Is it ironic that how can the devil be pulling you toward someone who looks so much like an angel when he smiles at you?
***
Sasha POV
Aku berlari dan ada sebuah mobil dan..
CIIIIIIITTT!!!
Semua menghitam....
Is it ironic?
****
Damai.
Entah bagaimana aku merasakan perasaan yang tak pernah sedamai ini sebelumnya. Apakah aku sudah mati?
Damai.
Jika sekarang aku mati, aku yakin tak ada seorang pun yang mau repot-repot mengkhawatirkanku. Karena aku hanyalah orang yang sungguh tak berguna.
Damai.
Orang yang dulu sangat kusayang pergi meninggalkanku. Hal itu selalu saja terulang seperti kau hanya bisa terjebak di lubang yang sama.
Damai.
Apakah kali ini aku benar benar menemukan kedamaianku?ku rasa aku lebih baik mati daripada mengkhawatirkan dunia yang sudah tak mengharapkan aku hidup.
Aku terbanguun dengan kepala yang pening. Aku membaui bau obat-obatan yang sangat aku benci. Aku melihat sekeliling dan menyadari, aku berada di rumah sakit. What’s happened with me?
Dan di sebuah sofa, aku menemukan dad sedang berada di bawah alam sadarnya, bergelung dengan selimut yang hanya menutupi sebagian dirinya. Tunggu dulu.... apa yang dilakukan dad disini?
Aku mengerang kesakitan sembari mengusap kepalaku yang cukup pening. Dan aku merasakan ada sebuah benjolan terdapat di kepalaku. Erangan itu cukup membangunkan dad dari bawah alam sadarnya. Menatapku dengan penuh rasa syukur. “Kau sudah terbangun Sasha? Terima kasih Tuhan”
Aku yang masih tak percaya dad berada disini malah bertanya hal yang tak patut ditanyakan mengingat kondisiku seperti ini “Dad kenapa ada disini?bukankah dad harusnya masih sekitar sebulan lagi di US?”
Ayahku terdiam menatapku terheran sekaligus penuh selidik. Lalu dia menghampiriku dan mengusap puncak kepalaku dengan penuh rasa sayang “apakah aku akan membiarkan putriku satu-satunya sedang sakit tetapi aku tetap bekerja? Tidak. Aku bukan orang seperti itu Sasha”
Dia tersenyum penuh kasih sayang kepadaku. Aku bersyukur masih mempunyai dad yang masih sayang kepadaku. Setidaknya hidupku masih mempunyai arti.
“Loh, kalau begitu siapa yang memberitau dad kalau aku sakit?” aku bertanya sambil menatap dad keheranan. Seingatku, aku tidak menelpon siapa-siapa kemarin. Dan seingatku tak ada yang tau siapa keluargaku.
“Kakakmu yang menelponku. Dia terdengar sangat khawatir saat memberitauku kau sakit” .Loh, padahal aku sendiri belum tau kakakku itu siapa. Bertemu saja belum kenapa dia bisa tau aku ini adiknya?
“Kakakku?” tanyaku sambil keheranan dan mengerutkan alisku.
“Iya kakakmu James. Apa kau tidak ingat?”
Iya aku tau kakakku james. Tetapi bagaimana bisa dia menyadari kalau aku itu adiknya. Tak mungkin kan waktu aku pingsan kebetulan kakakku lewat dan menyadari aku ini adiknya? Itu gila mengingat sudah bertahun-tahun aku tidak bertemu dengannya.
“dad mau pergi sebentar ya. Aku mau membayar obat-obatmu serta biaya perawatanmu. Nanti aku suruh kakakmu kesini untuk menemanimu” lalu dad mengusap puncak kepala dan mengecup keningku dan beringsut pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ironic [On Hiatus]
FanfictionIni adalah sebuah kisah ironis tentang dia yang terlupakan. Tentang dia yang harus memilih. Tentang dia yang mesti tersakiti. Tentang dia yang tak pernah menemukan akhir bahagia. Dan pada akhirnya, seseorang harus pergi. [One Direction FanFiction by...