matthew's pov
lagi,dia menjauhi ku untuk ke sekian kalinya. jujur aku tidak mengerti ada apa sebenarnya dengan dia. setiap kali aku mencoba mendekatinya ia malah semakin menjauh. aku sudah coba menanyakan kesalahan ku apa, namun yang ku dapat hanya gelengan dan senyum palsu itu
"tolong jawab jujur, aku tahu kau menceritakan kebohongan padaku saat di coffee shop itu" ujarku dengan nada melengking. siapa yang tidak jengkel, gadis itu selalu berkata 'aku baik-baik saja' namun faktanya ini sama sekali tidak baik baik saja. aku tidak butuh sifat sok tegar itu. aku hanya ingin tahu kesalahanku, karena aku tahu, aku diciptakan untuk menjaga nya
sara mendobrak mejanya, wajahnya memerah "aku bilang tidak ada apa apa! kau ini mengganggu hidup ku seakan kau tidak punya hidup sendiri!" bentaknya dengan nada tinggi terlihat sama jengkelnya seperti aku mungkin
aku menatapnya tajam, anak ini kelewatan "baiklah kalau itu maumu, aku akan menjauh. kau tidak butuh aku kan? aku tidak berguna untuk hidupmu kan? terimakasih." ujar ku sedingin mungkin lalu pergi dari sana, tidak menghiraukan tatapan tatapan bingung dari semua mata di kelas itu.
***
author's pov
gadis itu terlihat baik-baik saja seakan tidak terjadi apa apa, namun siapa yang tahu hatinya berkata lain. mungkin matttew benar benar marah padanya.
dua orang yang sama sama keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah, apa ini akhir dari persahabatannya dengan matthew. apa tuhan ingin mempermainkannya? saat ia benar benar menaruh hati pada laki-laki itu, sara malah berada diambang kehancuran.
secepat itukah matthew memutuskan tali persahabatannya dengan sara? apa gara-gara olivia? tidak, sara tidak mau melemparkan semua masalah ini pada olivia. gadis tan itu mungkin hanya mencoba berteman baik pada semua orang, sara tahu olivia itu gadis baik. tapi matthew? sebenci itukah dia sekarang pada sara?
sara mengambil buku berwarna kuning diatas meja belajarnya
'for the one who never see the truth,matthew espinosa.
ini pertama kalinya kita bertengkar hebat hanya karena masalah bodoh. kau pada pendirianmu dan aku pada pendirianku. tidak ada yang mau mengalah. kita berdua sama sama berkepala batu.ini semua berawal dariku, ya aku akui itu. jika saja aku tidak menjauhimu,mungkin kita tidak akan seperti ini, biar saja aku menahan semua sakit hatiku, asal aku berada di dekatmu. tapi apa? tubuhku sudah dikendalikan oleh egoku, ego ku berbicara "untuk apa aku meminta maaf duluan dengan orang selancang kamu."
jaga dia, gadis tan itu, mungkin tuhan sekarang memindah tugaskan kamu untuk menjaga dia, dan aku? seperti barang rongsokan yang sudah tidak terpakai. aku? gadis yang sama sekali sudah tak berguna untukmu. sekarang saatnya kau benar-benar menjaga berlian. kau tidak usah lelah lelah berada di samping benda rongsokan yang hanya bisa menyulitkan mu. kau itu seperti cincin, sangat berharga bagi sebuah benda rongsokan sepertiku. dan ini saatnya, sebuah cincin mendapatkan berliannya. terimakasih untuk semuanya.
kau, adalah malaikat terjahat yang pernah aku temui di dunia ini'
sara menutup buku itu dan meletakkannya kembali di meja belajar. ia sadar, ini saatnya ia hidup tanpa matthew, tanpa tawa matthew, candaan matthew, sentuhan matthew.
***
Matthew's pov
sungguh, ini adalah keadaan yang sangat tidak baik baik saja. seharusnya aku tidak berteriak seperti itu, seharusnya aku tidak berkata seperti itu, seharusnya aku tidak bertindak seperti itu, dan masih banyak lagi seharusnya-seharusnya yang lain.
aku menjambak rambutku yang sudah mulai panjang, aku salah, sara pasti sangat kecewa denganku. tapi, apa dia tahu, aku lebih kecewa padanya. aku ini sahabatnya, kalau ia ada masalah seharusnya ia bercerita denganku. bukannya menutup nutupi seperti itu.
drrtt. drrtt
getaran ponsel itu mengagetkanku. siapa yang malam malam seperti ini mengirim sms. aku membaca pesan tersebut dan menaikkan alisku saat melihat siapa pengirimnya
olivia?
'bisa temui aku besok saat pulang sekolah? ada yang ingin aku bicarakan'
ada apa dengannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone ✖ Matthew Espinosa
Fanfiction"should i smile because we are friend? or should i cry because that's the only thing we can ever be?"