𝐄𝐊𝐒𝐓𝐑𝐀 𝐏𝐀𝐑𝐓 🪶

169 15 0
                                        

Kepulan asap terbang di udara, menemani seseorang di tempat yang penuhi akan pepohonan yang lebat membuat cahaya sinar matahari tak dapat menembus dinding daun-daun ini. Bersandar di batang pohon dengan tangan disaku menunggu beberapa orang andalannya.

Seringai diwajahnya menajam saat mendengar langkah kaki yang sangat ia kenali ini, walau jaraknya cukup lumayan jauh. Telinga orang ini terbilang tajam untuk mendengarkan dari jarak segitu.

Duk!

Tiba-tiba saja batu berukuran kepalan tangan terlempar di dahan pohon samping telinganya, alisnya menyatu dan memutuskan untuk mendorong dirinya dari batang pohon. Menghisap rokok itu dan menghembuskannya di depan wajah orang ini.

"Datang juga," ucapnya dengan nada tengil yang tak pernah hilang sedari dulu membuat orang itu terkekeh pelan.

"Macet dijalan," jawab seseorang berpakaian jaket jeans.

Tak lebih dari 5 menit seseorang menggunakan mobil datang dengan pakaian formalnya dan kacamata andalannya, keluar dengan muka tegasnya serta dagunya yang naik.

"Anjay," seru laki-laki perokok dengan siulannya menggoda laki-laki berkemeja rapi ini yang tampak tak memperdulikannya.

Tak terima dengan raut muka itu, laki-laki perokok berhasil meninju lengan nya dengan kencang, "Jangan lupakan jasa ku kemarin ya!" sindirnya pada si kemeja yang terkekeh singkat.

"Buang rokok itu atau gak usah ikut sama sekali ke hutan," ucap laki-laki kemeja dengan nadanya yang penuh ancaman itu.

"Halah bilang aja mau, bawa banyak ini," kekehnya sembari menepuk saku celana nya yang tampak menggembung berisikan rokok.

"Owalaah.. aku yang terakhir," Suara yang serak itu membuat mereka langsung waspada dan menoleh kearah sumber suara tersebut yang ternyata adalah kawannya sendiri.

"Lagi demam ya?" tanya laki-laki berjaket jeans, beradu kepalan tangan pada laki-laki bertopi yang baru saja tiba itu.

Lalu kedua laki-laki yang sempat ribut ringan tadi hanya bisa menatap dengan senyuman yang sedikit lembut, sekadar menyapa kawan lama yang jarang sekali untuk reunian dikarenakan tempat tinggalnya yang berbeda pulau dari ketiga orang ini.

"Naik kuda gak usah nanya," sarkas laki-laki bertopi itu menatap si perokok yang ingin bertanya tapi telah dibaca langsung olehnya.

"Si kilat masih aja sarkas, sudahlah ayo," ucapnya dengan nada muak, memandu mereka untuk segera masuk kedalam hutan sebelum malam datang.

Diperjalanan keempat pria ini tak terjadi apapun hingga langkah panjang mereka sampai di titik dimana tempat ini menjadi tempat peperangan utama antar dimensi. Danau dengan air yang tenang menyimpan banyak kenangan pahit dari pemilik tanah ini sebenarnya.

"Ratu Sangga Kencana," gumam mereka bersamaan.

Tak ada reaksi apapun dari danau ini, kelegaan menyelimuti mereka. Dari banyaknya penguji yang ingin menguji kemampuan sakral mereka disini tak ada yang dapat menandingi kekuatan pemilik danau ini sebenarnya, tapi disini mereka menatap akan keberhasilan seseorang yang telah mengikat paksa kedua kekuatan yang kuat.

Laki-laki bertopi mendekati danau dan mengulurkan tangan nya, dan benar saja danau ini telah dilapisi akan tabir yang sangat kuat.

"Siapa?" tanyanya sembari menatap laki-laki kemeja dibelakangnya.

"Sarwapalaka," jawabnya membuat ketiga kawan nya mengangguk paham.

"Pasti ada sesuatu hingga Sarwapalaka datang kesini dan menangani langsung, apa yang terjadi sebenarnya?" tanya laki-laki jaket jeans sembari memandang batu yang terdapat bercak darah yang masih terlihat baru.

"Ada lima sahabat yang datang dan tak sengaja melewati jalan ini, hingga mereka dipisahkan dan diuji di danau serta di desa," ucap pria kemeja dengan tangan bersedakap dada.

"Candiwangi?!" kaget dari pria bertopi.

"Iya, semua selamat. Aku dapat informasi dari salah satu kakek dari salah satu orang tersebut, lalu meminta bantuan dia--" tatapan pria kemeja menatap pria perokok yang sedang mengambil sobekan lengan dari hoodie yang tergeletak ditanah.

"Untuk memfasilitasi semua kebutuhan kelima sahabat itu yang terluka parah akibat jebakan kuat dari makhluk disini," lanjutnya.

"Hebat, salah satu murid mu?" tanya pria jaket jeans.

"Betul, salah satu dari orang itu bernama Prabu atau lebih dikenal oleh makhluk alam lain adalah Rekso." Badan dari kedua pria itu menegang saat nama tersebut di sebut dari mulut pria kemeja.

"Rekso? Yang dilindungi oleh Sarwapalaka itu?" tanya Pria bertopi masih tak percaya.

"Iyaa.. Salah satu seorang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi tak dapat mengendalikan emosi dalam tubuhnya,"

"Itu kelemahannya yang sering dimanfaatkan oleh makhluk lain ya? Hingga Sarwapalaka datang membantu?" tanya pria jaket jeans.

"Sarwapalaka selalu ada disampingnya,"

"Siapa nama sahabat yang lain selain Prabu itu?" tanya pria bertopi dengan tatapan seriusnya dan penasarannya.

"Pangeran, Sera, Arum serta Ian. Mereka bagaikan sebuah pecahan teka-teki yang saling melengkapi, anak-anak spesial yang selalu ku awasi."

"Spesial?"

"Aku ingin bertemu mereka, bolehkah? Aku penasaran dengan ke-lima sahabat itu, hingga Sarwapalaka ditubuh Prabu," ucap pria berjaket jeans disetujui oleh kawan nya yang antusias untuk bertemu.

Cukup dengan obrolan itu yang berakhir dengan keputusan mereka ingin bertemu dengan kelima sahabat itu di lain waktu, pria perokok yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri di seret paksa oleh pria kemeja hingga pria itu memberontak.

-SELESAI-

..✎✐..

Cukup, inilah halaman terakhir dari ekstra Partnya. ✌🏻✌🏻

Tau siapa pria berjaket jeans? Tau pria perokok? Tau pria kemeja? Tau pria bertopi yang ku maksud disana? Siapa sih mereka kok tau banget tentang tempat itu? Hehe^^ Tebak-tebak cobaaa disini>>>

Aku, Pita. Seorang Penulis yang mempunyai dunia imajinasi horrornya ini dengan para tokoh-tokoh ciptaan nya. Hari ini tepat selesainya halaman terakhir ini tertulis, dan tepat dihari sang penulis bertambah umur Yeeeyy!! ✨✨

Sudah aku rencanakan sedari kemarin untuk kembali bangkit meneruskan alur cerita mereka yang sempat terhenti dan banyak perombakan alur, menguatkan rasa kepenulisan yang hampir hilang menjadi kembali kuat untuk mereka.. Banyak rintangan yang aku laluin selama satu tahun lebih cerita ini berjalan bersama mereka.. 🥺

Jujur kalau ditanya,
🗣️ :"Kamu puas akan hasil akhir dari cerita yang kamu pertahanin selama satu tahun lebih ini?" Puas banget!! 🤩🤍

Dukungan dari para sahabat-sahabat ku dan diriku sendiri untuk kembali menulis juga membuat diri ini kembali bangkit dan semangat, menerobos semua rasa ragu yang sempat tertanam di hati ini selama berbulan-bulan.

Huh~

Salam dari Pita, tetap tanamkan dalam dirimu akan kalimat ini.

"Ambil baiknya, buang buruknya." Oke?

Ambil pesan baiknya dari cerita ini dan jangan dicontoh adegan adegan yang aku tulis.

Ini hanyalah Fiksi bukan kisah nyata atau apapun itu. Ini hanyalah imajinasi ku semata setiap malamnya.

Salam Pena dari Pita!
Jangan lupa '🌙' nya yaaa>>>>

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA
KALIAN SUDAH BERADA DI PENGHUJUNG CERITA ✨✨

BYE BYE 🤍🤍
⁠(╥⁠﹏⁠╥)

HUTAN GHAIB [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang