Part 18

32K 2.5K 189
                                    

Sudah berkali-kali Khanza menghubungi nomor Alvin, tapi pria yang sudah mencuri hatinya itu tidak mau merespon sama sekali. Khanza mencoba untuk menelfon, tapi tidak aktif. Saat Khanza mengirim pesan, pria imut itu tak juga membalas. Bahkan dibaca pun tidak.

Khanza tidak tahu lagi dengan cara apa agar Alvin mau bertemu dengannya lagi.

"Hai, mabro. Tumben lo nggak kerumah kecengan lo." Dengan santainya Amel membanting diri di ranjang Khanza.

"Ngapain lo kesini?" Khanza menarih tangannya di pinggang sambil menatap Amel dengan selidik.

"Gue mau balikin kaset nih yang kemaren gue pinjem." Amel melempar kaset tepat ke arah Khanza, dan pria tampan itu menangkapnya dengan mudah.

"Gimana kabar Alvin?"Amel merubah posisi jadi duduk dan menyilangkan kakinya. Perubahan raut wajah yang begitu tiba-tiba dari Khanza membuat Amel bingung.

"Lo deket sama Alvin, kan?" Amel mengangguk kepala dengan ragu. "Kalo gitu lo harus bantuin gue."

Khanza menarik tangan Amel dengan paksa. Ia menyuruh Amel masuk kedalam mobil juga dengan paksaan, padahal Amel sudah berontak dan berkali-kali tanya tujuan mereka, tapi Khanza tetap diam. Dia bahkan membawa mobil seperti orang yang kesurupan.

Dengan waktu 15 menit lebih cepat dari biasanya, kini Khanza dan Amel sudah ada di depan rumah Alvin.

"Ini rumah siapa?" Tanya Amel bingung. Khanza menyerngitkan dahinya dengan heran karena pertanyaan Amel.

"Lo nggak tau ini rumah siapa?"

"Kalo gue tanya berarti gue nggak tau lah. Sudah sih tinggal jawab aja, ribet banget." Sewot Amel.

"Ini rumah Alvin, bego. Gue jadi ragu kalo lo sama Alvin deket." Jawab Khanza jadi ikut sewot.

Amel mengangguk santai, dia tidak perduli dengan Khanza yang menurutnya lagi PMS itu. "Yaudah, tunggu apalagi. Ayo masuk. Gue sudah kangen sama My Baby Alvin."

Khanza menarik lengan Amel yang mau mengetuk pintu. "Lo harus tahu beberapa hal, Mel. Pertama, Alvin itu punya gue, jadi yang seharusnya ngomong My Baby Alvin itu gue, bukan lo. Yang kedua, gue bawa lo kesini bukan untuk temu kanget sama yayang Alvin, tapi lo disini harus bantuin gue buat bujuk si Alvin."

Kali ini Amel yang menyerngitkan dahinya. "Bujuk Alvin? Kalian lagi berantem?"

"Nggak dan jangan sampai. Tapi si Alvin tiba-tiba beubah dan dia nyuruh gue buat jauhin dia."

Mata Amel membesar, mungkin karena ia terkejut dan sedikit bingung dengan cerita Khanza. "Terus ngapain kita berdiri disini, ayo masuk."

Dengan santainya Amel mengetuk pintu rumah Alvin, dan tidak menghiraukan Khanza yang khawatir akan ditolak lagi oleh Alvin.

Kakaknya Alvin, Gerna membuka pintu. "Lho, Khanza datang lagi? Kenapa? Apa ada yang ketinggalan?"

Khanza menggeleng pelan. "Hmm, Kak, Alvin sudah keluar dari kamarnya?"

Gerna menunduk sedih. Tanpa dijawab Khanza pun sudah tau apa jawaban Gerna.

"Yaudah, kalo gitu biar gue yang bujuk dia keluar." Celetuk Amel tiba-tiba. "Permisi, Kak"

Dengan sok taunya, Amel mengetuk pintu yang sebenarnya kamar mandi.

"Anak manis, kamar Alvin ada disana." Gerna menunjuk pintu yang berlawanan dari Amel. "Yang kamu ketuk itu kamar mandi."

Dan tanpa malu, Amel membuka pintu yang ia ketuk tadi dan mengangguk pelan lalu cepat-cepat menuju kamar Alvin.

"Khanza, gadis itu sebenarnya siapa?" Tanya Gerna penasaran.

Wins For Bets [BOYXBOY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang