Chapter 1

437 18 0
                                    

Kring-kring!
Jam alarm telah berdering sedari tadi. Ariana Grande, gadis mungil berlesung pipi ini belum saja bangun dari tidurnya. Padahal, jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, satu jam lagi ia sudah harus berada di kampus untuk mengikuti jam kuliah pertama.

"Errrrhh" gadis mungil itu mengeram. Ia mulai membuka matanya perlahan, mencari sosok benda yang sedaritadi mengganggu tidur nyenyaknya, ia menemukannya dan mematikannya. "Tidak bisa kah kau diam sehari saja wahai alarmku sayang." ucap Ari malas.

Ia bangun dan mengucak-ucak matanya untuk menormalkan penglihatannya. "What???" ia terbelalak ketika melihat jam menunjukkan pukul 7 pagi.

"Damn!"

Ari langsung bangun dari kasurnya dan langsung masuk ke kamar mandi.

---

•Ariana P.O.V•

Aku turun dari taxi dan langsung berlari menuju kampus, aku harus menuju ke kelasku karena sekitar lima menit lagi kelas akan di mulai.

Aku berjalan terburu-buru sampai akhirnya aku menabrak seseorang. Entah, dari mana asalnya, aku rasa tadi tidak ada siapa-siapa. Atau aku yang tidak lihat-lihat? Ah aku tak tahu.

"Hei, bisa kah kau jalan dengan benar, nona!" ujar seseorang yang ku tabrak, atau...yang menabrakku?

Aku mengusap-usap halus jidatku yang sedikit memar karena terjedut dagunya, pria yang bertabrakan denganku memang lebih tinggi dariku, "Mungkin kau yang tidak lihat-lihat! Aku harus pergi, aku sedang buru-buru." aku melanjutkan jalan.

Pria itu menahan pergelangan tanganku, "Tidak bisakah kau sekedar mengucapkan maaf?"

Aku mendengus kesal "Hei pria menyebalkan, apa kau tidak tahu sekarang aku sedang terlambat! Aku harus masuk kelas."

"Tapi jika hanya sekedar mengucapkan maaf tidak akan menghabiskan satu menitpun."

Aku menggeram, "Maaf! Puas kau?"

"Minta maaf itu harus ramah, nona! Kau cantik tapi sayang tak punya etika." ujar pria itu membuatku geram

"Apa kau bilang tadi?" aku memelototinya

"Haruskah aku mengulangnya? Aku bilang, kau tidak punya etika!" ujarnya lagi menantang

Aku mengepalkan telapak tanganku, siap meninju pria di hadapanku ini.

"Hei nona, bukankah kau bilang kau sedang buru-buru? Mengapa kau masih disini?" tanyanya

"Astaga!" aku lupa, aku harus segera ke kelas. Akupun mengurungkan niatku untuk meninjunya. "Awas kau!" Aku pun berlarian menuju kelas.

---

"Permisi, Sir. Maaf saya telat." ujarku menundukkan kepala

Mr.Roberto, dosenku menyinis "Lagi-lagi kau telat, Ari. Apa lagi alasanmu kali ini?"

Aku mendengus, ini gara-gara pria itu! Menyebalkan.

Mr.Roberto memberikanku sebuah spidol hitam, aku menerimanya malas, aku paham sekali apa yang dia maksud, akupun langsung menuliskan saya tidak akan terlambat lagi sampai papan tulis penuh. Jelas aku sudah hafal, aku sudah berkali-kali telat masuk kelas.

"Sudah, Sir!" ujarku pada saat aku sudah menuliskan hukumanku.

"Yasudah, cepat kau duduk!"

"Thanks, Sir!"

Aku duduk di kursiku.

---

Aku dan Taylor Swift-sahabatku-duduk di kantin kampus. Aku masih kesal karena kejadian tadi pagi, andai aku penyihir, aku akan mengutuk pria itu menjadi kodok! Sayang, aku tak ada keturunan penyihir-_-

"Kenapa kau telat lagi tadi?" tanya Tay

Aku berdecak, "Because
.. he"

"Who?"

Aku mengangkat kedua bahuku, lalu menyeruput milkshake coklatku, "Pria yang tadi siang bertabrakan denganku di depan kampus. You know, Tay? Dia sangat menyebalkan! Sungguh, i am not lie"

"Siapa dia?"

"Aku juga tidak tahu, sebelumnya aku belum pernah melihatnya. Mungkin dia mahasiswa baru" ujarku menyimpulkan sendiri.

"Jika saja aku saudara dari Harry Potter, sungguh aku akan menyulapnya menjadi kodok dekil" ujarku geram

Taylor tertawa terbahak-bahak "Untunglah kau bukan saudaranya. Hahaha"

---

Aku baru saja pulang dari kampus. Hari ini sungguh menyebalkan. Mengapa ini semua harus terjadi padaku? Ah, sial.

Aku berjalan lengah dan membuka pintu apartement-ku. Ya apartement, aku tinggal di apartement, ya karena aku tidak punya keluarga di negara besar ini. Aku tinggal sendiri di Amerika, sedangkan keluargaku? Mereka di Italy. Aku sebenarnya sulit meninggalkan keluargaku yang sangat ku cintai, jika bukan demi masa depanku, aku benar-benar tidak akan meninggalkan mereka. Aku disini karena aku mendapat beasiswa untuk melanjutkan perguruan tinggi.

Aku menutup kembali pintu apartement-ku dari dalam. "Huft, melelahkan."

Aku membaringkan tubuhku di kasurku. Aku mulai memejamkan mataku dan mulai tertidur.

Nenenonet, nenenonet. Dering handphone-ku, aneh memang bunyinya. Sengaja agar tidak tertukar dengan nada dering orang lain.

Aku mendengus kesal, "Oh my god, Tidak bisakah membiarkan ku istirahat sebentar."

Dengan malas aku mengangkat telepon, entah dari siapa aku tidak melihatnya terlebih dahulu.

"Halo, babe."

Aku berdecak sebal. Dia lagi. Ya dia, Nathan Sykes. Seorang pria tampan berpostur tinggi dan berkuliah di kampus yang sama denganku. Dan satu lagi, dia mantan pacarku yang tidak bisa move on dariku. Padahal waktu itu dia yang menduakanku, eh salah, maksudku melimakanku. Aku tidak bohong. Dia berselingkuh dengan Fanya si adik junior, Jasmine si model cantik tapi belum terlalu terkenal, Shilla si perempuan cantik tomboy yang seangkatan denganku, dan Vanessa si manis dari kampus sebelah. Dan lebih parahnya, bukan aku yang memutuskannya, malah dia. Tapi sekarang? Dia tak berhenti mengejarku, dan itu membuatku sangat ilfeel dengannya. I swear.

"Halo, babe. Sedang apa kau?"

"Nathan, bisakah kau tak mengganguku? Aku sangat lelah dan i need sleep."

"Ok, babe, aku akan menelponmu lagi nanti, good sleep, jangan lupa memimpikan aku babe."

Uffft, aku memutuskan sambungan telepon. Oh, god! Dia sungguh menjijikkan, jauhkan lah dia dariku, please. Akupun menaruh handphone-ku asal dan melanjutkan tidur siangku ini.

Jangan lupa tinggalkan vote dan comment, guys!

MEET AND MATCH! (Jariana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang