•Author P.O.V•
Sudah empat hari ini Justin di rawat di rumah sakit. Ariana selalu menemani Justin dan merawatnya. Ya, seperti perjanjian mereka. Entah kenapa mereka sekarang bukan seperti musuh lagi, mereka sangat dekat bagikan sahabat.
Kalau mengingat kejadian dulu, mereka sangat terlihat seperti tom and jerry yang dimana aja dan kapan aja ribut. Saling bully, saling menyalahkan, saling gengsi. Tapi, sekarang keadaannya benar-benar berbalik. Mereka malah sangat akrab, dan perhatian satu sama lain. Dan kalau bertemu bukan ribut tapi juga bercanda, ya walau kadang masih ribut-ribut kecil. Tapi hubungan mereka sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya. Haha, mereka sangat lucu.
Sore ini. Ariana baru saja sampai di ruang rawat Justin. Biasanya ia datang di siang hari, tetapi hari ini Ariana mendapat tambahan kelas.
Ariana duduk di bangku yang ada disisi ranjang Justin. Ia menunjukkan senyumannya.
"Kok baru datang?" tanya Justin
Ariana mengangguk sambil berdehem "Ada kelas tambahan. Hhh"
Justin tersenyum tipis "Jadi rindu kampus."
Ariana menatap Justin lekat. Ada kesedihan di mata Justin, pasti Justin sudah lelah terbaring di ranjang rumah sakit ini. Lalu, Ariana menunjukkan senyumannya lagi. "Kalau kau rindu cepatlah kau sembuh!"
Justin berdehem "Ya, aku maunya sih begitu."
"Ya, makanya! Memangnya kau fikir aku tidak lelah mengurus orang sakit?"
Justin menyinis "Jadi selama ini kau tidak ikhlas?"
Ariana tertawa kecil. Lalu meninju pelan bahkan sangat pelan lengan Justin. "Tidak usah sinis seperti itu deh!"
Justin menggerutu sebal.
Ariana melihat sepiring bubur masih lengkap di atas meja kecil. Ia mengerutkan kening. "Kok buburnya masih ada? Kau belum makan?"
Justin menggeleng.
Kali ini Ariana yang menggerutu sebal "Bagaimana sih kau! Obat juga belum diminum?"
"Ya gimana mau minum obat kalau belum makan!" kata Justin santai.
"Kau bilang kau ingin cepat sembuh! Tapi apa buktinya." Ariana ekstra sebal
"Aku ingin disuapi!" kata Justin.
Ariana menganga "Kau ini manja sekali! Kalau aku datang kesini malam kau tetap tidak makan?"
"Mmm, sepertinya begitu."
Ariana memelototi Justin sebal. Lalu mengambil bubur dan menyuapinya kepada Justin. "Nih cepat makan anak manja!"
---
Setelah Ariana selesai menyuapi Justin dan memberi Justin obat, Ariana duduk manis sambil memainkan handphone-nya, mungkin sedang chatting dengan Taylor. Dengan diam-diam Justin memandangi Ariana. Ia melihat Ariana dari matanya, hidungnya, bibirnya, rambutnya, lesung pipinya, semuanya ia perhatikan secara detail. Tanpa sadar Justin tersenyum tipis.
"Perfect!" gumam Justin sangat pelan, bahkan hampir tak terdengar.
Walaupun Justin bergumam sangat pelan tetapi pendengaran Ariana masih sangat tajam. Ia mendengar ucapan pelan Justin.
Ariana mengalihkan pandangannya dari handphone dan memandang Justin heran "Apa yang perfect?"
Justin gelagapan. Ia fikir Ariana tidak akan mendengarnya.
"A-a m-m anu m-m e..."Ariana mengerutkan dahinya "Anu anu apa?"
Justin mengutuk dirinya sendiri. Ia semakin gelagapan. "Anu.. Mm. Ini ruangan rawatnya sangat perfect. Ada AC-nya, ada televisi, terus rapih, pokoknya sempurna!" Justin beralibi. Sayangnya alasannya ini adalah alasan yang bodoh. Menjatuhkan diri sendiri. Kalau begini Justin bisa dianggap norak. Ah biar saja daripada Ariana tahu yang sebenarnya dan dia GR, pikir Justin.
Ariana mengerutkan dahi lalu tertawa terbahak-bahak.
Justin memerhatikan tawa Ariana, sangat manis. Lesung pipinya mampu menghipnotis Justin. Mengapa aku baru sadar jika dia gadis yang sangat cantik. Bodoh! Haha, pikir Justin.
Justin menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak sadar dengan apa yang ia fikirkan tadi. Memuji-muji gadis di hadapannya. Apa-apaan ini. Justin terus menggeleng-gelengkan kepala sambil memejamkan mata.
"Kau kenapa?" Ariana membuyarkan lamunan Justin.
Justin membuka matanya, lagi-lagi ia harus gelagapan di hadapan gadis itu. Justin menelan ludahnya "Aku..."
"Kenapa? Kau sakit?" tanya Ariana
"Ya, tiba-tiba saja kepalaku sakit. Aw!" Justin berlaga kesakitan, ia memegangi kepalanya.
"Aku panggilkan dokter dulu ya!" Ariana beranjak pergi.
"Jangan!" Justin meraih lengan Ariana.
Mereka berdua terpaku di keadaan ini. Mereka sama-sama menelan ludah. Gugup. Justin tanpa sadar terus memegangi tangan Ariana. Ariana menggigit bibirnya lalu berdehem untuk mengode Justin agar melepaskan tangannya.Justin dengan segera melepaskan tangannya dari lengan Ariana. Ia berdehem gugup. "Sorry!"
Ariana mengangguk. "Kepalamu masih sakit? Aku panggil dokter saja ya?"
"Jangan! Jangan! Aku ingin istirahat saja. Kau duduk saja kembali." kata Justin.
Ariana mengangguk setuju lalu menghampiri Justin lebih dekat. Ariana menyelimuti Justin. "Selamat istirahat, anak manja!" Ariana tersenyum manis.
Justin sangat bahagia melihat senyuman itu. Ia membalas senyum Ariana dan memejamkan mata.
Ya ini memang sudah malam hari. Sudah waktunya untuk beristirahat. Setelah memastikan Justin tertidur, Ariana pun membaringkan tubuhnya di sofa ruangan itu. Ia menguap. Ya, jujur Ariana memang sangat lelah, tapi ia senang merawat Justin. Karena berkat Justin, Nathan tak pernah mengganggunya lagi. Ariana mulai memejamkan matanya.
Justin membuka matanya. Sedaritadi Justin memang hanya pura-pura tidur. Ia menatap Ariana yang sedang tertidur, gadis itu memeluk dirinya sendiri, sepertinya ia kedinginan. Justin bangun dari kasurnya dan mengambil selimut di laci. Ia berjalan ke arah Ariana dengan selang infusnya. Ia menyelimuti Ariana, terlihat perubahan di wajah Ari yang merasakan kehangatan. Justin tersenyum simpul lalu mengelus pelan dahi Ariana. Kau memang cantik!, batin Justin.
Justin kembali ke kasurnya dan tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AND MATCH! (Jariana)
Fiksi PenggemarDont forget to vote and comment!;) ------------------------------------ Hari itu, hari dimana Ariana Grande menandai hari terburuknya di kalender karena bertemu dengan pria berambut keemasan dengan jambulnya yang Ariana anggap menyebalkan. Ariana...