Chapter 2

12.5K 937 39
                                    

Segala yang nyaman memang kadang lebih enak dinikmati sendiri. Berbagi hanya akan merusak kenyamanannya.

Story of Byun Family © 2015

Taehyung berangkat pagi-pagi sekali hari ini bersama adik dan ayahnya. Tidak ada perang dunia yang terjadi. Meskipun Taehyung dapat merasakan tatapan tajam yang dilemparkan ayahnya padanya---ya,ya, ia tahu kalau tadi malam ia bersikap kurangajar sekali pada ayahnya, tetapi ia bersyukur kalau amarah ayahnya tidak meledak saat itu juga.

Ketika Taehyung tiba di kelasnya, ia hanya menemukan dua orang gadis yang sedang bergosip di bangku depan, seorang lelaki yang tertidur di mejanya, dan seorang gadis beramput panjang yang sedang membaca buku di bangkunya. Taehyung berjalan melewati mereka dan melangkah menuju bangkunya di barisan belakang. Ia sempat melirik buku bacaan yang dibaca oleh gadis berambut panjang itu saat ia melewatinya.

Taehyung mendapati beberapa bingkisan berwarna merah muda di atas mejanya. Ia menghela napas, lalu menyingkirkan bingkisan-bingkisan itu dan meletakkannya di atas loker di belakang kelas. Tatapannya sempat bertemu pada dua orang gadis yang sedang bergosip di barisan paling depan yang entah sejak kapan sudah memperhatikannya.

"Itu dari gadis-gadis di tingkat menengah pertama." kata salah satu dari mereka.

Taehyung mengedikkan pandangannya pada bingkisan-bingkisan tersebut. "Ambil saja kalau kalian mau." katanya.

Taehyung lalu menghempaskan tubuhnya di bangkunya. Ia memasang headphone-nya ke telinga, lalu membaringkan kepala di atas meja. Tak mempedulikan dua teman sekelasnya itu yang berlari menghampiri loker dan mulai memilih-milih bingkisan yang akan mereka ambil. Ketika matanya hendak terpejam, tiba-tiba saja seseorang menepuk punggungnya dengan tepukan yang cukup keras.

"What's up bro?!"

Taehyung menegakkan tubuh dan menemukan Jimin sudah duduk di bangku di seberang mejanya sambil memberikan cengiran tidak jelas padanya. Ia agak mendengus saat melihat sahabatnya yang satu itu. Tangannya bergerak menyentuh pundaknya yang agak nyeri setelah dipukul tadi. "Tenagamu kuat juga, Jimin."

Jimin hanya tertawa sombong. Ia melirik dua gadis yang sedang heboh memilih-milih bingkisan di atas loker.

"Bingkisan dari penggemarmu, bukan?" tanya Jimin.

Taehyung hanya diam tidak menjawab.

Jimin berdecak. "Ck, dasar lelaki populer berhati baja. Tega sekali kau menolak pemberian penggemarmu. Itu dibeli dengan uang, tahu!"

"Kau boleh mengambilnya juga kalau kau mau."

Jimin hanya memperhatikan Taehyung dengan tatapan tidak mengerti. Kenapa orang-orang populer di sekolah biasanya bersikap semaunya sendiri seperti Taehyung itu, sih? Kalau saja ia termasuk ke dalam orang populer, ia pasti tidak akan bersikap seperti Taehyung.

Jimin menggelengkan kepala menyadari kelakuan buruk sahabatnya itu, tetapi kemudian matanya memicing saat menangkap plester di leher Taehyung.

"Bekas kemarin?" tanya Jimin tanpa wajah berdosa sama sekali.

Taehyung segera menurunkan headphone dari telinganya untuk menutupi plester di lehernya dengan salah tingkah.

"Woah, aku benar-benar tidak menyangka kalau kau akan senekat itu padanya." decak Jimin. "Tetapi noona itu cantik juga. Siapa namanya?---aduh aku lupa. Jessica? Jessica Jung? Benar, kan? Dia penjaga bar di tempat itu, kan?"

Taehyung sempat melihat gadis berambut panjang yang duduk tak jauh di dekatnya menoleh ke arah Jimin dengan kening berkerut.

"Jangan bicarakan hal itu disini." kata Taehyung dengan suara datar, matanya masih melirik ke arah gadis berambut panjang itu dengan tatapan tanpa ekspresi.

Story of Byun Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang