Chapter 6

10.4K 855 101
                                    

Untuk membuktikan kau adalah yang terbaik dan yang terkuat, karena itukah kau ingin berteman? Jujur kukatakan padamu demi kebaikanmu, jangan hidup seperti itu.

Story of Byun Family © 2015

Taeyeon kembali ke ruang sidang bersama Sohyun beberapa menit kemudian. Tangannya menggenggam erat tangan Sohyun saat berjalan masuk ke muka ruangan, kembali berdiri di sebelah Jane dan ibunya.

"Aku sudah bicara dengan Sohyun." kata Taeyeon, menatap satu persatu guru di dalam ruangan. "Putriku, Byun Sohyun, tidak melakukannya."

Ibunya Jane menatap Taeyeon dengan tatapan tidak suka. "Sohyun eomma-nim, kau jangan membela putrimu yang salah."

Taeyeon balas menatap ibunya Jane. "Bukan begitu, Jane eomma-nim. Aku tidak membelanya." ia melirik Sohyun sekilas. "Hari ini aku kembali melihat Sohyun menangis."

Sohyun menoleh pada ibunya, tertegun.

"Aku pernah melihat Sohyun menangis sebelumya. Saat Sohyun pulang ke rumah setelah pergi bermain bersama teman-temannya, ke Seoul, tanpa pamit denganku."

Kali ini Jane yang menoleh pada Taeyeon, tertegun. Seoul? Apakah ibunya Sohyun itu sedang membicarakannya sekarang?

"Sohyun dan teman-temannya berangkat bersama naik mobil salah satu temannya. Sepulangnya ke rumah, aku melihat Sohyun malah menangis. Sohyun menangis, Guru. Karena dia merasa diperlakukan tidak adil oleh teman-temannya. Dia ditinggalkan di Seoul sendirian oleh temannya. Dia tidak diperbolehkan pulang dengan naik mobil bersama temannya. Bahkan temannya itu menyuruhnya untuk naik bus sendirian pulang ke rumah. Aku menangis mendengarnya."

Wajah Jane berubah pucatt. Mendadak ia berkeringat dingin. Matilah ia.

Taeyeon menggelengkan kepala. "Tidak, Guru. Aku menangis bukan hanya karena itu. Karena Sohyun tidak bercerita padaku pada hari itu. Bahkan aku tidak tahu kalau sebenarnya dia pergi ke Seoul bersama teman-temannya. Aku baru mengetahuinya beberapa hari kemudian. Tetapi tahukah apa yang membuatku menangis hari itu?"

Para guru terdiam, menahan napas, menantikan kelanjutan kalimat Taeyeon. Bahkan Yeri, Jane, dan ibunya pun demikian.

"Eomma, apakah aku tidak pantas mendapatkan teman? Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut Sohyun ketika aku bertanya kenapa dia menangis. Kenapa mereka tidak pernah menganggapku adalah temannya? Kenapa mereka bersikap seperti itu padaku? Rasanya sakit sekali, eomma. Itulah kalimat kedua yang dia ucapkan padaku. Ya Tuhan, ibu mana yang tidak menangis saat mendengar anaknya berkata demikian? Ibu mana yang tidak merasa sakit saat mendengar anaknya diperlakukan seperti itu oleh temannya? Bahkan Jane eomma-nim pun akan menangis bila mendengar putrinya bertanya begitu padanya." katanya, sekilas melirik ke arah ibunya Jane.

Ibunya Jane hanya terdiam. Ia malah menatap Jane dengan tatapan kosong.

Taeyeon masih menatap para guru dengan intens. "Sohyun terlalu baik, Guru. Dia tidak bodoh, dia tidak polos, dia hanya terlalu baik. Saking baiknya, dia sampai menutupi rasa sakit hatinya ketika dianggap bukan teman oleh teman-temannya sendiri. Dia berusaha untuk menjadi teman yang baik untuk teman-temannya yang tidak menganggapnya teman. Bahkan dia mengikuti ajakan teman-temannya untuk pergi ke Seoul, meskipun itu berarti dia harus pergi diam-diam tanpa sepengetahuan orangtuanya supaya orangtuanya tidak melarangnya pergi. Itu semua dia lakukan hanya untuk temannya. Karena pada akhirnya ada teman yang ingin mengajaknya pergi bermain. Tetapi apa yang teman-temannya lakukan pada Sohyun? Meninggalkannya sendirian di Seoul? Tidakkah itu keterlaluan?"

"Hari ini Sohyun kembali menangis. Kalau dia menangis, berarti hanya karena dua alasan. Yaitu saat perasaannya terluka dan atau saat ada ketidakadilan."

Story of Byun Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang