"Mati kamu!" geram Ian, kedua tangannya ia gunakan untuk merebut paksa selendang milik penari lain guna dibuat senjata yang sepadan untuk melawan mereka sekarang.
Ian tidak hanya mengandalkan keris itu saja, tetapi sedikit diimbangi oleh gerakan pencak silat yang ia pelajari di sekolahannya. Menendang penari itu hingga tersungkur dan tenggelam kedalam danau, memunculkan senyum miring di wajahnya.
"Maju kalian semua," Ian menantang menunjuk wajah mereka dengan berani.
"Lawan terus! Jangan mundur, ketua kayak kamu ini gak pantas buat mundur!" Suara dari Pak Adit, selaku pembina ekskul silat terdengar di benaknya.
Berlari dan melompat dengan tinggi melewati mereka semua, matanya tertuju pada incarannya yaitu kepala penari dibelakang. Ia angkat tinggi-tinggi kerisnya hingga berhasil tertancap di pucuk kepala penari itu. Ia biarkan makhluk itu bergerak kesana kemari merasakan nikmatnya panas dari keris.
Baru beberapa detik ia mendarat, keseimbangannya direnggut kembali oleh lilitan selendang penari dibelakang punggungnya. Ian menoleh menatap pelaku itu dan dilempar hingga tubuhnya terbentur di bebatuan.
"Aaakkkkk--astagfirullah!" Ian mengerang keras, ia memegangi kepalanya yang berkunang-kunang merasakan darah mengalir di pelipis.
Tapi malangnya, penari itu sudah berada di atasnya mencekiknya dengan kuat untuk kesekian kalinya. Tangan Ian bergerak memegang erat-erat kerisnya dan diarahkan tepat pada mata merah penari itu, bermaksud mengancam.
"L-lepaskan atau--ujung keris ini menembus mata merah mu!" ucap Ian dengan terbata-bata, mempertahankan kesadarannya.
"Kau harus mati disini bersama dengan semua teman mu," jawab penari itu dengan suara yang aneh dan cukup menyeramkan.
"Mau kau apakan mereka semua? J-jangan sentuh sejengkal pun pada mereka, jangan kau usik mereka semua!" geram Ian menatap mata merah yang dikelilingi oleh aura hitam itu.
"Tapi kami membutuhkan darah yang banyak untuk dipersembahkan pada ratu terhormat kami," jawabnya semakin kencang mencekik leher Ian.
"Akh! Akan aku pastikan kalian tidak akan menyentuh mereka! S-sedikit pun!" Suara Ian semakin parau dan napasnya mulai tercekat, tangannya yang memegang keris itu bergetar.
"Semuanya akan kami bunuh, tak ada yang terkecuali wahai manusia dengan darah lezat! Hihihihi--" tawa Penari itu, diam-diam tangan Ian menggapai sebuah batu yang cukup besar disamping tubuhnya.
"N-nantangin," lirih Ian bergetar, menusuk mata makhluk itu dengan kerisnya lalu disusul dengan batu ditangan kirinya, dihantamnya tepat di samping kepala penari itu dengan kuat.
Asap hitam mengudara melepaskan cekikkan yang menimbulkan bekas tangan itu, sudah dua kali dirinya hampir mati tercekik.
"Menghilang juga mereka semua," gumamnya mengedarkan pandangannya yang hampir buram untuk menatap sekeliling, dadanya naik turun mengatur napas.
Ian paksa kakinya untuk berdiri, berniat untuk membantu Prabu yang sedang berjuang sendirian seberang sana. Tapi, tanpa ia sadari dibelakang punggungnya sudah terlihat kembali penari laki-laki dengan aura kuat disetiap langkah untuk mendekati Ian. Tubuh pemuda ini dibuat tak bertenaga kembali saat aura itu datang, merasa bahwa kakinya melemas ia luruh ketanah.
Mendongakkan kepalanya dan kini wajahnya berubah, lebih mirip dengan dandanan hantu penari yang merasuki dirinya. Makhluk penari kali ini memiliki aura yang sangat kuat, dikarenakan kekuatannya yang jauh tiga kali lebih besar dari beberapa makhluk penari yang mengganggu mereka sedari kemarin.
"Mati kalian semua," gumamnya menatap Prabu.
Tapi kali ini sang Raja Penari Kerajaan turun langsung sesuai utusan sang Ratu untuk merobohkan kelima sahabat itu entah dimanapun keberadaan mereka sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUTAN GHAIB [SELESAI]
Horror"Jangan mati, oke?" . . Hanya sebuah tragedi Horor yang dialami oleh 5 sekawan yang tak sengaja masuk ke dalam hutan asing hingga membuat mereka tersesat disana. Lalu bagaimana akhir dari kisah mereka? Hidup atau Mati? Mari ikuti kisah menegangkan m...
![HUTAN GHAIB [SELESAI]](https://img.wattpad.com/cover/353180820-64-k699000.jpg)