Part 7

64.8K 6.1K 171
                                    

Khanza masih terdiam membiarkan Alvin pergi dari tempatnya. Ingatannya kembali pada wajah dan suara desahan Alvin. Di lihatnya ke dalam celana basketnya yang sekarang sudah mulai basah. "Shit." Umpatnya pelan. Ia pun berjalan ke dalam kamar mandi dan mulai terdengar desahan dari sana.

_______________________________________

Cuaca pagi ini sungguh cerah dan menyegarkan, burung-burung berkicauan dengan riang, rumput dan pepohonan bergoyang mengikuti ayunan dari angin, dan suara-suara tertawa yang terdengar sangat bahagia.

"AAARRRRKKKKK"

Suara teriakkan itu membuat semua yang ada di atas runtuh. Alvin mengatur nafasnya yang sedang ngos-ngosan seperti habis berlari dengan seluruh tenaganya.

Duk duk duk

Suara langkah kaki yang tergesa-gesa itu menandakan ada orang yang berlari menuju kamarnya, tak lama pintu kamar Alvin di buka dengan paksa.

"Alvin, lo kenapa? Ngomong dong, jangan diem aja, khawatir ni gue." Gerna -kakak perempuan Alvin- menggoyang-goyang pundak Alvin.

Kesadaran Alvin berangsur-angsur kembali. Ia melihat Gerna yang masih memasang wajah panik.

Alvin, menggenggam tangan Gerna. "Gue nggak kenapa-napa, Ger." Balas Alvin meyakinkan.

"Bener lo nggak kenapa-napa?"

"Iya, Gerna. Gue tadi habis mimpi buruk aja." Jelas Alvin lagi.

"Yaudah deh, cepat siap-siap sana. Liat tu jam beker lo, dah hampir jam 6." Setelah mengingatkan Alvin, Gerna keluar dari kamar Alvin yang kembali teringat dengan mimpinya.

"Kenapa gue bisa mimpiin kejadian kemaren sih?" Alvin mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Ia pun bangkit dari tempat tidur ke kamar mandi yang ada di kamarnya.

.

.

Sistem belajar hari ini seperti hari biasanya. Ada guru yang menerangkan mata pelajaran di depan kelas.

"Hoaam~~~ Val, kalo sudah bel istirahat, bangunin gue ya." Pinta Alvin sebelum ia menutup mata dan tenggelam dalam mimpi.

Noval menggeleng-gelengkan kepalanya heran melihat tingkah sahabatnya itu.

"Noval, apa Alvin masih sakit?" Tanya Bu Ani pada Noval yang langsung mendongakkan kepalanya.

"Iya, Bu. Kata Alvin kepalanya masih pusing, jadi saya suruh tidur aja, Bu." Bohong Noval.

"Kenapa nggak di bawa aja ke UKS, Noval?"

"Alvin bilang bau obat di UKS sangat menyengat, Alvin nggak suka bau obat, Bu." Jelas Noval yang kini memang kebenarannya. Alvin sangat anti sama yang namanya obat, mencium baunya saja dia langsung mual.

Bu Ani menganggukkan kepalanya mengerti dan kembali menjelaskan materi pelajarannya.

"Lo harus bayar akting gue tadi, Vin." Gumam Noval sambil kembali menulis materi pelajaran yang diterangkan oleh Bu Ani di depan kelas.

.

.

"Vin, Alvin, bangun. Ada yang nyariin lo tu." Noval menggoyang-goyang tubuh Alvin, berusaha membangunkannya.

"Ngg?~~ siapa?" Gumam Alvin.

"Namanya Amel. Dia nungguin di luar kelas"

Mendengar perkataan Noval membuat Alvin langsung memelekkan mata dan menegakkan tubuhnya. Dia mengobrak-abrik isi tasnya.

"Vin, si Amel siapa lo sih? Manis banget tau nggak, kenapa cewek secantik dia malah nyari lo sih?" Noval senyam-seyum sendiri sambil mengingat wajah Amel yang tersenyum padanya tadi.

"Bawel lo. Tu cewek rencananya mau gue jadiin gebetan, tapi udah gue buang jauh-jauh itu rencana. Ah! Ini dia" Alvin langsung cepat-cepat keluar dari kelas. Tapi baru saja ingin mencapai pintu, ia kembali menuju Noval. "Itu cewek sakit jiwa." Perkataan singkat dari Alvin membuat guratan bingung dari Noval?

"Maksud lo? Alvin, gue nggak ngerti maksud lo." Noval terus memanggil Alvin yang sudah keluar dari kelas.

.

.

Amel tersenyum senang saat melihat Alvin yang berjalan mendekatinya. "Mana rekamannya?"

"Nih, ada di dalam memori kamera." Dengan lesu, Alvin memberikan memori kameranya. "Tapi, gue mohon Mel, jangan pernah lo sebarin ini vidio." Peringat Alvin.

"Tenang aja, nggak bakal gue sebar kok." Alvin sedikit ragu untuk mempercayainya saat melihat Amel yang malah menunjukkan senyum misteriusnya.

"Oke, kalo gitu gue balik dulu ya. Bye ultimate uke." Amel melambaikan tangannya pada Alvin. Ia berlari kecil sambil bersenandung riang.

"Sarap tu anak. Sarap." Gumam Alvin.

"ALVIN!" Alvin mengurungkan niatnya untuk masuk kelas saat mendengar seseorang memanggil namanya.

Badan Alvin menegang saat ia melihat Khanza yang menggunakan baju olahraga itu sedang berlari kecil menuju ke arahnya.

Alvin mempercepat langkah kakinya untuk menghindari Khanza, namun tangan Khanza lebih cepat menarik lengan Alvin.

Keringat dingin langsung mengalir di sekujur badan Alvin.

"Kita perlu bicara." Perkataan singkat Khanza terkesan dingin dan menuntut. Khanza langsung menarik tangan Alvin.

"Ta-tapi kak, ini masih jam pelajaran." Alvin berusaha melepaskan lengannya dari tangan kokoh Khanza.

"Gue tau Bu Kani-yang seharusnya lagi ngajar di kelas lo itu- lagi ijin hari ini." Khanza makin mempererat genggamannya. Alvin kembali panik.

'Aduh, gimana ni? Gue harus apa?' Batin Alvin.

"Udah, gue tau lo lagi mikir gimana caranya lari dari gue kan? Nggak bisa, gue minta bayaran atas perbuatan kita kemaren." Khanza makin mempercepat langkahnya. Tidak menghiraukan Alvin yang terus minta di lepaskan.

_______________________________________

Hai, Gee muncul lagi. Buat yang kemaren kasih comment dan vote, Gee berterima kasih dengan sangat.

Gee berusaha sebaik mungkin untuk bisa menulis dengan baik.

Wins For Bets [BOYXBOY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang