Pagi yang cerah menyinari kota ini, burung-burung berterbangan dilangit dengan kicauannya yang kesana kemari. Menemani langkah kedua orang berseragam rapi, berjalan beriringan dengan tas dipundak siap untuk menimba ilmu demi masa depan. Serta ditemani seulas senyuman yang menyapa dunia dan beberapa orang yang akan memulai aktivitas pagi mereka.
"Badan jadi seger kalo udah jalan pagi begini ya, Prab," ucap Pangeran, berjalan disisi Prabu Sahabatnya, dengan menyembunyikan kedua tangan di saku jaket abu-abunya.
"Iya." Masih saja dengan kata-kata singkatnya ini, membuat Pangeran menghela napas sabar.
Langkah mereka senada hingga sampailah di tempat yang mereka tuju, menatap bangga kearah logo sekolah yang megah terpasang di gedung 5 lantai ini. Lingkungan belajar yang dimana membuat mereka merasakan suka dukanya pertemanan dan pengalaman hebat lainnya.
SMA Bintang Nusantara
Tapi ternyata keterdiaman mereka di area pintu masuk telah awasi oleh seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka disertai tatapan tajamnya tampak memperhatikan tampilan kedua anak murid ini dari atas sampai bawah.
"Prabu, Pangeran." Panggilan itu menyadarkan pandangan mereka dari logo sekolah ke guru bahasa yang berjalan menghampiri dengan wajahnya yang tegas.
Pangeran menatap penuh tanya dengan kedatangan guru ini, "Kenapa, Pak?" tanya Pangeran sambil menyalami tangan guru itu diikuti oleh Prabu setelahnya.
"Hm, langsung masuk ke ruangan saya." Perintah itu sukses membuat mereka beradu pandang bingung.
"Apa--" Suara Prabu langsung dipotong oleh Pak Vano dengan cepat.
"Saya tadi bilang apa? Langsung masuk. Silahkan," ucapnya dengan menaikan oktaf nada suaranya.
Tak ada celah untuk bertanya tujuan guru ini sebenarnya, mereka langsung mengangguk dan pergi dari sana menuju ruangan yang Pak Vano tadi diperintahkan. Entah apakah para teman-temannya juga terseret dalam hal yang sama? Secara, Pak Vano terlihat masih menunggu seseorang didepan gedung.
Tak berselang lama iris kedua mata Pak Vano dibalik kacamatanya mengikuti seseorang yang masuk kedalam parkiran dengan motor andalan nya, tentu dengan perban di kepala orang itu membuat perhatian Pak Vano kembali tertuju padanya.
"Ehh, Pak?" Kaget Ian saat langkahnya dicegat oleh Pak Vano dihadapan nya secara tiba-tiba.
"Langsung masuk keruangan saya, gak usah mampir kesana kemari," ucap Pak Vano menatap Ian dengan serius.
"Loh pak? Saya salah apa?" tanya Ian tak terima, dia tau bahwasanya jika seseorang mendapatkan panggilan langsung dari Pak Vano pasti akan bertemu dengan hukuman.
"Apa saya ngizinin kamu untuk bertanya?" tanya balik guru itu membuat Ian berdecak pelan.
Pemuda itu hanya bisa pasrah dan menyimpan helm nya lalu menuju tempat yang Pak Vano perintahkan tadi, masuk dengan wajah yang ditekuk tetapi luntur saat melihat kedua teman nya sudah duduk santai di sofa menunggu pemilik ruangan selesai mencegat murid-murid yang masuk.
"Loh??" Kaget Ian dan Pangeran yang saling tunjuk, selang beberapa detik mereka langsung tertawa lepas dan Ian mendudukkan dirinya di samping Pangeran, menepuk pundaknya.
"Ah, biarkan aku menebak tujuannya memanggil kita kesini, pasti ada hubungan nya dengan izin massal kemarin," ucap Ian menyenderkan kepalanya di sofa.
"Pasti. Kalau gak begini ya begitu, Pak Vano itu gak bisa ditebak orangnya," tutur Pangeran terkekeh.
Sedangkan Prabu hanya bisa terdiam, didalam hati nya ia juga ikut menebak bahwa Pak Vano memanggil mereka bukan karena absen kemarin tapi karena kejadian di hutan tersebut, Prabu berpikir apakah mereka lupa dengan karakter guru bahasa yang terbilang unik ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
HUTAN GHAIB [SELESAI]
Horror"Jangan mati, oke?" . . Hanya sebuah tragedi Horor yang dialami oleh 5 sekawan yang tak sengaja masuk ke dalam hutan asing hingga membuat mereka tersesat disana. Lalu bagaimana akhir dari kisah mereka? Hidup atau Mati? Mari ikuti kisah menegangkan m...
![HUTAN GHAIB [SELESAI]](https://img.wattpad.com/cover/353180820-64-k699000.jpg)