuju lobby di lantai dasar. Aku merasa semua pasang mata yang ada disana menatap kearahku dengan sinis.

One Night Stand MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang