Ariana keluar dari apartementnya, niatnya ia akan pergi ke rumah Taylor hari ini. Hanya karena bosan saja.
Saat ia membuka pintu apartement, ternyata ada Justin disitu.
"Kau?" Ariana menyinis "Kenapa kau mengikutiku sampai ke sini? Jadi diam-diam kau penggemarku? Astaga. Aku tidak menyangkanya, dasar penguntit."
Justin tertawa kecil, "Siapa yang mengikutimu, Nona?"
Ariana menatapnya bingung "Lalu sedang apa kau disini?"
"Aku memang tinggal disini! Itu apartement milikku." Justin menunjuk apartement nomor 122
Ariana menyolot "Maksudmu apa? Yang nomor 121 itu apartement milikku!"
Justin berdecak, ia memutar bola matanya "Bukan, Nona. Maksudku apartement yang disamping apartement-mu, nomor 122."
Ariana menganga lebar, "Sejak kapan kau tinggal disitu?"
"Kemarin."
"Jadi aku akan bertetangga denganmu?" tanya Ariana
"Ya seperti itulah. Aku mohon jadilah tetangga yang manis, jangan menyebalkan." ujar Justin
Ariana mendengus "Kau yang menyebalkan!"
Justin tak mau kalah "Jelas-jelas kau yang menyebalkan."
"Kau, Tuan!"
"Kau, Nona manis."
"Kau, bodoh!"
"Hei aku genius! Kau yang bodoh!"
"Hei, aku penerima beasiswa, tentu saja aku pandai. Dan kau yang bodoh!"
"Hei mana bisa seperti itu? Kau yang bodoh, dan aku genius!"
"Kau ini benar-benar keras kepala"
Justin tertawa "Jelas lah, Nona. Memangnya ada kepala yang lentur? Hahahah"
"Kau ini memang bodoh ya!" Ariana mendengus kesal lalu kembali masuk ke apartement-nya, sepertinya niatan pertamanya ia urungkan dulu.
---
•Ariana P.O.V•
Hari ini, aku bangun kesiangan lagi. Ya ampun, bodoh sekali diriku. Eh, tidak-tidak! Aku pandai!
Aku menunggu taksi yang lewat di depan gerbang masuk apartement, biasanya aku hanya tinggal menelpon saja, tapi pagi ini benar-benar sial, taksi tak ada yang bisa dihubungi. Pasti ini gara-gara aku bertetangga dengan pria sialan itu, sepertinya pria itu mempunyai aura kesialan yang sangat tinggi.
Tin! Suara klakson mobil yang baru saja keluar dari gerbang, aku menoleh, kaca mobil itu terbuka, dan ternyata itu pria sialan. Baru saja dibicarakan, eh orangnya datang.
"Butuh tumpangan, Nona?" tanya pria itu
Aku berdecak jijik "Cih, berangkat dengan kau? Tidak."
"Benar? Tapi sebentar lagi kelas kan dimulai, kau yakin tidak mau ikut?"
Benar juga pria sialan itu, hm tapi, bagaimana dengan harga diriku?
"Baiklah kalau kau tidak mau." pria itu bersiap untuk menancap gas.
Aku menahannya "Tunggu. Baiklah aku menumpang"
"Cepat masuk" perintah pria itu ketus, errrh jika tidak karena terpaksa aku takkan mau menaiki mobilnya.
Aku berdecak lalu masuk ke dalam mobil pria itu.
Di dalam perjalanan, hening. Tak ada yang bicara, lagian malas sekali berbicara dengan pria se-menyebalkan dia.
Tak sengaja aku menangkap wajahnya di bola mataku, aku terpaku. Tak dapat ku pungkiri, dia sunggu tampan, apalagi matanya yang terlihat bersinar. Aku tersenyum sendiri, andai saja dia pria yang manis, pasti aku akan menyukainya, sayang dia pria menyebalkan, sama menyebalkannya seperti Nathan. Apakah semua pria di dunia ini menyebalkan?
"Hei! Mengapa kau menatapku seperti itu?" Justin membuyarkan lamunanku.
Ya ampun, bagaimana bisa aku tertangkap basah menatapnya, bodohnya kau Ari. "Si-siapa yang menatapmu? Kau sungguh terlalu GR! Aku hanya melihat kaca spion saja." ujarku gelagapan, sepertinya jawabanku terdengar idiot sekali.
"Oh ya?" tanya Justin tersenyum sungging sambil menatapku dengan tatapan menggoda. Ya ampun. Tampannya. Astaga! Kau ini memikirkan apa bodoh.
"Y-ya." jawabku malu
"Lalu mengapa pipimu memerah seperti itu?" Justin masih saja menggodaku
Aku langsung memegangi pipiku yang memerah, ah dia sungguh menyebalkan. Membuatku malu saja. "Kau menyebalkan sekali, Tuan."
Justin tertawa terbahak-bahak membuatku semakin jatuh harga diri di hadapannya.
---
Aku turun dari mobil Justin dan segera menuju kelas.
"Hei!" panggil Justin
Aku menghentikan langkahku dan menoleh, "Apa?"
"Apakah kau tidak ingin mengucapkan sesuatu?" tanya Justin, atau lebih tepatnya menyindir.
"Terimakasih, Tuan yang menyebalkan!" aku langsung melanjutkan jalan.
---
Aku berjalan menuju taman kota, ya hanya ingin menyegarkan otakku saja. Otakku semakin pusing setelah bertemu pria menyebalkan itu. Benar! Aku tidak bohong.
Aku bertabrakan dengan seorang pria berkulit putih, bertubuh tinggi, hmm tampan, tapi sepertinya dia berondong.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja." ujar pria itu merasa bersalah
"Oh, tak apa. Sepertinya kau sedang bingung?" tanyaku karena melihat wajah pria itu yang bingung
"Ya, aku memang sedang bingung. Eh, kenalkan namaku Mac Harmon, kau bisa memanggilku Mac."
"Hai Mac, kau sangat tampan. I am Ariana Grande, you can call me Ariana or Ari."
"Oh, thank you. You too, you are so cute."
"Really? Hahaha thanks so much, Mac"
Mac tersenyum "Urwel"
"Jadi kau bingung kenapa?" aku mengingat masalah awalnya
"Hmmm" Mac berdehem, "Aku mencari taman kota, aku ingin bertemu pacarku."
Aku tertawa "Kau kira kau saat ini berdiri dimana?"
Mac menaikkan bahu.
"Ini gerbang masuk untuk ke taman kota, tampan!"
"Oh ya?"
Aku mengangguk "Memangnya kau baru disini?"
"Ya, aku baru datang dari Canada"
Aku membulatkan mulutku "Sejak kapan?"
"Aku baru datang dan aku langsung ingin menemui pacarku"
"Bagaimana bisa kau sudah memiliki pacar disini? Kau kan baru datang?" aku heran
"Kami sudah lama long distance relationship. Aku mengenal dia dari twitter" jelasnya
Aku mengangguk mengerti "Lucu sekali kau ini pria manis"
Mac tertawa.
"Baiklah, bagaimana jika kita masuk bersama? Aku juga ingin kesana." tawarku
Mac mengangguk "Ide yang bagus,baiklah ayo kita masuk, aku sudah tidak sabar bertemu pacarku"
Aku tertawa melihat tingkahnya, pria yang menarik. Sayang kau masih bocah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AND MATCH! (Jariana)
FanficDont forget to vote and comment!;) ------------------------------------ Hari itu, hari dimana Ariana Grande menandai hari terburuknya di kalender karena bertemu dengan pria berambut keemasan dengan jambulnya yang Ariana anggap menyebalkan. Ariana...