𝟏𝟐 : 𝐎𝐛𝐚𝐭

200 62 11
                                        

"Namane sinten?" tanya Kades itu duduk di pendopo diikuti oleh si Kakek yang tadi.

"Kulo Pangeran, Niki Arum kaleh Sera." ucap Pangeran memperkenalkan dirinya dan teman-teman nya.

Kades itu langsung saling pandang dengan Sang Kakek, "Pangeran sinten kamu Le?" Pertanyaan Kades itu membuat mereka bertiga termenung, Pangeran dengan segera tersenyum lebar dan menjawab.

"Nama kulo asli Pangeran pak, Pangeran Januartha." papar nya, memperjelas perkenalan.

"Owalah, kalian udu asli wong jowo ya? pantesan diajak omong diem ae." sahut Pak kades itu menatap kedua perempuan yang tersenyum kikuk.

"Kita ini dari kota pak," ucap Sera.

"Hmmmm, kenalin nama saya Pak Satimo, bisa dipanggil Pak Timo Kades desa ini." ucap Pak Timo menyebut namanya, lalu pandangan nya beralih kearah Kakek yang sedang tersenyum, memutuskan untuk memperkenalkan nya juga.

"Kalau ini Kakek Karto," lanjut nya.

"Kalian ini sebenarnya mau kemana?" tanya Pak Timo sambil mengeluarkan sebuah alat tumbuk tradisional dan beberapa lembar daun sirih.

"Berlibur pak," jawab Arum.

Mereka semua hanya bisa menyimak apa yang dilakukan oleh Pak Timo ini dengan daun-daun itu, sementara Kakek Karto menanyai sebab kaki Sera yang semakin membiru. Walau Sera tak fasih dalam memahami bahasa Jawa tapi ada Pangeran yang membantu men translate kan dan juga membantu menjawabnya.

"Ngapunten nggeh Mbak Sera," ucap Pak Timo, sambil menyentuh luka Sera dan memejamkan matanya sejenak.

Setelah itu diguyur lah kaki itu dengan air kendi dibantu oleh Pak Karto, sesudah mengering segeralah Pak Timo mengoleskan hasil tumbukan daun Sirih halus itu pada kaki Sera yang membiru. Ada rasa nyeri yang membuat perempuan itu meringis pelan, merasakan kaki nya yang ditekan.

"Kalian bisa istirahat dulu di pendopo ini, tempatnya cukup nyaman dan terhindar dari gangguan anak-anak nakal." ucap Pak Timo membereskan perabotan nya dan dibungkus lagi dengan kain merah usang.

"Njih Pak," jawab Pangeran dengan sopan.

"Nanti malam tak berikan tempat nyaman buat istirahat." lanjut Pak Timo beranjak dari duduknya lalu diikuti oleh Kek Karto.

"Mbah jek enek urusan, tak tinggal sek yo." ucap Pak Karto menatap mereka lalu setelah itu berpamitan dan meninggalkan mereka bertiga disana.

Suasana hening cukup lama menemani mereka, Arum menatap sahabatnya dan memegangi tangan nya, "Untung disini warga nya ramah, kamu istirahat dulu Ser." ucap Arum dengan senyuman permen lolipop nya.

Sera tersenyum lebar dan mengangguk dengan semangat, memegang erat juga tautan tangan sahabat nya.

"Iya cinta! Aku istirahat dulu ya teman-teman." sahut Sera merebahkan dirinya di pendopo ini, walau lantai ini terbuat dari bambu-bambu yang memanjang tapi tetap itu sangat nyaman dan tasnya pun dibuat untuk bantal kepala.

Pangeran menatap dua mata indah itu yang tertutup, terlelap dalam tidurnya membuat sebuah senyuman tipis terbit di wajah Pangeran. Rasa lega menghampiri hatinya, melihat sahabat nya yang istirahat untuk masa penyembuhan dan tidak terlalu khawatir tentang kedua orang yang terpisah dari mereka. Menghela napas dan beralih menatap gadis berkacamata itu didepan nya.

"Rum," panggil Pangeran membuat Arum menoleh dengan alis terangkat.

"Aku mau keliling desa ini sebentar aja, kamu jaga Sera ya?" ucap Pangeran diangguki oleh Arum.

HUTAN GHAIB [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang