Ariana terbangun dari tidurnya. Ia terheran ketika melihat ada selimut di atas tubuhnya.
"Siapa yang menyelimutiku?" gumam Ariana.
Ah mungkin Mac! Pikir Ariana.
Ariana mengecek handphone-nya. Melihat jam dan ternyata sekarang sudah pukul 7 pagi. Ah! Ariana bisa telat pergi ke kampus. Ia langsung terbangun untuk mandi dan bersiap-siap.
Sebelum pergi Ariana menaruh sebuah kertas di atas meja yang sudah terdapat bubur untuk sarapan. Yang bertuliskan Justin jangan lupa sarapan! Kalau tidak awas kau! Lalu di bawahnya terdapat tanda penulis yang bertuliskan Gadis cantik, Ariana. Ia melakukan ini karena tidak tega jika harus membanguninya.
---
Justin terbangun. Ia mengucak matanya agar menormalkan penglihatannya. Ia melihat sofa, mencari sosok Ariana namun tidak ada. Hanya ada selimut yang berantakan di sofa itu. Dia pasti bangun kesiangan! Batin Justin. Baru kali ini ia menyesal bangun siang hari. Kenapa? Tidak tahu. Ia mengubah posisinya menjadi duduk. Ia melihat sebuah kertas diatas meja, ia mengerutkan dahi lalu mengambilnya.
Ia membacanya "Justin jangan lupa sarapan, kalau tidak awas kau! Gadis cantik, Ariana." Justin mengerutkan dahi membaca bagian bawah surat kecil itu, ia tertawa manis.
---
Ariana mengecek handphone-nya yang berbunyi. Ia melihat handphone, ternyata Mac yang menelpon. Ariana menerimanya.
"Ya, Mac..."
"Ari, nanti aku dan Maddie akan menjemputmu ya."
"Lho? Memangnya kita ingin kemana?"
"Ke rumah sakit. Dokter bilang Justin boleh pulang hari ini."
"Oh ya, syukurlah."
"Ya, okey sampai jumpa!"
"Eh sebentar, Mac."
"Ada apa?"
"Semalam kau ke rumah sakit?"
"Tidak, dokter hanya memberitahu lewat telepon. Aku tidak kesana."
Semalam Mac tidak Ke rumah sakit. Lalu siapa yang menyelimutiku? Pikir Ariana.
"Kau benar-benar tidak ke rumah sakit semalam?"
"Ya, aku di apartement! Memangnya kenapa?"
"Hm, tidak. Baiklah sampai jumpa."
Ariana memutuskan sambungan telepon.
Jika bukan Mac lalu siapa?
Apa semalam ada yang menjenguk Justin?
Atau suster yang menyelimutiku?
Mana mungkin suster seperhatian itu?
Banyak pertanyaan yang berkeliling di otak Ariana. Ah sudahlah, tidak terlalu penting. Ariana beranjak masuk kelas.
---
Justin duduk di kasurnya. Ia sangat merasa bosan. Dia tidak sabar menunggu siang. Saat Ariana menjumpainya. Ah, Ariana lagi. Justin mengutuk dirinya sendiri. Apa yang ia alami saat ini? Mengapa Ariana yang selalu Justin harapkan?
Justin mengambil segelas air lalu meminumnya beberapa tegukan. Sarapannya sudah ia makan begitupun obatnya.
Clek!
Pintu terbuka.
Mata Justin berbinar, Ariana datang! Pikirnya.Seorang suster masuk ke ruangan Justin. Justin menganga lebar lalu merengut kesal.
"Pagi, Tuan Justin." sapa suster itu.
Justin hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
Suster itu mengambil piring kosong Justin lalu mengganti dengan makanan yang baru. Makan siang.
"Ini makan siangnya ya, Tuan."
Justin tersenyum. "Terima kasih, Sus"
Suster itu mengangguk lalu pergi.
Setelah lama Justin menunggu gadis itu, akhirnya Ariana datang juga, bersama dengan Mac dan Maddie.
"Hai, Justin. Bagaimana kabarmu kakakku sayang?" ujar Mac
"Adik macam apa kau tak pernah menjengukku." kata Justin
"Bukan begitu Justin, aku ini kan anak pelajar, banyak tugas yang aku selesaikan. Lagi pula kau senang kan bisa menghabiskan waktu berdua dengan Ariana?" ledek Mac
Justin melemparkan bantal ke wajah Mac, tepat sasaran. Mac mengaduh kesakitan. Tapi, omongan Mac ada benarnya juga, Justin sangat bahagia setiap dekat dengan gadis manis itu. Aku ini sebenarnya kenapa sih, fikir Justin.
"Kau sudah membaca surat ku kan?" tanya Ariana
Justin mengangguk, "Aku sudah sarapan, dan minum obat."
Ariana tersenyum. "Gitu dong, kau harus nurut demi kebaikanmu. Jangan manja!"
Justin memanyunkan bibir. Sedangkan Mac dan Maddie hanya tertawa-tawa kecil sambil terus bergandengan mesra.
"Hei kalian berdua gandengan terus, memangnya kalian truk gandeng apa!" omel Justin
Mac dan Maddie tertawa mereka tetap bergandengan mesra.
"Bilang saja kau iri! Ya kan babe?" ujar Mac, dan mendapat anggukan dari Maddie.
"Hei siapa bilang! Kalian itu pasangan lebay, untuk apa aku iri." kata Justin dengan nada tinggi
"Kalau kau tidak iri mengapa nada bicaramu teriak-teriak seperti itu?" ledek Mac, mengskak Justin.
"Hei sudahlah jangan bertengkar!" ujar Ariana, membuat semuanya berhenti bertengkar. Ariana mengalihkan pandangannya pada Justin, wajahnya sumeringah "Justin ada kabar baik!"
Justin mengerutkan dahi. "Apa?"
"Dokter bilang kau sudah boleh pulang!" ujar Ariana sangat-sangat gembira.
Justin sudah boleh pulang dari rumah sakit? Ya ini memang kabar gembira. Sangat gembira. Tapi entah mengapa hati Justin merasa sedih, kenapa?
Pulang?
Aku tidak di rawat di rumah sakit ini lagi?
Aku sudah sembuh?
Aku sudah tidak tertidur di kasur rumah sakit ini?
Aku sudah tidak di pasangkan selang infus lagi?
Dan...
Aku sudah tidak di rawat Ariana lagi?
Aku tidak akan bersamanya lagi setiap hari?
Aku tidak akan di suapi lagi?
Aku tidak akan melihat Ariana yang tertidur di sofa yang membuat hatiku tenang?
Aku tidak bisa lagi menatapi wajah indah Ariana saat tidur?
Kenapa aku begitu cepat pulang?
Batin Justin.
"Hei mengapa kau diam saja? Kau bahagia kan?" tanya Ariana membuyarkan lamunan Justin.
Justin berdehem. "Ya, aku...senang." katanya ragu.
"Baiklah, kau siap-siap ganti bajumu. Dan ayo kita kemasi barang-barangmu." ujar Ariana begitu bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AND MATCH! (Jariana)
FanfictionDont forget to vote and comment!;) ------------------------------------ Hari itu, hari dimana Ariana Grande menandai hari terburuknya di kalender karena bertemu dengan pria berambut keemasan dengan jambulnya yang Ariana anggap menyebalkan. Ariana...