Part 16

43.3K 3.1K 112
                                        

Ayah Khanza menahan amarahnya. Ia kembali membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebuah bingkai foto yang menunjukkan foto seorang wanita cantik.

"Coba lihat anak yang kau banggakan itu. Ia sungguh keras kepala."
Katanya sambil mengelus foto mendiang istrinya.

"Aku sangat gagal menjadi Ayah untuk Khanza dan Khenzo, sayang." Ucapnya sedih.
_______________________________________________________________________

Kaki Khanza menuntunnya menuju rumah sederhana yang masih terlihat cantik karena sering dirawat. Pria tampan itu mengetuk pintu rumah itu dengan lemah. Sekarang ia sedang malas berpikir dan membutuhkan sandaran.

Klek

Seorang pria imut membuka pintu sambil menyerngitkan dahinya. "Kak Khanza?"

Khanza yang sedari tadi menunduk kini mengangkat wajahnya dan tersenyum getir membuat pria yang membuka pintu semakin bingung. Khanza menarik tubuh pria yang lebih kecil darinya itu ke dalam pelukannya dan ia menjatuhkan wajahnya ke pundak pria imut itu.

Pria imut itu sedikit terkejut dan berusaha melepaskan pelukan pria yang lebih besar darinya itu.

"Biarin gini dulu, Vin." Lirihan Khanza itu membuat Alvin terdiam. Baru kali ini Alvin mendengar suara Khanza begitu tersiksa.

Alvin balas memeluk Khanza dan mengelus pelan pundak Khanza, berusaha menenangkan Khanza. Pria tampan itu semakin mengencangkan pelukannya di pinggang Alvin.

"Haaah." Khanza menghela napas panjang lalu menjauhkan sedikit badannya dari Alvin untuk melihat wajah yang begitu ia puja itu tetapi ia tak mau melepaskan tangannya dari pinggang Alvin.

"Sebenarnya ada apa sih?" Tanya Alvin mulai kesal. Ia jadi penasaran dengan tingkah Khanza ini.

"Nggak ada. Kangen aja." Gumam Khanza sambil mengacak rambut Alvin dengan gemas membuat yang punya rambut merengutkan bibirnya karena kesal.

"Hmm, disini kalo tamu nggak boleh masuk ya?" Lanjut Khanza sambil mengedipkan matanya berusaha menggoda Alvin.

Alvin semakin memajukan bibirnya dan merah di kedua pipinya. "Yasudah, ayo masuk."

Pria tampan itu terkekeh pelan melihat Alvin yang memasuki rumahnya sambil di hentak-hentak. Makin lama Khanza merasa tingkah Alvin semakin imut dan manja.

Khanza melepas sepatunya dan menutup pintu rumah Alvin lalu menyusul Alvin yang sepertinya ada dikamarnya. Khanza jadi dag dig dug sendiri kalau mau ke kamar Alvin. Ia membayangkan akan berdua saja dengan Alvin di atas ranjang Alvin dan melakukan sesuatu yang menyenangkan. Badannya jadi panas dingin membayangkannya.

Khanza membuka pintu kamar Alvin dengan pelan. Dan ia begitu terkejut saat pintu kamar Alvin sudah terbuka sepenuhnya, sang objek yang ia cintai itu sedang tidur tengkurap menghadap jendela sambil memainkan handphonenya.

Itu benar-benar membuat iman Khanza tergoda, Khanza baru sadar bahwa Alvin hanya mengenakan celana pendek dan baju tanpa lengan. Bahkan anak itu seperti tidak perduli jika mungkin ada yang berniat ingin menerkamnya.

"Alvin, lo mau nguji iman gue?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut seksi Khanza. Ia sungguh sulit berpikir sekarang. Awalnya ia lelah berpikir dan sekarang kini malah ia susah untuk berpikir.

'Sial.' Batin Khanza sambil mengepalkan tangan berusaha menahan napsunya. 'Adik'nya yang ada di bawah sudah mulai bangun, apalagi Alvin yang dengan cueknya menunjukkan bokongnya yang sintal membuat birahi Khanza makin naik.

Alvin membalik badannya menatap Khanza dengan bingung. "Kenapa?"

Khanza menepuk dahinya dengan kesal dan semakin berusaha meredam birahinya yang sudah sampai di ubun-ubun tadi. Menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan pelan membuat Alvin semakin bingung melihat tingkah Khanza yang aneh.

Wins For Bets [BOYXBOY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang