Pangeran berbalik dan menatap kedua sahabatnya dengan keadaan yang sama dengannya, lusuh dan bercak darah, bahkan baju itu kehilangan satu lengan.
Pangeran menunduk mengigit bibirnya menyembunyikan air mata yang menetes kembali. Ia berjalan menuju kedua orang itu, merangkulnya dengan erat. Dunianya seakan kembali berwarna melihat mereka sama-sama masih bernapas dan berkumpul.
"Haii, kita selamat tau," Kekeh Pangeran merangkul mereka, mengusap air matanya.
Ian dan Prabu merangkul Pangeran yang menangis dengan erat dan dirinya berkata, "Udah ah main-main nya, Pulang yuk!" ucapnya membuat seulas senyuman kecil muncul di wajah Prabu.
"Ayo pulang," ucap Prabu, setelah rangkulan itu cukup lama.
Pandangan mereka tertuju pada kedua gadis dengan muka yang sembab dan rasa lelah yang sangat ketara disana, membiarkan mereka memeluk anak kecil itu sembari menangis sesenggukan.
"Apa yang terjadi sama kalian?" tanya Prabu masih di rangkulan lengan Pangeran.
Pangeran terkekeh, "Panjang ceritanya kalo diceritain mah," ucapnya.
"Pendekkan," sahut Ian membuat kedua orang itu tertawa pelan.
Inilah yang Pangeran mau, keluar dari situasi menggilakan itu dan kembali berkumpul dengan para sahabatnya. Kembali ke rangkulan mereka yang saling menjaga dan menguatkan satu sama lain, Pangeran sangat bersyukur masih diberikan napas dari Tuhan untuk kembali pulang dengan selamat.
Prabu dan Ian menatap Pangeran yang melamun menatap Iqbal dengan mata yang berkaca-kaca, tepukan dari Prabu pun membuat Pangeran tersadar dan menyeka air matanya.
"Kalian kenapa bisa terluka begini bagaimana ceritanya?" tanya Pangeran, jujur menatap keadaan mereka dengan pakaian yang tak berbentuk lagi dan banyak luka di sekujur mereka membuatnya dilanda rasa bersalah karena terpisah.
"Perkelahian kecil, tenang aja," ucap Ian menaik turunkan alisnya, walau rasa pening di kepalanya masih disana, Ia tak masalah.
"Gak ada perkelahian kecil sama modelan yang begini ya kocak! Jaket sobek, lebam banyak, luka goresan juga banyak. Bahkan liat, kepala mu saja bocor," ucap Pangeran menatap ngeri kearah kepala Ian.
"Tenang ae--" ucapan itu terpotong adanya kedua sahabat perempuan itu menyerbu mereka bertiga dengan pelukan eratnya, semakin deras tangisan syukur mereka.
Ketiga laki-laki itu diam-diam tersenyum menikmati moment ini, "Kalian kenapa? Kalian habis berkelahi atau gimana? kalian gakpapa kan? Pasti sakit ya?" Pertanyaan beruntun dari Arum dan Sera secara bergantian membuat Ian tertawa terbahak-bahak dan Prabu yang terkekeh pelan.
"Aman aja, kita mah baik-baik aja. Yang dipertanyakan itu kamu, kenapa kaki nya sampe begitu, baju kalian juga lusuh kayak habis main ditanah aja," ucap Ian membuat Sera kembali menangis,menunduk menatap kearah tangan nya yang saling bertaut takut.
"Maafin aku, aku gak berguna dan nyusahin kalian tadi," Tangis Sera.
Arum dan Pangeran tersenyum dan menggeleng, "Gakpapa... Gak usah dipikirkan lagi, yang penting kita udah selamat," ucap Pangeran mengisyaratkan Sera untuk tidak bercerita dulu ditempat ini.
"Kita lanjutin pulang yuk kak, ada yang nunggu kalian." Suara Iqbal memecahkan rasa kangen itu dengan senyuman pucat nya membuat mereka mengangguk dan berjalan dibelakang punggung arwah anak laki-laki ini.
Mereka saling berpegangan tangan tak ingin kembali terpisah lagi diantara mereka, cukup kali ini saja. Diperjalanan semua diam, hutan ini seperti hutan yang asri pemandangan hijau dari dedaunan dan rerumputan menyegarkan mata mereka, sinar matahari senja menyinari tempat ini. Iqbal sengaja melewati sebuah tepi bukit yang tak pernah mereka lewati sebelum nya. Tempat ini langsung menampilkan bagaimana padatnya kota dengan tower listrik yang tinggi-tinggi tak lupa juga dengan bangunan instansi itu.
Angin sepoi-sepoi menghembus pelan, menenangkan hati mereka seulas senyuman muncul di wajah lelah mereka membuat anak kecil itu menyentuh hatinya dan tersenyum manis.
Hingga akhirnya mereka pun sampai pada jalan raya, titik pertama mereka mengalami hal buruk. Waktu sudah menunjukkan jam 6 sore, dan mereka kembali berterimakasih pada anak itu.
Prabu mendekat dan berjongkok, mengusap kepala Iqbal dengan perlahan namun lembut.
"Terimakasih sudah membantu kami, entah siapa yang memberitahukan mu tentang keberadaan kami yang terpisah. Maafkan aku jika waktu di mobil kemarin mengusirmu dengan tak baik, aku tidak sadar bahwa itu adalah sinyal untuk kami berbalik dan tidak meneruskan perjalanan melewati jalan ini." Bisik Prabu sembari melingkarkan lengannya pada bahu anak kecil itu, mendekapnya di pelukannya.
"Sama-sama, kak. Jaga diri ya kak? Iqbal gak mau kalian kenapa-napa lagi, jangan nasibnya kayak Iqbal, kakak dan kembaran ku," ucap anak itu yang perlahan-lahan menghilang dari dekapannya, membuat banyak sepasang mata berkaca-kaca.
"Silahkan main ke kost," ucapan terakhir Prabu saat anak itu sepenuhnya menghilang dari hadapannya, Prabu berdiri dan menghela napas panjang.
Berdiri tidak bergerak sama sekali, dan tiba-tiba tubuh pemuda itu terhuyung kebelakang dengan cepat para sahabatnya langsung menggapainya, tapi sebelum itu mata mereka seakan ikut terasa berat dan tiba-tiba mengantuk.
"Aku ngantuk," lirih Arum, dan perlahan-lahan tubuh mereka luruh satu-persatu di jalan raya yang sepi senyap itu. Meninggalkan sebuah kesunyian dan kesedihan disana.
..✎✐..
"Angkat mereka," Suara berat itu terdengar, mengarahkan para anak-anak nya untuk membawa para tubuh manusia yang pingsan dijalanan malam itu.
Untung disana mereka berada di bawah penerangan, jadi siapapun yang lewat tempat ini mereka akan tau ada lima manusia yang tak sadarkan diri. Beberapa mobil membawa mereka ke suatu tempat, tak jauh dari hutan ini.
Drett.
Drett.
Getaran dari ponselnya membuat laki-laki itu menjauh dari para pekerjanya dan mengangkat panggilan telepon dari seseorang diseberang sana.
"Sudah aku evakuasi ketempat ku," ucap Laki-laki itu menjawab pertanyaan dari orang ditelepon.
"...."
"Kau tak perlu khawatir akan bayaran, kayak sama siapa aja," lanjut orang itu mematikan rokoknya dan tersenyum di balik malam.
"...."
"Iklas aku bro, Demi mereka juga aku rela terjun dari lantai 20 sekolahan mu." Tawa itu menghiasi malam dijalan itu, decakan dari orang ditelepon membuat laki-laki ini semakin tertawa.
"...."
"Bukan 20 lantai ya? Ya sudah, aku lanjut ngurusin mereka dulu. Buah kedondong buah semangka--"
"...."
Sebelum menjawab lanjutan nya laki-laki itu sudah mematikan saluran teleponnya terhadap orang ditelepon yang merasa kesal akan tingkahnya, kembali ke kerumunan anak-anak nya. Merasa mereka telah bertugas dengan baik, ia masuk kedalam mobil dan mengamati wajah anak-anak itu satu persatu.
"Ada Reksa ya?" lirihnya pada rekan nya di kursi penumpang.
"Iya," jawab rekan itu, setelah mendapatkan anggukan. Segeralah mereka kembali ke tempat yang akan menjadi tujuan mereka dan tempat berteduhnya anak-anak malang ini.
"Pak, anak-anak ini bawa mobil ya? Ini ada mobil yang ada di pinggir jalan," ucap anak dari laki-laki itu di alat komunikasi di telinganya.
"Bawa aja, mungkin itu milik mereka. Setelah sampai panggil mekanik dan perbaiki," sahut laki-laki itu mulai menarik gasnya, menjalankan mobil ini. Kembali melirik anak-anak itu dari spion mobil.
"Anak-anak hebat,"
.
.
.
.
..✎✐..
BERSAMBUNG
Siapa ya laki-laki baik ini?
(。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
HUTAN GHAIB [SELESAI]
Horor"Jangan mati, oke?" . . Hanya sebuah tragedi Horor yang dialami oleh 5 sekawan yang tak sengaja masuk ke dalam hutan asing hingga membuat mereka tersesat disana. Lalu bagaimana akhir dari kisah mereka? Hidup atau Mati? Mari ikuti kisah menegangkan m...
![HUTAN GHAIB [SELESAI]](https://img.wattpad.com/cover/353180820-64-k699000.jpg)