Pangeran tidak selemah itu untuk dibodohi.
Entah apa yang berada di pikiran para warga desa ini untuk menculik sahabatnya yang sedang sakit, padahal dirasa sejak awal Pangeran merasakan keanehan di Desa ini. Ya walaupun ia dibuat bingung dengan pertanyaan ibu-ibu tadi.
"Ran, kamu sadar sesuatu gak?" tanya Arum terus berjalan melihat sekeliling.
"Sadar, bentar lagi juga mereka bakal giring kita," sahut Pangeran, tahu apa yang dimaksud oleh sahabatnya ini.
Dari kejauhan warga Desa Candiwangi menatap mereka dengan tatapan haus dan lapar. Seakan sedang mengawasi mangsa yang teramat sangat enak untuk dilepaskan. Pangeran semakin mempererat pegangannya di pergelangan tangan Arum, mempercepat langkah mereka, para warga tak luput juga dari sudut mata Pangeran.
"Aduh!" Arum kaget saat ditabrak oleh anak kecil dari belakang yang sedang berlari sangat kencang, tanpa menoleh dan terus berlari kedepan, lebih tepatnya menuju Balai desa.
Deg.
"Aku uwong apik, Mas Mbak." Entah suara dari mana itu yang membuat mereka berdua menghentikan langkahnya dan terdiam, berusaha mendengarkan lagi suara itu.
"Ayo, Mas Mbak." Suaranya sekali lagi terdengar membuat empat mata itu saling pandang.
"Ran? anak itu," Arum menatap lekat kearah punggung yang mulai menghilang, ada putaran ingatan yang terarah pada anak barusan.
"Kenapa anak itu, Rum?" tanya Pangeran menatap keresahan yang muncul di wajah gadis ini.
"Aku ingat Ran! Anak itu yang buat aku takut di kaca mobil kemarin," ucap Arum meneguk ludahnya susah.
"Dimobil? Dia?"
"Iya ran! Dia anak itu, Dia beda dari anak-anak disini!" ucap Arum menatap Pangeran, kedua mata gadis ini sangat meyakinkan sehingga membuat Pangeran mengangguk dan menyusulnya.
Dibelakang mereka mendengar suara derap langkah, langkah kaki yang begitu ramai dengan ekspresi senyum tajamnya dengan membawa sebuah obor yang menyala ditangan mereka satu-satu. Pangeran dan Arum semakin panik merasakan suasana di desa ini semakin redup, dan mengerikan bagaikan mereka masuk kedalam lorong kegelapan.
Suara gagak dan beberapa burung yang kerap menjadi salah satu mitos di Jawa terdengar sangat jelas di atas kepala mereka, membuat aura sekeliling menjadi kiam menakutkan.
"Bagus, membodohi ku adalah hal salah." Batin Pangeran menatap kedua keris di pendopo Balaidesa telah melayang di udara menanti tuan mereka kembali.
Arum dan Pangeran sekali lagi saling pandang dan mengangguk mengambil keris itu masing-masing, serta sekalian dengan peralatan mereka. Anak kecil itu muncul lagi di samping Pangeran, tanpa aba-aba tangan dingin sedingin es itu menarik Pangeran menuju belakang Balai desa.
Aroma menyan dan asap dari api pun membuat mereka tegang, bulu kuduknya berdiri dan bergetar menatap sahabat perempuannya terbaring di tengah-tengah lingkaran merah dengan banyaknya kepala kambing melingkar. Isakan itu terdengar di telinga kedua orang yang masih berdiam diri disana, dilihat oleh banyaknya sepasang mata yang lapar.
"Tolongin aku--" Tangisan pilu Sera membuat hati mereka teriris, melihat sahabat nya terbaring tak berdaya disana.
Dan tentunya ada pelaku utamanya yang sempat menolong mereka bertiga tadi, tapi kini wajah ramah kedua orang tadi berubah menjadi suatu ekspresi yang kejam. Membawa sebuah kendi dan sesajen ditangan mereka satu-satu.
"Tiga nyawa sekaligus? Tentu sang naga akan sangat suka!" ucap Pak Timo membuat Pangeran langsung menatapnya dengan dahi berkerut.
Pangeran mencengkeram kerisnya, menatap mata mereka semua. Ia bersumpah jika semua yang dilakukan warga desa Candiwangi ini berhasil, ia tak akan memaafkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUTAN GHAIB [SELESAI]
Horror"Jangan mati, oke?" . . Hanya sebuah tragedi Horor yang dialami oleh 5 sekawan yang tak sengaja masuk ke dalam hutan asing hingga membuat mereka tersesat disana. Lalu bagaimana akhir dari kisah mereka? Hidup atau Mati? Mari ikuti kisah menegangkan m...
![HUTAN GHAIB [SELESAI]](https://img.wattpad.com/cover/353180820-64-k699000.jpg)