𝟏𝟗 : 𝐄𝐫𝐥𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐘𝐮𝐝𝐡𝐚

129 14 0
                                        

Suasana pagi hari kembali menyelimuti villa ini, deburan ombak dan cahaya mentari yang terpancar cerah dari ufuk timur dipantulkan oleh air laut yang biru.

Kehangatan mentari menyambut kedatangan para anak-anak yang telah berhasil selamat kemarin. Kini dikamar Prabu, pemuda itu terbangun karena suara deburan ombak yang menghantam terumbu karang dan cahaya yang menembus kain sutra halus yang terpasang di jendela berhasil menyinari kelopak mata yang masih terpejam.

Mengusap matanya lalu mendudukkan dirinya pada suatu alas yang lembut dibawahnya, sebuah kasur dengan size cukup untuk satu orang. Melihat kearah luar jendela, tubuhnya menegang melihat pemandangan disana.

Prabu menggelengkan kepalanya lalu bangkit dari kasur untuk mencuci wajahnya, dan segera mencari para sahabat-sahabatnya. Ia membuka pintu dan menatap sekeliling, lorong dengan banyak kamar entah siapa yang memindahkan nya kesini.

Tanpa alas kaki, Prabu dengan rasa khawatirnya memaksakan diri untuk berlari mencari para sahabatnya. Ia telah berlari beberapa meter dari penginapan, tapi tak dapat melihat tanda-tanda keberadaan mereka. Prabu menggeram kesal saat tepukan dipundaknya terasa, ia menepis tangan itu dan kaget dengan seseorang dihadapan nya.

"Siapa?" tanya Prabu dengan pandangan waspada dan melangkah mundur.

Seulas senyuman menyapa Prabu dari pria dengan sebatang rokok di mulutnya.

"Reksa ya kamu? Kawannya Pangeran dan yang lain kan?" tanya Pria itu ingin menggapai bahu Prabu tapi pemuda itu menjauh.

"Tak perlu waspada, kalian disini aman," ucap orang itu.

"Dimana--"

"Kawanmu?" Potong pria itu, lalu tangan nya menunjuk kearah tempat gubuk di tepi pantai.

"Kau pasti lapar kan? Sarapan sana aja dulu, sudah disiapkan disana untukmu," lanjut pria itu menatap tampang Prabu, tampan nya sama seperti dirinya, Narsis sekali Bapak tua ini.

"Siapa anda?" tanya Prabu sedikit meluluhkan kewaspadaan nya.

"Saya Eko, panggil aja Pak Eko pemilik Villa tepi pantai Batu Karang," Perkenalan diri dari Pria yang bernama Pak Eko ini.

"Dari pada kamu terus berdiri disini, mending kamu segera kesana nanti saya cerita disana setelah kalian sarapan," ucap Pak Eko pada Prabu dan pergi meninggalkannya disana.

Tanpa pikir panjang Prabu segera berlari kearah tempat dimana rekannya berada, setibanya ia disana sebuah senyuman menyapanya.

"Prabu! Sini sarapan!" seru dari Sera dengan semangat, Prabu berdehem dan duduk disana.

Matanya memandang banyak makanan seafood dengan berbagai masakan disini, tepukan dipunggungnya membuat Prabu menoleh kearah sang pelaku.

"Udah makan aja, gak usah dipikirin ini siapa yang ngasih.. Ayo!" ucap Pangeran diangguki oleh Prabu.

Moment Sarapan pagi itu ditemani oleh tawa para kelima sahabat ini, Sarapan dengan view langsung kepantai dan terpaan angin pagi yang menyegarkan pikiran mereka. Tak sering juga sarapan ini dibarengi oleh candaan bapak-bapak dari Ian dan Sera, menambah kehangatan para sahabat ini.

Beginilah rasa kedekatan hubungan persahabatan mereka, sepotong lima puzzle yang saling melengkapi satu sama lain. Kondisi senang hingga kondisi sangat sulit tak membuat tali benang persahabatan ini terputus oleh apapun itu.

..✎✐..

Selesainya sarapan mereka bersantai disana menikmati keindahan alam ini, mereka bersandar di teras gubuk itu. Kondisi mereka semakin membaik, disaat mereka tak sadarkan diri ada yang merawat mereka diam-diam, memperban dan mengompres semua luka yang ada. Kepala Ian yang bocor saja sudah diperban dengan baiknya, serta kaki membiru Sera kini sudah kembali pada warna aslinya.

HUTAN GHAIB [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang