Part 18

651 17 4
                                    

Definitely it's not best day ever for Sasha. Best day ever k, not best song ever!

Sasha duduk di ranjang sembari sesekali ia membolak-balik sebuah halaman berbuku tebal. Ia hanyut didalamnya sampai ia tak menyadari kalau Anne datang.

Anne menatap Sasha dengan pandangan heran. Anne dengan segera mengambil tempat di sofa tepat di samping ranjang milik Sasha. Anne tampak kesal dikarenakan Sasha hingga saat ini tak mengubris keadaannya.

"Bukannya mau sok tau" ucap Anne yang tak dihiraukan oleh Sasha. "Tapi aku rasa buku kamus milikmu itu tak baik kau baca. Bukan hanya kau yang pusing, aku saja sampai muak melihatnya"

Tanpa mengubah posisi, Sasha melirik Anne sebentar dan kembali berkutat pada buku dihadapannya. "Hey, siapa bilang aku pusing? Lagipula ini bukan kamus. Inikan hanya novel Mark of Athena"

Anne memutar matanya. Ia kembali menatap Sasha yang tidak digubris sama sekali oleh Sasha. Kendati Anne mulai bosan, penyakit sok sarkasmenya itu kembali kambuh. "Membaca itu memang bagus. Tapi, kalau kau selalu membaca buku setebal itu setiap hari, aku yakin kalau aku jadi kau aku bakalan buta"

Sasha tergelak mendengar sarkasme dari karibnya. Tetapi, matanya tetap meneliti bacaan  dihadapannya. "Lagipula ini hanya bacaan ringan"

"Ringan bagaimana? Liat dong sepenjuru ruangan, buku milikmu paling kurang 500 halaman. Dan kurasa buku yang sedang kau baca itu 5000 halaman"

Sasha semakin tergelak mendengar ucapan Anne. Ia menutup bukunya dan mengubah posisinya menghadap Anne. "Kau ini terlalu berlebihan. Ini hanya 1000 halaman" Sasha mengangkat buku yang sedang ia baca tadi.

"Tuhkan! Are you losing your mind? I think your mind is lost in the middle of nowhere can't be found"

Sasha tertawa makin lantang sampai ia mendera sakit perut. Sementara itu Anne menatapnya dengan pandangan sinting. Anne khawatir sekali jika yang ia katakan barusan itu benar.

"Jangan gila! Pikiranku masih ada ditempatnya tenang saja" ucap Sasha sambil menepuk keningnya. "Apa kau tak membawa sesuatu Anne? Tiramisu? Apa saja, aku muak dengan makanan yang tersedia" Sasha membuat gerakan seperti seseorang yang sedang mual.

"Aku tak bawa apa-apa. Memangnya apa yang kau harapkan? Aku membawakan sejuta tiramisu buatmu?"

"Ya bisa dibilang begitu" Sasha mengusap-usap dagunya seakan ia sedang berfikir. "Padahal aku menyuruhmu kesini hanya untuk membawakan sesuatu buatku" Sasha mengendikkan bahunya.

"Kalau kau sedang tak sakit. Sudah jelas aku akan menghajarmu sampai titik darah penghabisan" ucap Anne yang dibalas tatapan menantang oleh Sasha. Anne tak mengubrisnya.

Sasha kembali membuka halaman yang berisi pembatas halaman buku. Ia menyenderkan badannya pada kayu tempat tidurnya. Dengan pandangan serius Sasha membaca. Sementara Anne mendesah kesal dan bosan karena tak banyak hal yang dapat dilakukannya.

"Bagaimana kau dengan dia?" Ucap Anne membuka pembicaraan. Ia berharap dapat mengalihkan perhatian Sasha.

"Dia siapa?"

"Dia lelaki-berambut-blonde itu. Apa kau dengannya ada hubungan spesial?" Kali ini, Anne berhasi mendapat perhatian Sasha. Anne tersenyum penuh kemenangan. Sementara Sasha menutup dan meletakkan bukunya di meja kayu samping tempat tidurnya.

"Aku tak ada apa-apa dengannya Anne. Kau tau itu" ucap Sasha dengan serius.

"Yah, aku hanya bertanya kalau-kalau kau sudah memiliki sesuatu akan dirinya. Padahal aku berharap kalian berdua bisa...." Anne mengisyaratkan sesuatu lewat matanya. Sasha mengerinyit mengerti akan maksudnya. "You two will be.....um....cute couple"

Sebuah bantal mendarat di wajah Anne yang membuatnya terhuyung kebelakang. Ia memelototi Sasha yang hanya dibalas pandangan malas oleh Sasha.

"No, we can't be" decak Sasha malas. Ia memalingkan pandangannya pada jendela. "Besides, I have someone else"

"Wut??!" Sembur Anne. Anne memekakan pendengarannya dengan jernih. Ia kembali mengulang-ulang kata-kata yang Sasha ucap barusan di otaknya. "You have someone else?"

"Yes, he take care of me all this time. He's understand me. He be my sunshine when I'm lost in the darkness." ucap Sasha yang kemudia berbaring diranjangnya sambil menatap langit-langit. "I don't know if he feel as same as the way I feel. I don't expect much"

Sasha kembali termenung seakan fikirannya sedang tak ada diruangan itu. Sementara Anne tercengang menatap karibnya itu. Sasha mendecak frustasi.

"Cinta tak harus memiliki kan? Lagipula yang memiliki pun belum tentu saling mencintai" ucap Sasha menatap karibnya yang masih tercengang. "How's you and Harry?"

Seakan mendapat tamparan di kedua pipinya, Anne tersadar sembari menggelengkan kepalanya. "Yeah, always like that?"

"Meskipun aku belum lama mengenalmu, tetapi aku tau kau bukan pembohong yang handal Anne" peringat Sasha.

Anne mendesah perlahan. ia menelan ludah karena ia merasakan tengorokannya tercekat. Anne menatap dengan karibnya  sedih. Sasha menaikkan sebelah alisnya. "Aku melihat kemarin Harry berduaan dengan Jessica"

"Lalu? Berduaan kan bukan masalah be--"

"Aku mendengar Harry memanggilnya dengan sebutan 'sugar'. Kau mengerti? Dan dia katanya janji ingin datang sabtu malam nanti"

Sasha menatap Anne dengan pandangan tak percaya. Melalui matanya, Sasha mengisyaratkan Anne untuk memberinya kepastian.

"Itu benar. Aku mendengar plus menyaksikan kejadiannya secara langsung." Anne mengibas-ngibaskan tangannya.

"Mungkin sebernarnya, Harry sedang meminta gula yang berada dibelakang Jessica. Makanya dia menyebut 'sugar'. Kejadiannya di dapurkan?" Anne menganggukkan kepalanya. "Dan siapataukan Harry ingin membantu Jess dengan prnya. Mengingat dia yang begitu..."

Sasha membuat gerakan isyarat yang mengartikan 'stupid' dengan tangannya. Anne tergelak karena tingkah lucu. Setidaknya itu merupakan pencerahan baginya.

"Lagipula, kurasa Harry benar-benar suka padamu. Bahkan kurasa dia jatuh cinta sejak pandangan pertama denganmu" ucap Sasha kembali.

"Sasha, tak ada yang namanya cinta pada ----"

"Kau tak akan benar-benar percaya pada cinta pada pandangan pertama sebelum kau merasakannya" peringat Sasha. "Dan kurasa itulah yang terjadi pada Harry"

Sasha mengendikkan bahunya. Anne menjadi makin bimbang. Apakah ia salah?. Apakah ia salah membenci Harry semenjak kejadian kemarin?

"Tak salah jika kau membenci dirinya. Tetapi apakah itu tepat? Apakah kau tak akan menyesal nantinya?" Ucap Sasha kembali tanpa melirik Anne.

Anne hanya duduk di sofa dengan tatapan kosong. Ia memikirkan apa itu adalah penyelesaian yang tepat? Apa dia seharusnya meminta penjelasan dari Harry terlebih dahulu? Toh lagipula untuk apa ia meminta penjelasan darinya? Ia kan bukan siapa-siapa dirinya.

Kali ini Anne menyenderkan kepalanya ke sofa. Ia memijit-mijit keningnya yang seakan mau pecah. Ia terlalu banyak berfikir. Ia tak mau mengambil langkah yang salah. Setiap langkah selalu akan ada resikonya. Tapi yang terpenting apakah ia akan menyesali keputusannya kedepannya?

Anne tak boleh ceroboh kali ini. Ia tak boleh bertindak gegabah. Sudah banyak kehilangan yang ia dera. Tak perlu lebih banyak lagi ia harus merasa kehilangan. Ia tak boleh mendahulukan ego. Dan semoga langkahnya kali ini tepat.

Tepat seperti menembakkan panah pada hati dingin membeku seperti batu.

Ironic [On Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang