Chapter 12.

148 13 0
                                    

---

Aku baru saja sampai di apartement-ku. Huaaa, kuliah hari ini cukup melelahkan. Aku baru saja ingin membuka pintu, tiba-tiba saja seseorang menarik kerah-ku dan membantingku ke dinding. Ternyata itu Nathan.

"Nathan? Apa yang kau lakukan?"

Nathan tersenyum sinis "Apa kabar Tuan Justin Bieber? Baik? Oh, habis ini mungkin kabarmu akan berubah menjadi lebih buruk."

"Apa maksudmu?"

Nathan menatapku tajam, "Kau masih bertanya apa maksudku?"

Aku mengerutkan dahi.

"Aku tidak suka kau berpacaran dengan Ariana, dia milikku!" kata Nathan berteriak.

"Tapi kau hanya mantannya, berarti dia bukan milikmu lagi."

"Dia tetap milikku! Tak ada yang boleh mendapatkannya selain aku!" katanya semakin berteriak, sampai urat-urat di wajahnya keluar.v

"Kau tidak bisa seperti itu, Ari sudah lelah kau ganggu. Ari sudah mempunyai kehidupan baru." kataku

"Kau! Membuatku kesal! Ini akibat mengambil Ariana-ku! Terima ini." Nathan meninju pipiku dengan keras sampai sudut bibirku berdarah.

Aku menepis darah dari bibirku. "Lepaskan aku, Nathan."

Nathan menggeram, ia meninjuku sekali lagi.

Aku sangat kesal dan mendorong Nathan lalu meninjunya. Sampai terjatuh, aku meninjunya dan mendudukinya. Sekarang berbalik, dia yang menduduki dan menghantamku. Begitu saja terus.

Sampai akhirnya aku lengah dan Nathan menghajarku sangat keras sampai akhirnya aku tidak sadarkan diri.

---

•Ariana P.O.V•

Aku baru saja datang di gerbang apartementku, bersama Taylor. Kami berniat mengerjakan tugas bersama. Aku dan Taylor Swift menaiki lift menuju apartementku.

Aku dan Tay keluar dari lift lalu berjalan ke arah apartement milikku.

"Nanti kita mulai dari mana, Tay?" tanyaku sambil berjalan

"Dari halaman 124." jawab Tay

Aku meng'oh'kan ucapan Tay.

"Ari!" Tiba-tiba Tay panik.

"Kenapa sih, Tay?" kataku sambil mencari kunci apartement di tas.

Tay mangap-mangap tidak jelas, membuatku semakin bingung.

"Kau kenapa, Tay?" tanyaku sambil mengerutkan dahi

"I-itu,"

"Itu apa? Kau bicara yang jelas, dong."

"Justin, Ri!"

Aku semakin bingung "Justin kenapa?"

"Itu" Taylor menunjuk sesuatu.

Aku pun menoleh ke arah jari Tay menunjuk.

Astaga! Aku menganga lebar saat mendapati Justin tergeletak tak berdaya dengan wajah yang babak belur.

Aku langsung menghampiri Justin "Justin!!" panggilku sambil menampar-nampar pipi Justin pelan.

Justin tidak bangun juga.

"Tay, bagaimana ini?" tanyaku panik

"Coba cek denyutnya."

Aku mengangguk. Aku menempelkan telingaku di dada Justin. Jantungnya masih berbunyi.

MEET AND MATCH! (Jariana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang