Is it ironic that we used to laugh and chat together but, now u treat me like a pack of garbage?
***
Louis POV
Aku baru saja kembali setelah mengantar El. Ya dia kekasihku sekarang, kurang lebih 3 minggu. Aku....menjadi kekasihnya karena suatu hal yang mungkin tak masuk akal.
El, tadi dia sempat memintaku untuk menemaninya mencari udara segar di sekeliling rumah Liam. Katanya dia belum bisa tertidur. Aku hanya menurutinya saja.
Di sepanjang perjalanan, dia menceritakan berbagai hal tentang hidupnya. Tetapi aku hanya membalas dengan 'oh' 'yeah' ataupun 'cool!' Dan berusaha untuk selalu tersenyum walaupun sulit.
Dia terlalu asik bercerita banyak hal hingga dia tak menyadari kebosananku. Aku tak mengerti. Tapi untunglah dia cepat untuk merasakan kantuk sehingga aku tak perlu memutar otak untuk mencari alasan kabur.
Ah tadi sebelum El masuk kekamarnya, ia memberikanku sebuah night kisses. Well I didn't expected that. Tapi aku hanya membalasnya tersenyum dan memeluknya. Barulah we say goodbye.
"Ah!" Teriak seorang setelah tanpa sadar aku menabraknya yang terlalu asik bergelut diduniaku sendiri.
"Well I'm sorry" kataku. Ketika aku ingin melihat siapa yang kutabrak. ternyata dia....
Niall?
"Sedang apa kau?" Tanyaku yang keheranan melihat dia berkeliaran semalam ini. "Are u hungry?"
"Ah yes of course! Tetapi aku hanya baru kembali tadi sehabis mencari udara segar bersama Sasha" kata Niall sambil tersenyum dan memasukkan kedua tanggannya di hoodie yang ia pakai.
"K-k-kau?berjalan dengan Sasha?" Tanyaku yang tak yakin.
"Iya. Memangnya ada apa Lou?ada masalah?" Selidik Niall sembari menyipitkan matanya.
"Tidak tidak aku hanya bertanya saja. Ohya apa kau sudah lama mengantar Sasha ke kamarnya?"
"Emmm baru saja. Aku tidak mengantarnya sampai kamarnya. Katanya dia ingin sendiri" kata Niall sembari menaikkan kedua bahunya.
"Oh" jawabku yang sedang bingung. Berarti.....apakah dia melihatku...?
"Ah aku pergi dulu ya Lou. Aku mulai merasakan kantuk dan sangat lapar. Bye Lou!" Kata Niall dan lalu dia beringsut pergi kembali ke kamarnya.
"Bye Niall!" Kataku yang juga langsung menuju kamar karena mulai merasakan hawa kantuk.
Ah ketika sampai di kamar, aku melihat Zayn yang tengah asyik berkutat dengan iphonenya. Aku tak tau dengan pasti bagaimana. Tapi, kurasa dia sedang bermain games karena kelihatannya seru.
Aku duduk dipinggir tempat tidur memikirkan semua hal yang telah terjadi.
Apa memang lebih baik seperti dulu?lebih baik aku memilihnya daripada dia? Atau memang ini jalan yang terbaik buatku? Aku taktau apa sekarang jalan yang kupilih itu yang terbaik. Tapi entahlah, kurasa ada sesuatu yang 'salah'.
Aku tak tau pasti apa yang salah tetapi, feelingku merasakan jika ini terus berlanjut sesuatu yang buruk akan terjadi. I don't know it's a big thing or just a small thing. Tetapi, kita tak bisa mengabaikan hal sekecil apapun karena kedepannya nanti sesuatu akan rusak dan membekas.
Ugh segala macam seluk beluk hidup yang tak kunjung reda. It's make me sick. I really hate this life. Aku yang merasa sangat capek, memutuskan untuk merelaxkan tubuh dengan berbaring di tempat tidurku dan menarik selimut hingga atas.
Tetapi, tetap saja aku tak bisa tidur. Malah sebenarnya mataku tak kunjung mau terpejam. Dan, aku merasa ingin............................................
I have to pee.
Entahlah tetapi sungguh ini aku tak bisa menahannya lebih lama lagi. Aku membuka selimut dan langsut beringsut pergi ke toilet. Toiletnya berada di luar kamar tidur sehingga aku perlu keluar dari kamar tidurku.
Eh....kok aku tidak melihat batang jambul Zayn di tempat tidur sebelahku ya?ah mungkin dia ke dapur dan menemani Niall makan.
Aku berlari dan tiba-tiba ada sosok wanita dengan rambut hitam pekat sebahu terjuntai didepan mukanya yang membuatku bergidik ngeri. Hah! Itu....????
Sasha?
Aku yang tadinya berlari tiba-tiba menghentikan lariku mendadak lalu menggapai tangan Sasha mencegahnya untuk pergi.
"Sasha! Sasha wait!" Panggilku sambil mengenggam erat tangannya. Sedangkan ia berusaha menyentak keras tangannya agar terbebas tetapi tak bisa.
"What's?" Teriak dia ketika dia membalikkan badan dan memelototiku.
"Apa kau yakin tak kenal aku?" Tanyaku tak yakin karena...tak mungkin dia bukan Sasha yang 'itu'.
"I'm sorry. Apakah aku harus mengenalmu?"Tanya dia dengan nada dingin dan menyilangkan tangannya didepan dada.
Satu kalimat simple yang sanggup menohok jantungku dengan sangat dalam.
"A-apa kau yakin tak ingat aku?remember?kita pernah mengunjungi taman bermain bersama. Apa kau tak ingat sama sekali?" Tanyaku dengan putus asa berharap tiba-tiba Sasha meneriakkan 'April Fools' dan kita berdua tertawa bersama.
Tapi sayangnya tidak. April Fools sudah lewat. "Maaf?aku tak ingat jika kita pernah bertemu sebelumnya. Jangankan melihatmu, mendengar namamu saja tak pernah. Bagaimana bisa aku mengingatmu?" Sebuah kalimat yang....
"Dan aku tak tau gadis mana yang bernama Sasha yang kau bicarakan. Mungkin itu hanya sekedar khayalanmu saja. Lagipula memangnya ada yang mau mengenalmu?hahaha moron." Lanjutnya dan beringsut pergi.
Apa?dia menyindirku dengan.....
"Ah!" Aku berteriak karena tak tahan lagi ingin pergi ke toilet dan sudah berada di ujung tanduk. Aku berlari as fast as I can dan menembus pintu toilet.
"Ah....sangat lega" kataku setelah selesai menyetor titipan kepada kloset di toilet.
Aku bergegas keluar toilet dan mendengar isakan seorang gadis. Suaranya cukup pelan. Dan kurasa sumbernya berada di dekatku. Aku merinding.
Aku berjalan sepelan dan sepasti yang aku bisa. Mata terus mengawasi setiap sudut celah rumah yang aku lewati. Saat sudah sampai di dekat kamarku aku melihat sumbernya....
Are that Sasha and Zayn?aku melihat Sasha yang terisak cukup untuk terdengar olehku dan Zayn menenangkan Sasha sambil menghapus air mata yang jatuh kepipinya. Oh how I wish that is me.......
Tunggu--.......
ARE THEY HUGGING EACH OTHER?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ironic [On Hiatus]
FanfictionIni adalah sebuah kisah ironis tentang dia yang terlupakan. Tentang dia yang harus memilih. Tentang dia yang mesti tersakiti. Tentang dia yang tak pernah menemukan akhir bahagia. Dan pada akhirnya, seseorang harus pergi. [One Direction FanFiction by...