Chapter 2

78.9K 4.3K 23
                                    

Empat belas minggu sebelumnya.

Dibar itu berdentum nyaring musik EDM memekakan telinga. Ini malam Jumat, malam dimana bersenang senang adalah hal yang ditunggu tunggu oleh orang America. Carina memandang Maggie di lantai dansa bergoyang seakan hendak meruntuhkan lampu lampu diatasnya. Wanita itu energic sehingga membuat semua pasang mata disana memandang hanya kearahnya. Sambil menghirup bir yang hampir habis Carina menangkap suara menjengkelkan teman satu kerjanya.

"Lihatlah gadis kecil berambut pirang yang kesepian." Carina menahan rasa jengkel dari suara manis yang dibuat buat.

"Pergi sana Carly." Carina mendesah menaruh gelas bir kosong diatas meja.

"Kau harus berbaur seperti Maggie disana," Carly menunjuk sahabat Carina dengan kerutan bibir yang menjengkelkan. "kalau kau tidak, kau akan menjadi gadis tua sendirian selama hidup. Lagipula sudah berapa lama kau tidak punya pacar? Atau kau memang tidak punya pacar, atau apa kau penyuka sesama jenis?" Sudah cukup. Carina langsung melompat turun dari kursi dengan kepala berputar pusing. Namun ia segera mencari keseimbangan dengan kedua kakinya.

"Kau wanita bermulut lebar, kapan kau bisa menutup mulut lebarmu itu atau perlu aku menjahit mulut sok seksi itu?"

"Mulutku akan tertutup jika mataku tak lagi melihatmu sendirian." Dia mengedipkan mata sebelah kanannya dengan menjijikan.

"Lihat aku." Carina melenggang menjauh dari Carly tanpa menengok kearahn wanita itu lagi. Dengan harga diri dan amarah yang terbakar, Carina tanpa ragu mendekati pria yang duduk tidak jauh dari tempatnya tadi.

Laki laki itu memakai kemeja putih dengan lengan terlipat hingga diatas siku. Terlihat jika lelaki ini tengah memutuskan untuk bersantai dari pekerjaan satu minggu sama seperti dirinya.

Tanpa perduli jika Carly menonton ini atau tidak, Carina menyapa.

"Hai," Pria itu menoleh. Tatapan mata biru yang cemerlang diantara lampu lampu berkelip di bar membuat jantung Carina seakan membeku. Dia tidak menjawab kembali menenggak minumannya dalam satu tegukan. "Namaku Carina."

Wanita itu menunggu dan menunggu. Nampaknya pria itu memang tidak tertarik dengannya atau dia yang tidak menarik hingga sulit sekali untuk mendapatkan seorang pacar hingga dicurigai sebagai penyuka sesame jenis.

Carina menyerah.

Ia menghembuskan nafas berat kemudian memesan satu gelas bir lagi."Lupakan aku pernah menyapamu, oke?" Ucap Carina memandang kearah bartender yang memenuhi pesanan gadis itu. "Hanya ego yan bodoh.." Katanya lagi, menenggak bir dalam hitungan detik. "Atau Carly memang benar, aku akan menjadi gadis perawan tua sendiri hingga akhir hayat karena tak ada satu orangpun yang tertarik padaku., benarkan?" Carina berceloteh memandangi bartender didepannya. Sementara disamping si pria masih duduk diam. Gadis itu terkekeh. "Umurku dua puluh dua tahun astaga." Ia tertawa sendiri.

"Masukan tagihan gadis ini dalam tabs ku." Si pria akhirnya bersuara. Carina langsung menoleh sambil menaikan alis.

"Seperti itukah caramu merayu seorang wanita yang baru saja merayumu beberapa menit lalu, hm? Tuan. Pendiam?"

Dia menaikan bahu. "Kurasa."

"Baiklah." Carina menjawab denan nada panjang. "Beritahu aku namamu."

"Michael."

Michael. Bibir Carina bergerak mengucapkan nama itu.

"Ya, Michael dan kau Carina sudah berapa banyak bir yang kau minum." Tanyanya.

"Bukan urusanmu."

Gadis itu merasakan tatapan tajam dari Michael mengarah kedirinya. Dengan keras Carina mengabaikan. "Beri aku satu gelas lagi." Ia memerintah, dalam sekejap gelas bir yang kosong berganti dengan gelas penuh. Dalam sekejap pula gelas yang ada didepannya menghilang.

"Hei itu punyaku." Carina langsung menyambar gelas yang dijauhkan oleh Michael. "Maaf sudah mengganggumu tadi, tolonglah jangan ganggu aku. Oke?"

"Aku tidak mengganggumu, aku mencoba menolongmu disini Carina." Dia menjawab dengan nada yang datar, serak dan suara yang seksi. Fokus. Carina menyumpahi dirinya sendiri.

"Oh, benarkah? Trims, aku tidak perlu bantuan sekarang berikan gelasku." Ucap Carina sekeras mungkin agar nadanya terdengar mengintimidasi.

"Tidak. Kau mabuk. Apa kau kesini sendirian?"

"Aku tidak mabuk," Suara gadis itu melengking diantasa suara musik dan lampu lampu disko. "dan ya aku bersama temanku Maggie disana." Dia menunjuk kerah lantai dansa yang mana tak terlihat lagi sosok gadis tinggi semampai berambut merah membara. "sekarang dia pergi." Gumamnya lagi.

"Kau mabuk." Michael mengucapkan kalimat itu lagi seolah keputusan terakhir.

"Aku tidak mabuk!" Pandangan Carina mulai mengabur diiringi dengan kepalanya yang terasa pusing." Hanya wajahmu menjadi dua dan berputar putar." Dia bergumam kemudian dalam hitungan detik wajah Michael yang berputar berubah menjadi kegelapan.

Carina mulai sadar dari pingsan yang di alaminya. Dia berada disuatu tempat yang tidak dikenalinya. Bukan bar, bukan pula apartemen mungil tercinta. Terlebih seperti sebuah kamar berfasilitas mewah. Carina berasumsi dengan kilat bahwa ia berada dikamar hotel.

Memang benar ia berada disana.

"Kau bangun." Suara parau yang tidak asing menyapa telinga wanita itu. Namun suara yang menurut Carina seksi kali ini tidak bisa membantu kesadarannya seratus persen. Ia merasa berada diantara kehidupan nyata atau ilusi.

Wanita itu mengeluarkan suara dari tenggorokan mengiyakan.

"Carina?" Ucap Michael lagi dengan nada tidak sabar kali ini. "Kau harus minum air putih ini jika kau benar benar sudah sadar."

Carina sedikit demi sedikit menyadari keberadaan Michael yang duduk disisi tempat tidur menatap kearahnya dengan intens. Namun mata coklatnya seakan mengejek untuk tetap tersembunyi dibawah kelopak yang tertutup.

"Aku mendengarmu Mikey," Jawab Carina membuat nama panggilan menyebalkan pada Michael. Pria itu tidak protes hanya merasa sedikit kesal dengan sikap wanita ini yang seolah tidak hormat. "dan aku tidak ingin air putih atau air apapun. Aku ingin kau. Aku ingin kau menghapus cap gadis kuno yang melekat pada diriku. Aku belum pernah merasakan seks satu malam sebelumnya." Ia berceloteh tanpa batis. Menarik lengan Michael hingga Carina dapat meraih belakang lehernya, mencium pria itu antara kesadaran dan ketidaksadaran yang nikmat.

Michael tidak protes. Ia memberikan apa yang Carina inginkan.

"Tolong, hanya satu malam." Wanita itu memelas dengan pelan diantara kedua bibir yang hampir bersentuhan.

"Kau tidak akan mengingat kejadian ini pagi nanti, Carina."

"Aku akan mengingatnya. Aku akan meningat malam ini selamanya. Berikan saja apa yang kuinginkan Michael tolong."

***

One Night Stand MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang