Carina berjalan mengendap endap keluar dari rumah besar Michael. Setelah ia bertemu Jennifer sang dokter kandungan. Gadis itu berpura pura tertidur. Membiarkan Robb atau Adam atau bahkan Stella lengah.
Setelah ia berhasil keluar dan masuk kedalam taksi rasanya mendpatkani kemerdekaan yang ia cari selama ini.
"Kemana Nona?" Sang supir taksi bertanya.
"Work Dream Publisher."
Carina perlu menemui Jillian.
"Apa maksudmu dia tidak ada di kamarnya?" Teriakan Michael begitu keras hingga hampir meruntuhkan bangunan rumah. Sementara Robb berdiri datar di depan pintu kamar Carina. Michael memandang keseluruh ruangan.Meneliti. Kasur terlihat rapi, semuanya terlihat rapi.
"Temukan dia Robb. Sekarang." Tanpa menunda apapun Robb langsung menghilang dari pandangan pria yang berada dalam emosi amarahnya.
"Santai dude. Mungkin dia sedang jalan jalan biasa." Tidak. Michael tidak bisa bersikap santai. Carina bisa saja di culik oleh John West. Membunuhnya yang akan langsung membunuh bayinya. Meskipun ia tidak begitu berinteraksi dengan anak yang tengah dikandung Carina. Mau tidak mau, ikatan ayah bayi itu memang ada.
"Oh tentang John West. Apa kau yakin jika dia yang mengirim pesan ancaman pada Carina dan membunh temannya?" Marcus berkata lagi yang kedengarannya tidak begitu yakin. "Maksudku kau tau,dia John West. Jika ingin balas dendam atau semacamnya. Carina sudah mati dari sekarang."
"Kita semua tahu jika Carina satu satunya orang yang mungkin tahu dimana Kode Biru."
"Kau pikir John tau tentang Denia Logan?"
"Dia tidak bodoh Marc. Jika kita mengetahunya kemungkinan besar ia juga sudah mendapatkan info itu." Michael terdiam beberapa saat. "John juga mengincar apa yang kita incar. Sekarang Carina terlihat seperti kotak harta karun berjalan."
Marcus memutar matanya."Kau sendiri yang bilang Carina tidak tahu apa apa tentang bibinya ataupun Kode Biru."
"Cerita masih panjang Dik, kita tidak tahu jika Carina memang benar benar tidak tahu atau berpura pura. Bantu aku mencarinya."
Taksi berhenti tepat didepan kantor Work Dream. Carina berpikir mungkin ia bisa berbicara sebagai teman pada Jillian untuk memberikannya kembali pekerjaan magangnya. Meski Carina tahu kemungkinan itu hanya sekitar sepuluh persen, dan terlebih terdengar cukup memalukan.
Sesudah membayar taksi, ia memasuki gedung dengan langkah yang pasti penuh percaya diri. Begitu hapal dengan seluk beluk kantor, bahkan satu goresan di dinding.
Ruangan berukuran sedang yang berisi delapan meja karyawan dan satu ruangan manajer itu nampang penuh namun tenang. Semua orang terlihat berada didunia mereka masing masing. Menatap layar computer ataupun membaca naskah. Tempat ini seolah telah disulap menjadi ruang khayalan. Carina tersenyum mengingat betapa menyenangkannya bekerja di penerbitan dan ia tidak sabar untuk kembali bekerja disini. Kemudian, senyum Carina menghilang ketika ia masuk ke dalam ruangan manajer yang ia dapati bukanlah seseorang yang ia harapkan. Semangatnya terasa terenggut seketika.
Carly Anderson. Teman Carina di Universitas tengah duduk dimeja sana sambil menatapi kuku kukunya. Bukan Jillian, tetapi Carly.
Carly bahkan bukan temannya. Kenapa ia menyebut wanita berambut merah itu sebagai teman diawal tadi?
"Dimana Jillian?" Suara Carina tidak terdengar bergetar, justru kaku menahan emosinya. Carly mendongak dengan seringain paling menyebalkan diseluruh dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand Mistake
RomanceDua puluh dua tahun Carina Logan hidup susah payah dengan kehamilan tak terduga dan dunia yang terjungkir balik. Story : Completed PS : Untuk menghindari plagiarism dari wabah mirror web . Beberapa chapter di setting sebagai private, hanya untuk fol...