Part 11

56.3K 4.1K 344
                                        

Khanza memilih tidak perduli dan berlenggang pergi dari ruangan Ayahnya yang bahkan terus berteriak memanggil namanya. Inilah salah satu penyebab kenapa ia sangat tidak suka bila dipanggil dengan nama aslinya selain karena feminim. Ia sudah bosan dan muak mendengar namanya selalu di panggil dan di suruh ini dan itu oleh Ayahnya.

Tapi saat Alvin yang memanggilnya dengan nama Khanza, ia seakan melupakan alasannya membenci nama aslinya. Alvin seakan menjadi penawar di hidupnya.

_______________________________________

Sekarang di rumah Alvin menunjukkan pukul 8 malam. Dan di luar sedang hujan lebat.

Noval sudah pulang dari tadi sore. Noval bercerita banyak tentang Kak Gilang yang bilangnya memiliki kesukaan yang sama. Dan itu sungguh membosankan bagi Alvin karena Noval menjelaskan panjang lebar tentang Kak Gilang dan idola mereka itu.

Huft~~

Alvin menghela napas dengan berat. Mata Alvin berat sekali, mungkin faktor karena ia masih sedikit demam. Apalagi suara bunyi hujan yang terdengar samar-samar di telinganya itu seperti lagu tidur baginya.

Baru saja matanya ingin terpejam, tapi suara bel rumahnya menggema dengan nyaring di seluruh penjuru rumahnya.

TING TONG TING TONG

"Ck. Ganggu banget. Siapa yang betamu hujan-hujan gini?" Gumam Alvin. Tapi ia juga tetap beranjak dari duduknya dan berjalan membuka pintu.

Deg

Alvin terkejut saat melihat Khanza berdiri di depan pintu dengan keadaan basah kuyup. Alvin merasa dejavu, mengingat kejadian tadi pagi yang seperti terulang kembali. Tapi, kali ini terbalik, Khanza terlihat kurang sehat sekarang.

"Kak, ngapain lo hujan-hujanan kayak gini?" Bukannya menjawab, Khanza malah tersenyum lemah dengan bibir pucatnya.

"Gue kangen banget sama lo."

Duk

Setelah mengeluarkan suaranya, Khanza malah pingsan dan menjatuhkan kepalanya ke pundak Alvin.

"Aduh berat. Kak? Woy! Lo kenapa? Kak?" Alvin panik karena Khanza menopang semua tubuhnya pada badan Alvin yang lebih kecil darinya.

Khanza tidak menjawab, hanya helaan nafasnya yang teratur terdengar di telinga Alvin.

"Ya elah, gue pikir pingsan. Ternyata cuma tidur." Ucap Alvin kesal.

Di tendangnya pelan pintu agar tertutup dan mulai menuntun Khanza dengan susah payah. Ia membaringkan Khanza di tempat tidurnya.

"Dia basah kuyup. Nggak mungkin gue biarin dia tidur kayak gini, bisa demam dianya." Gumam Alvin.

Dengan ragu Alvin membuka baju Khanza dan mengelap badannya yang basah dengan handuk. Alvin menahan nafas saat sedang membuka celana jean Khanza tanpa mengelapnya seperti badan Khanza karena menurutnya tidak sopan mengelap di daerah bawah orang lain. Maka Alvin beralih ke bagian kepala Khanza yang juga basah.

Syut

Tangan Alvin di tarik paksa oleh Khanza yang membuatnya reflek tertidur disamping Khanza. Pria itu melingkarkan tangannya di pinggang Alvin dan menarik Alvin ke pelukannya.

"Gue kangen sama lo." Racau Khanza. Alvin hanya bisa mematung dengan wajah semerah tomat. 'Ada apa ini? Kenapa muka gu terasa panas? Kenapa jantung gue berdebar dengan cepat?' Batin Alvin.

Ia memejamkan mata berusaha meredakan dadanya. Tetapi bukannya berhenti, ia malah merasa nyaman dan membuatnya mengantuk. Tanpa sadar, ia pun ikut tertidur di dalam pelukan Khanza.

Wins For Bets [BOYXBOY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang