𝟏𝟕 : 𝐒𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧?

127 13 0
                                        

Keluar dari tempat itu tidak membuat hati mereka yang gusar kembali tenang, tapi tindakan mereka membuat desa ini semakin mencekam 3 kali lipat dari situasi tadi. Langkah yang mereka ambil membuat rasa marah dari warga desa disana makin membara, mengejar mereka dengan beribu langkah dibelakang sana. Membuat jiwa ketiga sahabat itu kembali bergetar ketakutan, mereka seakan masuk kedalam alam mimpi buruk yang tak pernah berakhir.

"Pangeran..." lirih Sera mencengkeram erat pegangannya pada lengan Pangeran, menyembunyikan wajahnya di balik bahu pemuda itu.

"Kita bakal selamat, kita bakal selamat, kita bakal selamat." Kata dengan nada bergetar itu terus terulang dari mulut Pangeran, semakin mempercepat langkah lari mereka, dan semakin erat menggenggam tangan sahabatnya.

"Ran! Ini gimana?" Panik Arum saat melihat para warga yang perlahan muncul di sisi jalan dengan tatapan kosong dan wajah pucat mereka membuat siapapun yang melihat pasti akan ketakutan karena aura mengerikan yang dikeluarkannya.

"Kita bakal selamat! Yakin aja, tolong jangan takut! Kita bakal selamat jangan takut ya teman-teman?" balas Pangeran dengan nada terisak, pemuda itu menangis raut wajahnya benar-benar tegang, tatapan nya tak lepas dari tujuan didepan mereka walau rasa takut yang besar menggerogoti hatinya secara perlahan.

"Kita bakal selamat! Kita disini, kita pasti pulang bareng-bareng! Yakin sama aku, yakin sama akuu, tolong yakin sama aku ya? Tolong..." Pangeran berucap dengan nada bergetar, membuat kedua gadis itu juga semakin terisak melihat kondisi yang mereka alami sekarang semakin menegangkan.

Hawa dingin menyelimuti mereka, tak ada sinar matahari yang menerangi mereka hanya ada langit yang tertutupi oleh awan hitam yang siap mengguyur badan mereka dengan air hujan dan gelegar petir yang menyambar.

"Mau kemana kalian?"

Deg.

Pangeran memaksa memberhentikan langkahnya, menatap salah satu makhluk dengan aura yang sangat kuat dihadapan mereka. Keenam mata yang ketakutan itu menatap tak percaya bahwa mereka terkepung lagi, menatap Pak Timo dan para warga yang memegang tombak kerajaan dengan model badan tombak itu tampak seperti sisik naga yang kuat.

"Kami sudah berbaik hati menyambut kalian kenapa kalian ingin pergi semudah itu? Disini kalian aman," ucap Pak Timo dengan nada liciknya.

"Pak, kami punya tempat tinggal. Kita gak seharusnya disini, Saya tau kalian mengincar jiwa kami, tapi untuk apa? Kalian sudah mati! Buat apa terus menerus melakukan hal bejat seperti ini?" Pangeran angkat suara, walau hatinya bergetar ketakutan tapi jiwa keberanian untuk selamat masih mendominasi.

"Benar, kenapa menjebak kami untuk masuk kedalam alam lain?" lanjut Arum dengan nada tegasnya, membuat Pangeran sedikit lega.

Semua warga diam tak berbicara tapi pandangan mereka semakin tajam dan semakin kesal, membuat semua para warga langsung mengarahkan tombak tajam itu kearah mereka.

"Ini perintah Ratu kami," ucap Pak Timo dengan nada dingin nya.

Pangeran mengambil keris itu dari tas Sera dan dipegangnya, mengarah kan nya pada Pak Timo.

"Oke, Pak! Saya ladenin," balas Pangeran, tanpa aba-aba salah satu warga menyerang Pangeran dengan tombak tajamnya, hampir mengenai kepala sampingnya tapi ia tangkas dengan keris itu.

Tangan Arum terlepas dari pegangan Pangeran, membuat pemuda dan gadis digendongnya panik. Mereka berteriak saat Arum berada ditangan warga.

"Pak Timo!!" teriak Pangeran dengan marah.

"Lepaskan!!!" teriak Arum saat salah satu tombak ingin menusuknya, ayunan tombak itu membuat ia memejamkan matanya dan Pangeran dihadang oleh belasan tombak.

HUTAN GHAIB [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang