Chapter 6

147 13 0
                                    

Aku berjalan menyusuri koridor kampus.

"Ariana!" panggil seseorang

Aku menoleh ke belakang, ah dia lagi. Nathan. Aku mempercepat langkahku. Namun, langkah Nathan lebih cepat. Ia meletakkan tangan kirinya di bahu kiriku, lebih tepatnya merangkulku.

"Ih, lepaskan!" aku menepis tangan Nathan dari bahuku, namun Nathan menaruh tangannya lagi di bahuku.

"Ayo, aku antar kau ke kelas."

Aku menepisnya lagi "Aku bisa sendiri." kataku ketus

"Jangan begitulah, babe" katanya, menjijikkan.

"Sudah kubilang jangan sebut panggilan itu lagi."

"Jangan galak-galak dong, babe" katanya, menjijikkan.

Aku langsung berlari menghindarinya.

Hoshhhh hoshhh. Aku berhenti di depan toilet pria, huh untung Nathan sudah tidak mengejarku lagi.

Aku menghela nafa dan menegakkan tubuhku. Aku memanas ketika melihat siapa yang ada di hadapanku.

"Kau?" ujarku berbarengan dengan pria menyebalkan itu.

"Hei, sedang apa kau disini? Kau menguntitku?"

Aku terbelalak mendengar pernyataannya, apa dia bilang? Menguntitnya? Aduh, memangnya aku tidak punya kerjaan lain selain menguntitnya? Memangnya dia fikir dia siapa? Penyanyi terkenal? Artis terkenal? Dasar sok tampan.

"Hih, kepedean kau! Malas sekali aku menguntitmu, memangnya kau fikir aku tak punya kerjaan?"

Pria itu berdehem sambil mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya. "Memang iya, kau kan mahasiswi, bukan pekerja."

Ya ampun, mengapa sih pria ini selalu salah fokus dengan apa yang aku bicarakan, maksudku kan bukan itu. "Maksudku itu aku punya banyak urusan dibanding harus menguntitmu, bodoh!"

"Kau yang bodoh! Tidak konsisten dengan ucapan, tadi kau bilang kerjaan, sekarang kau bilang urusan. Bilang saja kalau itu hanya alasanmu agar tidak malu tertangkap basah olehku, ya kan? Jujur saja." sungguh pria ini benar-benar kepedean.

"Cuih" aku meludah palsu "Sok tampan!"

"Sudah ku bilang kan kalau aku memang tampan?" ia menaikkan sebelah alisnya

"Tidak, kau jelek sekali."

"Kau saja yang penglihatannya kurang bagus." katanya santai

"Ih, menyebalkan kau!"

"Kau juga, penguntit!"

"Hei aku bukan penguntit!" aku menggeram

"Lalu sedang apa kau disini?"

"Dasar mau tahu saja urusan orang lain," kataku sambil menjulurkan lidah, lalu pergi.

---

Taylor memintaku untuk menemaninya membeli lipstik merahnya yang telah habis. Aku dengan senang hati menemaninya ke mall.

Kami sedang berada di toko make up langganan Taylor. Ya tentunya toko yang ada di dalam mall.

Taylor memilih-milih lipstik-lipstik yang tertata rapih di hadapannya, ia mencobanya dengan menggoreskannya pada telapak tangannya.

"Berapa, sist?"

"50 dolar saja"

"Ini"

"Uangnya pas ya"

"Terimakasih"

Tay sudah membeli lipstiknya, dan aku merasa lapar.

"Sudah, Tay?" tanyaku

Tay mengangguk "Aku tahu kau pasti lapar kan?"

"Kau tahu saja, kita makan yuk?" ajakku

Taylor setuju saja.

Kami pun masuk ke sebuah tempat makan, aku melihat sekitar mencari tempat yang kosong.

"Ariana!!!" panggil seseorang

Aku menoleh ke asal suara, ternyata itu Mac dan Maddie. Aku mengajak Tay untuk menghampiri teman-teman baruku itu.

"Hai, Mac, Maddie" sapaku

"Hai" ujar Mac dan Maddie

"Oh ya, kenalkan ini Taylor sahabatku."

"Hai, aku Maddie." Maddie menawarkan tangannya pada Taylor

Taylor menerimanya "Tay"

"I am Mac" Mac melakukan hal yang sama dengan Maddie

Taylor menjabat tangan Mac "Tay"

"Kalian sangat cute" puji Tay

"Kau juga sangat cantik" Maddie memuji balik

"Ya, benar." ujar Mac setuju dengan Maddie

"Oh, thanks" Tay tersipu

"Boleh kami bergabung?" tanyaku

"Tentu, akan lebih seru bila bersama bukan?" ujar Mac ramah

Aku tersenyum dan duduk, begitupun Taylor.

Kami pun memanggil pelayan dan mulai memesan.

---

Aku menekan tombol lift apartement, dan ketika lift itu terbuka aku pun langsung masuk dan menekan tombol tutup pintu lift dan menekan nomor lantai apartement-ku yaitu 5. Baru saja pintu lift tertutup, eh terbuka kembali. Sepertinya ada yang ingin masuk lagi. Dan ternyata itu pria sok tampan. Ia berdiri disampingku. Pintu lift pun tertutup kembali.

Aku menatapnya sinis.

"Apa?" tanyanya dengan nada tinggi

Aku mengalihkan pandangan ke depan.

"Kau baru pulang kuliah? Kau habis kemana?"

Aku menatapnya malas, "Kenapa kau selalu ingin tahu?"

"Mm, jangan-jangan kau habis jalan dengan laki-laki tua?" ujarnya asal. Sembarangan, memang dia fikir aku perempuan murahan?

"Apa kau bilang?" aku memelototinya "Kau jangan kurang ajar ya!"

"Aku kan hanya mengira-ngira saja." katanya santai

Pintu lift terbuka.

"Asal kau tahu ya, aku ini perempuan baik-baik! Jadi kau jangan asal bicara!" kataku dengan suara empat oktaf. Lalu berjalan cepat keluar.

Pria itu menyetarakan posisi berjalannya denganku "Maaf, aku hanya bercanda"

"Tapi itu benar-benar tidak lucu!" kataku kesal. Yaiyalah, siapa yang tidak kesal? Dia menganggapku perempuan murahan. Memang aku ada tampang kupu-kupu malam? Gadis secantik, seimut, sepintar, selucu, sekece, sekeren, semodis, aku ini mana mungkin mau jalan dengan laki-laki tua. Dasar pria kurang ajar!

"Mm, maafkan ucapanku, aku benar-benar menyesal."

Tidak seperti biasanya dia meminta maaf setulus ini, biasanya dia hanya minta maaf asal saja. "Dasar, bodoh!"

"Kenapa kau malah bilang aku bodoh?" tanyanya.

"Ya, karena memang kau bodoh!" ujarku

"Hei, sudah ku bilang aku genius. Kenapa kau begitu keras kepala, bodoh?" sifat menyebalkan pria itu mulai muncul.

Aku berdiri di depan pintu apartement-ku. "Sudah lah, aku malas berdebat. Bye!" aku masuk apartement dan menutup pintu rapat-rapat.

MEET AND MATCH! (Jariana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang