Chapter 15

5.3K 496 18
                                    

Kenapa orang-orang selalu saja menyuruhnya untuk tidak ikut campur dengan masalah orang lain ketika kenyataannya ia hanya mengungkapkan rasa kepeduliannya pada orang yang ia sayangi?

Story of Byun Family © 2017

Taehyung melangkah masuk ke dalam kelas dengan wajah celingukan. Sungjae yang melihat Taehyung yang tampak sedang mencari seseorang hanya bisa menahan pertanyaan sampai laki-laki itu tiba di bangkunya.

"Mencari siapa?" Sungjae baru bertanya setelah Taehyung duduk di bangkunya.

"Kau lihat Halla?" Taehyung balas bertanya.

Sungjae menggeleng.

"Aku melihatnya."

Taehyung dan Sungjae menoleh ke sumber suara dan menemukan Jimin sedang sibuk menulis di mejanya. Laki-laki itu mengalihkan pandangan sejenak ke arah Taehyung dan Sungjae.

"Tadi aku bertemu dengannya di ruang konsultasi," tambah Jimin, lalu kembali melanjutkan menulis.

Taehyung dan Sungjae sama-sama membulatkan mulut, tapi kemudian mereka tertegun, saling berpandangan dengan mimik terkejut. "Ruang konsultasi?!"

Lantas Taehyung dan Sungjae kembali menolehkan kepala pada Jimin dengan mata membelalak terkejut.

"Kau datang ke ruang konsultasi?!" pekik Taehyung dan Sungjae bersamaan. Bahkan Jimin sampai terkejut mendengar pekikan kedua sahabatnya itu.

"Biasa saja, kali," desis Jimin.

Taehyung dan Sungjae langsung mendekat ke meja Jimin dan menatap laki-laki itu dengan tatapan bertanya.

"Kau benar-benar datang ke ruang konsultasi?" tanya Sungjae penasaran.

"Jadi kau sudah memutuskan untuk menghadiri konsultasi?" Taehyung juga bertanya.

Jimin menghela napas sejenak, lalu menatap kedua sahabatnya dengan intens. "Aku sudah memikirkannya. Kurasa Halla memang benar. Aku bisa mendapatkan kembali perhatian orangtuaku kalau aku masuk perguruan tinggi dan menjadi orang yang hebat. Aku ingin membuat mereka bangga memiliki anak sepertiku."

Sungjae tersenyum mendengarnya. Ia lalu mengacak rambut Jimin. "Aduh, Jimin sudah dewasa rupanya."

Jimin memukul tangan Sungjae dengan kesal. "Jangan mengacak rambutku!" katanya ketus.

Sungjae hanya tertawa. Tetapi tawanya berhenti ketika melihat selembar kertas di atas meja Jimin.

"Ini lembar konsultasi, bukan?" tanya Sungjae, meraih kertas tersebut dan membacanya. Ia tertegun ketika melihat apa yang ditulis Jimin pada kotak impian di lembar kertas tersebut.

"Jangan dilihat!" Jimin segera merebut kertas itu dari tangan Sungjae. "Jangan beri tahu siapa pun tentang impianku. Aku sendiri merasa tidak yakin apakah aku dapat meraihnya atau tidak."

Sungjae kembali tersenyum. Ia menepuk pundak Jimin dengan bangga. "Semuanya bermula pada dirimu sendiri, Jimin. Kalau kau ingin meraih impianmu itu, maka yakinlah kalau kau dapat meraihnya. Aku akan mendukungmu."

Jimin kembali menghela napas dan memalingkan pandangan ke arah lain. Tak sengaja ia melihat Taehyung yang hanya terdiam dengan tatapan kosong.

"Kau belum memutuskannya, Taehyung?" tanya Jimin.

Taehyung tersadar dan balas menatap Jimin dengan tatapan bertanya. Jimin mengangkat kertas di tangannya. "Konsultasi. Kau tidak ingin menghadirinya?"

Taehyung menghela napas, lalu kembali duduk di bangkunya. "Aku belum tahu."

Sebelum Jimin menyahut, Taehyung sudah terlebih dahulu melanjutkan, "Aku ingin menghadirinya. Tapi aku belum tahu apa yang akan kutulis di dalam kotak impian. Bahkan aku sendiri tidak tahu impianku ingin menjadi apa."

Story of Byun Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang