Disarankan untuk membaca ulang chapter-chapter sebelumnya jika lupa dengan ceritanya!
.
.
.
.
Amel panik sekarang. Saat sudah sampai di depan kelas Edo, dia baru sadar bahwa Alvin yang seharusnya berjalan bersamanya malah hilang tanpa jejak. Ia bingung harus apa sekarang. Apa dia harus menemui Edo sendiri atau mencari keberadaan Alvin.
"Hm, permisi. Jangan berdiri di sini, mbak. Halangin orang jalan." Suara yang mengejutkan di belakangnya membuat Amel cepat-cepat berbalik dan kebetulan sekali. Yang menegurnya tadi adalah Edo. Pria itu memandang Amel sebentar lalu berlalu dengan santainya.
Amel terpaksa nekat dengan menepuk pundak pria itu agar berbalik menghadapnya. Pria itu berbalik dan menatap Amel dengan bingung. "Ya?"
"Kakak ini namanya Edo kan?" Tanya Amel memastikan. Edo mengangguk semakin bingung.
"Bisa ikut saya sebentar? Ada yang mau saya bicarakan berdua." Wajah Edo memerah saat Amel mengatakan itu. Ia jadi berpikir bahwa Amel mungkin ingin menyatakan cintanya.
"Oh, iya. Ayo kita kesana!" Ucap Edo dengan senyum sumringah sambil menunjuk koridor yang agak sepi di dekat kelasnya. Ia berjalan duluan sambil bersenandung kecil.
"Jadi... Apa yang mau adek ini omongin sama kakak?" Amel geli sendiri mendengarnya. Menurut Amel kakak kelasnya yang satu ini sedikit tidak waras, apalagi dia semakin yakin bahwa Edo itu orang gila karena Edo adalah seorang hacker.
"Langsung aja. Saya tau siapa kakak ini sebenarnya." Amel masih belum melihat ekspresi Edo berubah, pria itu masih saja menunjukkan wajah bahagianya.
"Dan, bisakan Kakak ini jangan ikut campur dalam urusan Sarah? Apa kakak tak punya hati?" Perkataan Amel yang satu ini sukses membuat raut wajah Edo yang semula tersenyum langsung datar.
"Apa maksudnya gue ikut campur dalam urusan Sarah? Gue nggak ngerti." Edo melipat tangan di depan dada tetap dengan wajah datarnya memandang Amel.
Amel berdecak kagum dengan perubahan Edo yang tiba-tiba. Bagaimana mungkin seseorang berubah begitu cepat, yang awalnya suka cengengesan kini berubah dingin. Amel akui, Edo terlihat lebih tampan dan keren sekarang.
"Jangan pura-pura tidak tau, Kak. Saya sudah tau siapa kakak ini sebenarnya. Seorang anak muda yang berbakat dalam bidang komputer. Atau istilah lainnya..." Amel menyeringai kecil. "Seorang hacker."
Sunyi, beberapa menit Amel dan Edo tidak ada yang membuka mulut. Mereka masih bertatapan dengan Amel yang tersenyum dengan kemenangan dan Edo yang masih datar-datar saja.
Edo memutuskan kesunyian itu dengan tertawa dengan pelan. "Hebat juga lo bisa tau siapa gue. Apa orang suruhan lo itu hacker hebat juga sampai dia bisa tau identitas gue?" Edo melepas lipatan tangnnya dan memasukkan kedua tangannya pada kantung celana lalu bersender pada tembok.
"Ya, dia termasuk hebat. Apa sekarang Kakak mengakui kalau kakak memang terlibat dengan Sarah?"
"Kalau iya, kenapa?" Edo tersenyum meremehkan. Amel sedikit ciut melihatnya. Baru kali ini ia merasa minder sama seseorang.
"Saya mau kakak berhenti ikut campur dalam urusan mereka. Kalau tidak, kakak bisa saya laporkan polisi kalau kakak sudah menyebarkan urusan pribadi seseorang dan kerjasama dengan orang jahat." Amel melipat kedua tangnnya dan menatap mata Edo dengan menantang.
Edo tertawa geli mendengar perkataan Amel. "Lo pikir gue takut sama ancaman begitu?" Edo mencodongkan tubuhnya. "Lo tau gue siapa tapi lo ngancem gue dengan hal sepele begitu? Memang amatir lo ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wins For Bets [BOYXBOY]
RandomAlvin, pemuda SMA yang selalu menang taruhan, malah dikalahkan oleh gadis cantik yang sudah merebut hatinya, Amel. Ternyata gadis itu seorang fujoshi gila yang berusaha menjodohkan Alvin dengan kakak kelas mereka yang begitu terkenal di sekolahnya...