-Sherry Kim-
.Esok harinya Matahari terlihat malu malu menunjukan diri, sinarnya bersembunyi di balik awan hitam yang tidak terlalu gelap namun terlihat menakutkan menyelimuti bumi yang basah dan lembab.
Hujan sepanjang malam menghambat perjalanan Jenderal muda yang terkenal di seluruh penjuru Korea akan kelihaian dalam menyusun siasat perang tersebut. Seharus sudah dari kemarin Jenderal itu sampai di paviliun Bolero kalau saja tidak terhambat oleh hujan deras yang mengguyur daratan semenanjung Korea.
Pintu gerbang terbuka ketika kuda hitam milik Jenderal muda itu mendekati perbatasan. Diikuti kereta kuda berisi perbekalan dan keperluan Jenderal itu selama perjalanan dari pulau Jeju diikuti pengawal dan kereta pelayan di belakang mereka.
Shim Changmin nama Jenderal tersebut, menarik tali kekang kudanya guna memaksa kuda itu berhenti. Pandangannya menyusuri tanah kosong yang tidak jauh dari istal kuda yang biasanya lapang telah berdiri dua kerangka beserta penghuni penghuninya yang terikat dalam kondisi basah dan memprihatinkan.
Melompat dari atas kuda Jenderal Shim mendekati kerangka yang lebih kecil yang hanya di huni dua orang tawanan tersebut. Mereka meringkuk berdekatan dalam keadaan basah kuyup dan menyedihkan.
"Siapa mereka?" Jenderal itu bertanya kepada penjaga kuda yang datang mendekat.
Pelayan yang menerima tali kekang kuda itu membungkuk hormat sebelum menjawab. "Penyusup, Jenderal Shim. Pangeran Yunho menangkap mereka di pulau nami kemarin sebelum fajar, mereka datang dengan kapal perang China dan menyerbu Pulau Nami. Itulah yang saya dengar dari pengawal lain." Pelayan pria itu membungkuk dan pergi bersama kuda hitam milik Jenderal tersebut, membawa kuda itu ke dalam istal untuk mendapatkan perawatan.
Melihat kondisi mereka entah mengapa emosi dalam diri Jenderal itu bangkit tanpa alasan yang jelas. Ia berbalik untuk kembali ke paviliun mencari Pangeran, tentu saja! Lupakan urusan lain untuk sementara. Ia lebih tertarik dengan para tawanan itu saat ini.
China, penyerangan? Tidak mungkin! Mereka tidak bodoh hanya menyerang dengan menggunakan satu kapal, pasti ada sesuatu yang tidak beres dan jika memang benar mereka satu dari kapal China penangkapan kapal mereka yang tidak jelas hanya akan terpecahnya perang di dua negara. Jenderal perang itu menetapkan hati untuk menyelidiki kasus ini lebih lanjut.
Pintu Aula terbuka lebar ketika ia menerobos masuk sebelum pintu benar benar terbuka dan ia mengeram marah. Ia tahu siapa yang bertanggung jawab pada para tahanan yang mereka telantarkan di luar sana. “Dimana Jenderal Kim," Serunya dengan kewibawaan yang tinggi. Tentunya akan membuat para pelayan maupun pengawal meringkuk ketakutan.
Astaga, bagaimana mungkin Hyunjoong membiarkan tahanan itu di luar semalaman, atau sejak mereka tertangkap tepatnya kemaren pagi, dan hampir dua pagi mereka di sana, terabaikan dalam keadaan cuaca hujan deras dalam kondisi basah kuyup. Bisa saja mereka mati sebelum sore menjelang atau hari ini berakhir. Dan jika mereka benar benar prajurit China itu bukanlah tindakan yang bijaksana. Dan meskipun para tahanan bukan dari negeri seberang, tidak sepantasnya mereka di biarkan kedinginan tanpa tahu pasti kesalahan apa yang telah mereka lakukan.
Jenderal Shim berputar kepada para pelayan dan pengawal di sisi Aula yang menunduk ketakutan. "Berikan pakaian kering untuk para tahanan, makanan dan kumpulkan mereka di aula kediamanku. Setelah mereka sarapan, aku sendiri yang akan mengintrogasi mereka semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pearl Jade ~YunJae~
Narrativa StoricaGS. Sejarah, Romancae, Drama. Terinspirasi novel JL Han Jaejoong, putri mahkota kerajaan Sanko menyamar sebagai anak laki laki, menyusup kedalam kapal kakaknya ketika kapal itu akan berpetualang mencari harta karun. Akan tetapi kelompok mereka di se...