Chapter 9

130 16 0
                                    

Aku menunggu taksi di depan gerbang kampus. Tiba-tiba mobil Nathan berhenti di hadapanku.

"Kau tidak pulang bersama pacarmu?" tanya Nathan, pria ini memang benar-benar menyebalkan.

Aku gelagapan, aku harus bilang apa. Aku melihat mobil Justin yang baru keluar dari kampus. Aku memberhentikan mobil Justin, untunglah Justin mau menghentikan mobilnya.

"Itu Justin, aku pulang bersamanya kok. Kebetulan kita satu apartement. Duluan ya, Nathan!" aku memasuki mobil Justin.

"Sedang apa kau di dalam mobilku?" tanya Justin sinis

"Ayo cepat jalan. Itu Nathan kita harus mulai acting." kataku

"Ih, aku tidak mau!" tolak Justin

"Please, Justin" aku memelas mohon padanya.

Justin membuang nafas lalu menginjak gasnya. Huh, pria ini baik juga mau menolongku.

Justin membelokkan mobilnya ke kanan, padahal arah apartement kami lurus.

Mau kemana dia? Aku mau dibawa kemana? Jangan-jangan dia ingin menculikku? Membawaku ke sebuah hutan rimba lalu membunuhku, dan kemudian mayatku ia potong agar tidak teridentifikasi. Haaaaa, apakah dia seorang psikopat! Oh my god, help me please.

"Justin kau mau membawaku kemana?" tanyaku

Justin hanya diam, fokus pada stirnya.
Aku semakin takut!

"Justin, kau mau menculikku ya?"

Justin hanya melirikku sinis, tanpa kata-kata. Aku yakin ia memikirkan hal aneh dipikirannya seperti para psikopat.

"Justin kau jangan diam saja! Kau mau membunuhku ya gara-gara kau dendam padaku? Lalu kau nanti memotong-motong mayatku, dan kau bakar atau kau hanyutkan. Justin aku tidak menyangka kau seorang psikopat, dan aku taakan memusuhimu kalau aku tahu kau seorang psikopat. Justin please, dont kill me. Aku masih muda, aku ingin mencapai cita-citaku, Justin. Aku masih ingin hidup, Justin. Kau jangan..."

"Diam, bodoh!" bentak Justin, membuatku terdiam. "Kau kira aku gila melakukan itu padamu, aku bukan psikopat bodoh! Aku hanya ingin membeli buku untuk bahan pelajaranku."

Huaaa, syukurlah. Ternyata Justin hanya ingin ke toko buku. Mengapa aku sangat berlebihan berfikir negatif tentang dia? Sampai-sampai aku menganggapnya seorang psikopat. Hahaha

"Oh, ke toko buku." kataku tersenyum agar membuatnya tidak marah padaku

Justin menghentikan mobilnya disebuah toko buku. Di pinggir jalan.

"Iya, kau mau aku bunuh memangnya?"

Aku membulatkan mata "Justin!"

Justin tertawa lalu ia keluar dari mobilnya. Hmm. Aku memutuskan untuk menunggunya di mobil saja.

Aku memainkan handphone-ku, eh malah handphone-ku terjatuh. Huaa,aku meraba-raba alas mobil. Mencari handphone-ku. Mm, namun aku malah merasakan memegang sebuah kertas kecil, aku mengambilnya, ternyata foto, tapi aku belum melihat foto apa itu. Aku meraba alas mobil lagi, dan akhirnya aku mendapatkan handphone-ku.

Aku menaruh handphone-ku di tas dan aku melihat foto yang ku temukan tadi. Ternyata itu foto Justin bersama seorang gadis cantik yang sebaya denganku sepertinya, tapi ini foto lama di foto itu Justin dan gadis itu terlihat masih remaja, mereka memakai seragam SHS. Siapa ya gadis ini? Sepertinya pacarnya. Mungkin.

Justin masuk mobil. Ia siap mengemudi lagi.

"Justin ini pacarmu, ya?" tanyaku saraya menunjukkan foto tadi.

Justin membatalkan niatnya untuk menginjak gas. Ia terbelalak melihat foto itu. Lalu dengan kasar merampasnya.

"Dari mana kau dapatkannya?" tanya Justin sinis

"Dari bawah sini" kataku "Pacarmu, kan?" tanyaku lagi.

"Bukan." Justin merobek foto itu lalu membuangnya lewat kaca mobil.

"Lho, kok di robek?"

"Tidak penting, dia itu mantan pacarku."

Aku mengangguk mengerti "Mantan pacarmu cantik. Kenapa putus?"

"Nathan juga tampan. Kenapa kau putus dengannya?" Justin malah membalikkannya kepadaku.

"Karena dia berselingkuh, dia menyakitiku." kataku

"Selena juga tidak jauh beda dengan Nathan." kata Justin

"Selena?" aku heran

"Ya, nama mantan pacarku itu Selena Gomez."

Aku mengangguk mengerti "Kenapa kau terlihat sangat membencinya?" tanyaku

"Mengapa kau juga membenci Nathan?"

Aku berdecak "Ck, kenapa kau selalu membalikkan semua pertanyaanku?"

"Karena jawabanku ada pada jawabanmu." kata Justin

"Aku membenci Nathan karena ia menggangguku setiap hari, ia ingin kembali denganku, dan perlakuannya membuatku ilfeel. Dia sungguh menjijikkan." jelasku. Justin mengangguk-angguk. "Bagaimana denganmu?"

"Selena juga seperti itu." kata Justin. Pria ini sungguh pelit kosa kata.

"Dia mengejar-ngejarmu seperti yang dilakukan Nathan padaku?" tanyaku

"Ya, makanya aku pindah ke Amerika" kata Justin

"Oh"

Tanpa disadari aku dan Justin banyak obrolan hari ini, tidak seperti biasanya. Hahaha.

Mengapa kisahku dan Justin sama? Sama-sama di kejar-kejar mantan yang gagal move on. Haduh, pening.

"Baiklah, ayo kita pulang." kataku

Justin setuju dan ia menginjak gas.

"Kau mau ya bantuku untuk berpura-pura menjadi pacarku di depan Nathan?" aku memohon lagi di dalam perjalanan pulang

"Mengapa aku harus melakukannya?" tanya Justin sambil tetap fokus pada stirnya

"Ya, nasib kita kan sama. Jadi kau pasti mengerti lah bagaimana rasanya jadi diriku. Aku sudah lelah di ganggu Nathan setiap hari." jelasku

Justin berdehem, "bagaimana, ya?"

"Please" aku memohon kepada Justin

"Apa imbalan untukku?" tanya Justin

"Memangnya kau mau berapa dolar?" tanyaku

Justin menatapku sinis sekejap lalu kembali fokus menyetir "Memang kau kira aku tidak punya uang?"

Aku mengerutkan dahi "Lalu kau mau aku balas dengan apa?"

"Tidak tahu."

Aku bingung. "Baiklah, untuk imbalannya aku akan membantumu ketika kau butuh dan kita menjadi teman. Bagaimana?"

Justin berfikir "Bagus juga."

"Setuju?"

"Setuju."

MEET AND MATCH! (Jariana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang