Part 12

1.2K 13 6
                                    

Is it ironic that we must pretend it's all ok when it's worst?

***

Sasha Pov

"Kau! Jangan pernah dekat dekat denganku. Aku tak mau para lelaki jadi tak mau mendekatiku karena mendapati kau disekitarku" bisik Jessica saat kami berada di mobil menuju ke kampus.

Aku hanya mengangguk mengikuti apakata nenek sihir itu. Cih. Aku juga tak akan sudi dekat-dekat dengan wabah penyakit sepertimu.

Tak sampai 30 menit, mobil telah terparkirkan dengan sempurna. Hari ini dad bersikeras mengantarkan kami ke sekolah. Entah apa yang merasukinya.

Jessica keluar dari mobil terlebih dahulu dan dengan segera menghampiri para teman cheers menjijikan yang tak punya bahan dirumah untuk membuat baju. Apa aku harus membuat acara donasi 1000 bahan untuk para jalang yang tak mampu?

Dan dengan segera aku keluar dari mobil. Tak lupa berpamitan dengan dad.

Coba kulihat. Pelajaran pertama adalah Ballet. Hmmm aku bergegas ke studio ballet karna tak lama lagi bel berbunyi. Dan benar saja tak lama kemudian bel berbunyi dan aku berlari di sepanjang koridor sekolah guna tak terlambat.

***

Fiuh. Akhirnya selesai juga pelajaran untuk hari ini. Aku berjalan cepat menuju lokerku untuk meletakkan buku sehabis pelajaran musik tadi.

Bruk!!!

Sesuatu atau lebih tepatnya seseorang telah menubrukku hingga aku menabrak lokerku.

"Hey nerd. Dimana kacamatamu?wow kurasa gadis freak satu ini mencoba untuk membaur" kata yang-tak-lain-tak-bukan Jessica sang nenek sihir yang disusul anggukan para pengikutnya.

Aku hanya diam menunduk saja. Aku tak mau berurusan dengan yang secara tak langsung saudara-tiriku. Sementara itu aku hanya membiarkan para nenek sihir itu membully ku. Lagipula apa untungnya untukku?dan mereka pasti akan mendapatkan balasannya nanti.

"Wow nerd. Kenapa?kenapa kau hanya diam saja?takut kepada kami?oh lihat, anak aneh itu takut kepada gadis luar biasa sepertiku" kata Jessica dengan nada manis dibuat buat yang membuatku ingin.... Wanna throw up.

Aku hanya merollingkan eyesku dan ternyata sang nenek sihir itu melihatnya. "How dare u did it to me. Feel my slap!" kata nenek sihir itu sambil melayangkan tangannya.

1...2...3...

Aku langsung menundukkan badanku dan kepalaku. Alhasil tamparan nenek sihir itu langsung menabrak loker belakangku.

"AW!" Dia teriak kesakitan sambil mengusap-usap tangannya. Aku hanya tertawa cekikikan dengan sangat perlahan berjalan menghilang dari kerumunan para penyihir.

"Mengapa kalian diam saja?tangkap nerd itu!!!" Teriak Jessica sambil menunjukku yang mulai berlari menjauh.

Aku berlari sekencang mungkin dan dibelakangku masih terdengar geraman para penyihir. Melihatku berlari kencang orang-orang mulai minggir dan memberiku jalan. Untungnya aku mengikuti ballet  sehingga terbiasa lari seperti itu.

Aaaaah aku sudah sampai di parkiran kampus. A-a-aku harus berlari kemana????daaan aku langsung berlari tak tau kemana yang pasti aku harus bersembunyi. Ah! Panjat pohon itu kurasa aman.

Aku langsung berlari menuju pohon itu, memanjat pohon itu dengan pergerakan yang cepat. Dan aku juga langsung duduk di salah satu ranting yang cukup tinggi sehingga tak terlihat. Tak lupa aku memasang awas telinga dan mataku. Sedikit pergerakan saja sudah membuatku waspada.

Tuk!

Duh apaini?

Tuk!

Ah siapa orang yang sungguh jail ini?aku melihat sekeliling dan tak ada siapapun. Kau bisa mempercayai itu?!

Tuk!

Duh! Kali ini pukulan batu itu tempat mengenai jidatku yang sanggup membuatku terhuyung lalu.....

Jatuh.

Aku taktau bagaimana rasanya jatuh tetapi... Aku merasa sedang terbang, melayang diudara.

Jatuh.

Tapi itu bodoh mengingat aku sedang melayang diudara, menanti kemungkinan apa nanti jika aku sukses mencium tanah.

Jatuh.

Aku taktau apa rasanya mendarat nanti. Untungnya aku masih mendarat di tanah...

Atau aspal?

Aku masih merapalkan segala macam doa dipikiranku. Supaya aku mendarat dengan empuk dan tidak mendapat gegar otak.

Atau lebih buruk lagi...?

Aku memejamkan mata. Membayangkan akan mendarat di sebuah awan empuk seperti kapas tetapi... Aku merasa sesuatu atau seseorang menangkapku. Merangkulkan tangannya di bahuku. Dia menangkapku seperti menggendongku dengan bride style?

Ketika aku membuka mata...aku langsung terpaku dengan mata biru indah yang sedang tersenyum kepadaku.

"Niall?"

"Hi sasha!" Katanya sambil tersenyum riang terhadapku. Memamerkan behel transparan yang masih ia pakai. "Loh bukannya harusnya hari ini kau melepas behelmu?"

"Justru itu aku kesini! Aku memintamu untuk menemaniku. The other boys sedang sibuk dengan urusannya masing-masing" gerutu Niall memperlihatkan muka kesalnya yang justru membuatnya terlihat lucu.

"First, turunkan aku dulu" kataku sambil menunjukan telunjukku. Niall hanya tersipu malu sambil tertawa cengengesan.

"Memangnya kemana saja para temanmu itu?kelihatannya sibuk sekali sehingga tak bisa menemanimu" tanyaku yang keheranan dengan sesibuk apa mereka.

"Yah Zayn entahlah dia masih tertidur dan tak mau aku bangungkan. Aku tak mau mengambil resiko" katanya sambil bergidik. "Dan kakakmu sedang bersama Danielle, Lou dengan El dan Harry bersama siapa temanmu?"

"Annie"jawabku sambil tersenyum. "Iya bersama Annie" kata Niall sambil tersenyum riang.

"Lah memangnya sejak kapan Annie akrab dengan Harry?" Tanyaku keheranan. Ini memangnya aku yang ketinggalan atau memang hubungan mereka dirahasiakan.

"Aku rasa sejak seminggu lalu, acara penyambutanmu itu" jawab Niall. Yah memang sudah sejak seminggu yang lalu acara penyambutanku di laksanakan.

Aku hanya mengangguk sambil berpikir.  Dan juga mengerutkan keningku mengusap usap daguku. Itu yang biasa kulakukan ketika berpikir.

"Jadi, kau mau pergi menemaniku untuk ke dokter gigi tuan putri?" Tanyanya sambil berlutut mengulurkan tangannya dan tersenyum lebar.

"Hmmm tentu saja pangeran tampanku" kataku sambil menyambut uluran tangannya dan menunduk ala putri raja.

"Kalau begitu ayo kita pergi" kata Niall menarikku serta menggandeng tanganku menuju mobilnya. Akupun hanya tertawa mendapat perlakuan seperti itu dari Niall.

Ironic [On Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang